-Part 28-

681 141 32
                                    

Setelah pulang dari restaurant, Jennie langsung masuk ke kamarnya dan mengurung dirinya disana.

Chaeyoung pula memutuskan untuk tidak mengganggu Jennie karena dia yakin kakaknya itu butuh waktu sendiri.

"Chae," Hyorim memasuki kamar sang anak.

"Ma," balas Chaeyoung.

Hyorim tersenyum tipis sebelum berganjak duduk diatas kasur disamping Chaeyoung.

"Kamu marah sama Mama?"

Chaeyoung tersenyum. Tangannya menggenggam tangan Hyorim dengan erat "Aku tidak marah sama Mama. Aku malah bersyukur karena dipertemukan sama Mama. Andai saja Mama tidak ada, mungkin aku akan membesar di panti asuhan,"

"Mama sudah menganggap kamu seperti anak Mama sendiri. Lagian Mama pernah berjanji sama Mommy kamu kalau Mama akan menjaga kamu,"

"Mommy juga pasti bersyukur karena punya teman sebaik Mama,"

"Bagaimana dengan Daddy? Kamu masih marah sama Daddy?"

Chaeyoung menghela nafasnya dengan kasar "Aku tidak marah Ma. Aku hanya kecewa. Apa selama ini Daddy tidak menganggap aku sebagai anaknya sehingga dia memutuskan untuk tidak mencari keberadaan aku sama Mommy? Apa Daddy memang sudah membuang aku sebagai anaknya?" lirihnya.

"Mama memang tidak bisa menyangkal kalau Daddy kamu memang salah. Dia egois. Dia pikir dia bisa hidup tanpa Mommy kamu makanya dia sok kuat. Tapi sekarang dia menyesali semuanya. Dia sayang sama kamu Chae. Kamu tetap saja anak kandung dia. Coba pikirkan dengan baik ya. Beri peluang untuk Daddy kamu menebus kesalahannya yang dulu. Izinkan dia menjalankan perannya sebagai Daddy yang baik untuk kamu sama Jennie," nasihat Hyorim.

Chaeyoung mengangguk dengan pelan "Baiklah Ma,"

"Ya sudah. Mama akan ke kamar Kakak kamu dulu," pamit Hyorim.

"Ma, jangan," halang Chaeyoung.

"Kenapa Chae? Kamu sama Kakak kamu berantem? Kamu jahilin dia lagi?"

"Aku tidak jahilin Kak Jen kok. Tapi sekarang Kak Jen butuh waktu sendiri. Tadi waktu aku sama Kak Jen makan di restaurant, kita melihat pacar Kak Jen selingkuh,"

Hyorim mengangguk paham "Baiklah, Mama mengerti. Kakak kamu itu memang butuh waktu sendiri. Tapi kamu sebagai adik harus tetap ada untuk dia. Pastikan dia terus tersenyum agar dia tidak sedih lagi,"

"Iya Ma,"

"Mama keluar dulu,"

"Ma," panggil Chaeyoung menghentikan langkah sang Mama "Apa Mama bisa menyiapkan sup dumpling untuk makan malam nanti? Kak Jennie suka sama dumpling,"

Hyorim tersenyum "Mama akan menyiapkan banyak sup dumpling untuk kalian,"

Chaeyoung ikut tersenyum "Mama the best!"

Setelah itu, Hyorim benar-benar berganjak keluar dari kamar sang anak.

Dengan segera Chaeyoung membayangkan dirinya diatas kasur.

Hah~

Sekarang gadis ini merasa bingung. Dia harus segera latihan untuk pertunjukan di festival tahunan kampus, namun kejadian yang terjadi tadi membuat dia tidak yakin kalau sang kakak bisa melakukan pertunjukan bersamanya.

*

Sementara itu didalam kamarnya, terlihatlah sosok Jennie yang hanya melamun diatas kasur. Matanya bahkan sudah sembab gara-gara tangisannya tanpa henti itu.

Dia sudah berjuang sejauh ini. Tapi kenapa sosok Vion malah mengkhianati cintanya? Disaat orang lain meminta mereka untuk putus, dia mati-matian mempertahankan cowok itu tapi sekarang cowok itu malah menduakan cintanya.

Tok tok tok

Ceklekk

Pintu kamarnya dibuka dan masuklah sosok Chaeyoung yang menghampirinya "Kak Nini,"

Jennie tersenyum namun Chaeyoung tahu kalau itu adalah senyuman palsunya.

"Kakak meninggalkan sesuatu di mobil," Chaeyoung menyerahkan paperbag kepada Jennie.

Dahi Jennie mengernyit, namun sedetik kemudian dia mula ingat kalau itu adalah pemberian dari sang adik yang ingin membujuknya.

"Capybara," gumamnya setelah membuka paperbag itu.

"No," sambar Chaeyoung "Mulai hari ini, namanya Ninibara,"

"Ninibara?"

"Iya. Nini sama capybara,"

"Kakak suka,"

"Baguslah kalau Kak Jen suka. Pokoknya Kak Jen harus memeluk boneka ini setiap malam. Kakak tatap saja wajah boneka ini. Lupakan saja pria jelek itu,"

Jennie tersentak "Rosie-,"

"Aku tahu Kak Jen sedih gara-gara pria sialan itu," potong Chaeyoung "Jadi Kak Jen tidak perlu berpura-pura kelihatan baik-baik saja didepan aku,"

Chaeyoung berganjak duduk disamping Jennie lalu dia membawa kakaknya itu kedalam dakapannya "Menangis saja Kak. Ada Rosie yang akan menjadi sandaran Kakak,"

Tidak butuh waktu yang lama, isakan Jennie kembali kedengaran. Gadis ini menangis dengan keras bahkan kedua tangannya sudah mencengkram baju belakang sang adik.

Chaeyoung pula tidak bersuara. Dia hanya mengelus kepala sang kakak dengan lembut.

5 menit berlalu, namun isakan Jennie masih belum berhenti. Nafasnya tersendat-sendat mencari udara yang tak lagi manis. Setiap tetes air mata adalah racun, menggores pipinya yang pucat pasi seperti porselen retak, meninggalkan bekas luka yang tak akan pernah sembuh. Aliran air mata itu bukan sungai kecil nan tenang, tapi arus deras penuh amarah dan penyesalan, menghanyutkan serpihan-serpihan dirinya yang telah haneur.

Hati Chaeyoung semakin sakit ketika mendengar setiap isakan sang kakak. Andai bisa, dia ingin sekali menghabisi sosok yang sudah membuat kakaknya itu menangis namun dia tidak punya apa-apa. Sosok kejam itu lebih berkuasa darinya membuat dirinya hanya bisa bungkam penuh dendam.

Namun, Chaeyoung berjanji kepada dirinya sendiri kalau dia akan terus membuat Jennie tersenyum.

Mulai hari ini, Chaeyoung akan terus berjuang untuk memberikan kebahagian kepada Jennie!














Mulai hari ini, Chaeyoung akan terus berjuang untuk memberikan kebahagian kepada Jennie!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


  Tekan
   👇

SKY✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang