Hi, Chictaa is back!
Sorry aku baru update lagi huhu, semoga kalian suka ya!💋
Selamat membaca.
***
Ramai. Suasana kantin SMA Angkasa terdengar ricuh dibanding biasanya. Kehadiran anggota Treezgar di bagian ujung kantin membuat mereka yang disana cukup terpukau dengan semua paras anak Treezgar yang terbilang bibit unggul SMANSA.
Di tengah keramaian kantin, beberapa dari mereka asik dengan dunianya sendiri. Melepas kepenatan setelah menghadapi siraman kalbu dari Pak Susanto selaku kepala sekolah SMA Angkasa, akibat incident kemarin.
"Bokap lo kerjaannya marah-marah mulu, Ken. Pusing kepala gue dengernya," seru Binta setelah menengguk minuman kaleng bewarna merah.
"Killer banget dah tuh Kepsek! Masangin dasi gue aja nggak becus coba, sejam gue nahan tenggorokan yang rasanya kayak hampir mau mati." Altair melepas ikatan dasinya yang membuatnya seperti tercekik, karna dasar suruhan Pak Susanto.
"Bukan lo berdua doang yang menderita, tapi gue juga. Kaki gue sampai kesemutan berdiri satu jam di bawah teriknya matahari, sendirian lo bayangin jadi gue." Keluh Kenzie, laki-laki itu sengaja di pisahkan oleh Pak Susanto dari teman-temannya karena jika mereka di satukan akan semakin rumit. Kalian tau sendiri laki-laki itu seperti apa? Jail, berisik, dan selalu mempunyai ide untuk membuat semua guru tertipu dengan tingkah lakunya.
"Pak Susan udah gak bisa lo akal-akalin lagi, Ken. Kapok dia ngadepin kelakuan tipu muslihat lo," sahut Espen sambil tertawa dan diikuti oleh teman-temannya.
"Lo semua harus terima resikonya, ini salah kita. Tapi lebih tepatnya ini salah gue," kata Api sambil menatap teman-temannya. Seketika suara tawa dari mereka lenyap. "Gue gagal jadi ketua yang baik buat lo semua. Sorry atas kegagalan gue hari ini."
"Siapa bilang lo gagal?" suara itu datang dari Bumi yang baru saja datang. Selepas dari ruang OSIS untuk dimintakan keterangan soal incident kemarin. "Lo berdiri membela kita di depan Pak Susanto kayak tadi aja kita semua bangga sama lo."
Tentu, pernyataan tersebut di benarkan oleh anak Treezgar yang lain. Termasuk, Binta yang ikut menyuarakan. "Kita tanpa lo, nggak ada artinya, Pi. Pembelaan lo tadi sangat berarti buat kita semua."
"Itu sudah jadi kewajiban gue, gue nggak akan ngebiarin nama lo semua jelek di mata guru," kata Api. "Sampai kita tua nanti Treezgar gak akan di pandang sebelah mata oleh siapapun."
"Anjayyy, gue beneran bangga punya Ketua kayak lo, Boss! Terharu gue," seru Kenzie dengan kehebohannya. Memamerkan air mata palsunya, seakan di buat-buat seperti menangis. Dasar cowok alay.
"Tapi jangan sampai nama lo sendiri yang jelek di mata guru," sambung Altair kepada Ketuanya itu.
"Nggak usah lo pikirin gue. Gue masih bisa bawa nama baik gue sendiri," balas Api. "Sekarang, yang harus lo semua pikirin adalah gimana caranya biar Om Yudha nggak tahu masalah penyerangan di sekolah ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
GELORAPI
Jugendliteratur🚫FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA! HARAP BIJAK SAAT MEMBACA CERITA INI‼️ Nama yang menyandang gelar GELORA DAN API itu memang sulit untuk didefinisikan. Keduanya sama-sama menyalakan kobaran dendamnya masing-masing. Bagi Gelora, Api itu cowok...