Part 4

221 23 0
                                    

Happy reading.

Waktu menunjukkan pukul 20.50, dan saat ini Giselle sedang meringis sakit karna kaki nya yang di perban terantuk meja belajar.

"Aduh makin sakit kaki gue," eluh Giselle dengan mengelus pelan kaki nya yang di perban.

"ANJIR!! Malam ini kan balapan. Aelah segala pake patah nih kaki. Fuck," umpat Giselle dengan segala kekesalan karna malam ini tidak bisa ikut balapan.

Drt
Drt
Drt

Suara dering ponsel dari arah nakas membuat Giselle mengambil ponsel nya dan melihat siapa yang menelepon. Yang ternyata teman nya.

"Woy Giselle."

"Apaan?" tanya Giselle mendengar suara bising music DJ di seberang sana, Giselle tau teman nya itu berada di club.

"Pake nanya lagi, buruan ke tempat biasa nongkrong. Jam 10 harus stay di tempat balapan."

"Malam ini gue gak bisa ikut," ucap Giselle.

"Kenapa anjir?"

"Kaki gue patah," ujar Giselle.

"BJIR KOK BISA?"

"Gak usah teriak juga anjir, tadi sore ada musibah dan ya kaki gue patah," ucap Giselle.

"Duh kasihan, gue tambahin pukulan mau gak?"

"Lo yang gue pukul. Emang laknat lo Rey," kesal Giselle dan terdengar suara kikikan Reyhan Zriel Adytama di seberang sana.

"Maaf maaf gue cuma bercanda."

"Maaf lo gak gue terima," seru Giselle.

"Kok gitu? Aelah pake ngambek."

"Bodo amat," Giselle dengan langsung mematikan panggilan.

Giselle menatap kaki nya yang di perban, "ck gara-gara si juanjing, gue gak bisa ikut balapan."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Juan," panggil Maudy menatap putra bungsu nya yang sedang fokus dengan laptop nya.

"Kenapa ma?" tanya Juan menatap sang ibu tercinta.

Maudy menghela nafas pelan lalu duduk di sofa dan berujar, "Sesekali kamu tengokin keadaan Abang kamu."

Juan terlihat menghembuskan nafas kasar, "Aku sibuk ma."

Maudy menatap sendu Juan, "Itu alasan kamu aja."

Juan terdiam lalu menghembuskan nafas pelan, "Lain kali aku ke rumah Abang."

Maudy terlihat tersenyum bahagia, "Mama senang kalau kamu masih peduli sama Abang kamu."

"Aku masih ada sedikit rasa peduli sama Abang, tapi aku masih akan terus ingat perlakuan Abang dulu," ujar Juan dengan sorot mata tajam juga tangan yang terkepal.

Maudy yang mendengar pun hanya menghela nafas, ia juga tidak bisa melupakan kejadian 6 tahun yang lalu atas perbuatan kejam putra sulung nya.

Maudy berjalan menghampiri sang putra bungsu nya lalu mengelus kedua pundak Juan dengan lembut, "Apapun itu kamu jangan membenci Abang kamu. Ingat pesan mendiang papa kamu."

Juan menatap sendu Maudy lalu menganggukkan kepalanya.

Maudy mengecup pucuk kepala putra bungsu nya sayang lalu berujar, "Kamu tidur gih, pekerjaan kamu bisa di selesaikan besok. Jangan di kerjakan malam hari nanti mata kamu sakit dan kepala kamu berakhir pening karna kelamaan menatap layar cahaya laptop ataupun handphone."

Juan tersenyum lembut, ini lah yang ia sukai dari sikap mama nya, lemah lembut.

"Iya ma."

Juan lalu berdiri dan mengecup kening mama nya.

Cup!

"Aku sayang banget sama mama."

"Mama juga," Maudy akan terus menganggap Juan adalah putra kecil nya yang selalu merengek meminta apapun, walaupun Juan sudah dewasa.


***

Maudy Safira

Maudy Safira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Reyhan Zriel Adytama

Reyhan Zriel Adytama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC.

Janlup vote dan komen.

Badgirl & Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang