Happy Reading!!!!
-:-
"Udah selesai, Kak. Sebisa mungkin jangan banyak gerak ya, kalau rebahan posisi kaki tetep agak tinggi, disangga sama bantal kayak gini aja," jelas Andara.
Kini kelima manusia dibawah tadi termasuk Andara kecuali Panji sudah ada di dalam kamar milik Asbani. Kamar dengan selera okelah, bahkan sangat oke bagi Andara yang cukup suka dengan tema vintage.
"Nanti kalau pas tidur tiba-tiba jatuh kakinya gimana, Dar?" tanya Asbani yang kini sudah rebahan di atas kasurnya.
"Ya diusahakan kalau kakinya jatuh langsung aja di balikin ke atas bantal."
"Dia kalau tidur kayak kebo, Dar. Mau bumi pargoy juga dia kagak bakalan bangun," ucap Jehan yang daritadi sudah duduk di atas kasur samping Asbani.
Laki-laki itu berlagak tidak peduli sedari tadi di bawah, tapi nyatanya saat Andara mengobati luka Asbani, dialah yang paling rempong dan khawatir.
"Ya kalau gitu tidurnya ditemenin aja, Kak."
"Temenin gih, Hak," ucap Jehan pada Hakim yang sedari tadi lesehan di samping kiri rajang Asbani.
"Ogah, si Jon aja nih," ucap Hakim sambil menyenggol lengan Jona yang sedang duduk lesehan disamping kanannya.
Jona menggeleng. "Tugas gue banyak, Bang."
Asbani melirik sinis pada teman-temannya. Memang tak ada yang setia padanya.
"Gue aja yang jagain si, Asbani," ucap seseorang yang baru saja datang dari luar.
"Nah bagus, Abangku."
Andara mendengus sebal. Entah kenapa berada dalam lingkup yang cukup dekat dengan laki-laki yang baru saja dia ketahui namanya adalah Panji Purnomo ini sungguh membuat moodnya menurun drastis.
Andara berusaha mengalihkan pandangannya ke arah kanan, saat Panji lewat di sebelah kirinya untuk menaruh segelas teh hangat di meja untuk Asbani.
"Mau minum tehnya sekarang, As?"
Asbani menggeleng. "Gak, Bang."
"Kakinya udah tuh?"
Asbani mengangguk. "Kata Dara udah."
Panji dengan rasa malas dan malu yang masih melekat itupun menoleh pada sosok Andara yang sama sekali tak tertarik melihatnya, melirik pun tidak.
"Bener gitu doang?"
"Iya."
"Dapet ajaran gitu dari siapa, lo?"
"Udah rahasia umum kali orang kekilir cara sembuhinnya gitu, lagian kekilir ringan kok."
"Gue kagak pernah tuh denger."
Jehan, Asbani, Hakim, serta Jona sedikit merasa takut dengan atmosfer yang tiba-tiba berubah menjadi mencekam.
"Ya lo-nya aja yang kudet, PURNOMO." Final Andara yang langsung berdiri keluar dari kamar Asbani menuju ke kamarnya sendiri.
Kamar Asbani hening sejenak.
"Em... main Uno, yuk."
-:-
Andara mendengus kesal saat mengingat raut wajah si Panji Purnomo yang menyebalkan itu. Paginya menjadi sangat-sangat menyebalkan, bahkan dia belum sarapan.
Ngomong-ngomong soal sarapan, MIE NYA GIMANA?
Reflek Andara berlari menuju dapur, dirinya panik mencari panci berisi mie yang belum matang di atas kompor tapi sudah tidak ada. Dia mencari di tong sampah tidak ada bekas mie dibuang. Dia lihat di rak panci, panci yang dia pakai sudah bersih tertata bersama panci yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Pemilik Kos
Teen FictionBertemu manusia menyebalkan seperti Panji Purnomo memang sebuah kesialan untuk Andara Mayanaka, tetapi jika tidak bertemu sosok Panji mungkin dirinya tidak akan tahu dimana hatinya berlabuh pada akhirnya. "Bayar uang kos lo, kalau enggak silahkan pe...