-Part 2-

925 118 25
                                    

Malam harinya, Jennie dengan pakaian yang sudah rapi langsung saja berganjak keluar dari kamarnya.

"Mau kemana?" suara berat sang pria menghentikan langkah Jennie yang akan membuka pintu mansion.

"Aku kemana juga bukan urusan Daddy," sahut Jennie memutar bola matanya dengan malas "Lagian kenapa juga Daddy ada disini? Bukannya Daddy hanya sibuk sama pekerjaan Daddy itu?"

Jiyong menghela nafasnya dengan kasar "Daddy kerja juga untuk kamu,"

"Ya ya ya terserah Daddy saja," sambar Jennie lantas kakinya melangkah keluar dari mansion tanpa mempedulikan sang Daddy.

"Anak ini benar benar!" gumam Jiyong dengan kesal.

Jennie membuka pagar mansion lantas dia menghampiri sosok yang berdiri disamping superbike.

"Babe," panggil Jennie dengan senyumannya.

"Ready to go?" tanya sang cowok lantas dia memakaikan helm kepada Jennie.

"Let's go!" pekik Jennie setelah menaiki superbike.

Vrom vrommm!

Superbike yang dikendarai oleh sang cowok langsung saja berlalu pergi meninggalkan perkarangan mansion keluarga Kim.

*
*

Bunyi dentuman music yang keras langsung memenuhi bar yang kini didatangi oleh Irene bersama yang lain.

"Si Jennie masih lama?" tanya Joy.

"Mungkin masih di jalan," sahut Jisoo.

"Pastikan kalian tidak mabuk ya!" tegas Irene menatap sahabatnya satu persatu.

"Santai saja Kak. Kalau mabuk kita bolos saja besok," sahut Lisa menikmati minuman keras yang terhidang didepannya.

"Betul betul!" sahut Seulgi setuju.

"Kalau kalian mabuk, siapa yang bakalan bawa kalian pulang huh?" sambar Wendy.

"Kalian lah," sahut Seulgi.

"Dih, enak saja lo," gerutu Irene.

Dia beralih menatap Yeri "Lo jangan ikutan minum ya. Awas saja!"

"Iya Kak iya," pasrah Yeri yang hanya bisa menikmati juice orange yang dipesan oleh Irene.

"Guys!" Jennie akhirnya menghampiri mereka diikuti oleh sang pacar dibelakangnya.

"Lo datang bareng Vion?" tanya Joy.

"Iya lah," sahut Jennie.

"Babe, aku ke tempat teman teman aku ya" pamit Vion mengelus kepala Jennie.

"Iya Babe," sahut Jennie.

Vion tersenyum lantas berlalu pergi dari sana.

"Kok lo masih pacaran sama Vion? Bukannya gue sudah bilang sama lo untuk putusin dia?" kesal Irene.

"Memangnya kenapa si? Dia itu baik loh," balas Jennie.

"Dia itu anak geng motor Jen. Bahaya loh," sambar Jisoo.

Jennie memutar bola matanya dengan malas "Tidak semua anak geng motor itu jahat. Buktinya saja geng motor Vion itu baik sama gue,"

"Nih anak dinasihatin malah ngenyel ya," kesal Irene.

"Biarin saja Rene. Nanti juga dia menyesal tuh," ujar Seulgi.

"Gue tidak akan menyesal," sambar Jennie bergegas meminum minuman yang ada didepannya.

*
*

Sementara itu di cafe, terlihatlah para pekerja yang bergegas menutup cafe karena jam kerja mereka sudah selesai.

"Chaeyoung, ayo pulang bareng", ajak June.

"Abang pulang saja duluan. Aku bisa pulang sendiri kok," tolak Chaeyoung dengan sopan.

"Ini sudah hampir jam 11 malam. Bahaya kalau kamu pulang sendirian,"

Chaeyoung melirik jam yang memang sudah hampir menunjukkan pukul 11 malam.

"Iya Chae. Ayo pulang bareng. Aku juga bakalan pulang bareng Abang June nih," ajak Jihyo.

"Ya sudah deh," sahut Chaeyoung pada akhirnya.

Setelah memastikan pintu cafe dikunci, mereka bertiga berganjak memasuki mobil June.

"Memangnya rumah kalian satu arah?" Tanya Chaeyoung yang duduk di jok belakang itu.

"Satu arah si. Setiap malam juga aku memang bakalan pulang bareng Abang June," sahut Jihyo membuat Chaeyoung mengangguk faham.

"Besok kamu bakalan kuliah bukan?" tanya June melirik spion.

"Iya Banv. Besok hari pertama aku mula kuliah," sahut Chaeyoung.

"Selama ini kamu tinggal dimana Chae?" tanya Jihyo penasaran.

"Aku sama Mama aku tinggal di Ansan. Tapi tiba tiba saja Mama aku bawa aku pindah ke Seoul. Berkat bantuan kepala kampus aku di Ansan dulu, aku berjaya mendapatkan biasiswa kuliah di Seoul dan besok aku bakalan kuliah di kampus yang ada disamping cafe itu," jelas Chaeyoung.

Jihyo mengangguk faham "Tapi kamu harus hati hati. Beberapa teman aku yang kuliah di kampus itu pernah bilang kalau ada siswa biasiswa yang sering mendapat perundungan,"

"Zaman sekarang masih ada yang begituan?" tanya June.

"Masih ada loh. Katanya anak kepada pemilik kampus itu yang sering bikin ulah. Dia suka membully", jelas Jihyo.

Chaeyoung tersenyum tipis "Aku tidak peduli Kak. Aku tidak akan mengganggu mereka jadi aku harap mereka juga tidak akan mengganggu aku deh,"

"Semoga saja kamu baik baik saja. Kalau ada apa apa, langsung saja kabarin aku sama Abang June ya," ujar Jihyo.

"Iya Kak," sahut Chaeyoung.

Sekarang Chaeyoung benar benar bersyukur karena dirinya menemukan sosok sebaik Jihyo dan June yang ingin berteman dengannya walaupun umur mereka berbeda.

"Semoga saja tidak ada apa apa yang terjadi besok," batin Chaeyoung.

Tidak butuh waktu yang lama, mereka akhirnya tiba didepan rumah Chaeyoung.

"Terima kasih atas tumpangan kalian," ujar Chaeyoung sebelum berganjak keluar dari mobil.

"Tidak masalah Chae. Lagian rumah kita juga ternyata satu arah," sahut June.

"Kita pulang duluan ya. Semangat untuk kuliah kamu besok," ujar Jihyo mengepalkan kedua tangannya.

Chaeyoung terkekeh kecil "Siap Kak!" sahutnya.

Setelah memastikan mobil June berlalu pergi dari sana, Chaeyoung akhirnya berganjak memasuki rumahnya itu.

Hah~

Sekarang fikirannya dipenuhi oleh kata kata yang baru saja dilontarkan oleh Jihyo.

Bagaimana kalau dirinya menjadi korban perundungan? Apa dia mampu mempertahankan dirinya itu?

Memikirkannya saja membuat dirinya merasa ketakutan.




Tekan
   👇

SKY✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang