Olen melangkahkan kakinya ke arah salah satu rumah yang sudah lama sekali tak ia kunjungi karena terlalu sibuk dengan berbagai kejadian yang tak terduga belakangan ini.
Salah satunya adalah tentang Erine dan Joy yang benar-benar menyita perhatian Olen beberapa waktu kebelakang.
"Assalamu'alaikum ya ahli kubur," sapa Olen tepat setelah melepaskan sepatu dan langsung menarik atensi banyak pasang mata di dalam rumah itu.
"Si anjir, dateng juga lo akhirnya. Abis bertapa dimana bray?" Tanya Gabriel, si empunya rumah sekaligus kakak tertua di sirkel mereka.
Olen terkekeh mendengar sapaan pemuda keturunan Manado itu yang sedang asik memakan berbagai jenis chiki, "biasa tugas negara."
"Biisi tigis nigiri, lediq lu Olen Manuel," balas satu temannya lagi yang mengundang tawa keras dari Olen yang langsung menduduki salah satu tempat kosong di sofa rumah itu.
"Del, geser Del, badan kecil tapi gede banget tuh bokong gue liat-liat," ucap Olen sambil menggeser tubuh temannya yang berwajah oriental itu.
"Lah kan emang gitu si Delon, badan kecil tapi bawahnya yang besar," balas Gabriel lagi.
Setelahnya ruang tamu rumah itu langsung dipenuhi suara sorakan, "anjir apaan tuh yang besar?"
"Ada yang besar tapi bukan harapan," balas Miki, sambil tetap fokus pada ponselnya.
Seketika banyak tangan yang memukul lengan Miki pelan, "heh Miki udah paham aja soal beginian, diajarin apa lo sama Cathy?"
Miki, si bungsu di ruangan itu memukul bahu pemuda yang berada tepat di sampingnya, "bawel bener lu toa tujuh belasan."
"Lah banyak dong toanya ada tujuh belas," balas Regie sambil menatap ke arah Miki yang sudah mendengus kesal.
"Bodo amat Regie suaminya Ayu Dewi, beloman aja lek-lekan lo gue injek," balas Miki yang berhasil membuat tawa dari semua yang di ruangan itu menguar.
Pemuda bertubuh tingi dengan kulit putih pucat itu terbahak sebelum akhirnya memasang wajah sok imut dan berkata, "mau dong diinjek sama bang Miki, alias injek aku Miki."
Gabriel yang mendengar teman-temannya ramai berceloteh pun hanya bisa mendengus, efek sedang malas bicara.
Apalagi kalau situasinya sedang begini, apapun yang dia ucapkan tidak akan digubris juga sama keempat curut lainnya.
Namun matanya sedari tadi sibuk memperhatikan Olen yang akhir-akhir ini memang susah sekali untuk diajak kumpul atau main bersama.
Gabriel menepuk pundak Olen sebentar kemudian mengode pemuda itu untuk mengikutinya ke arah belakang rumah.
Olen langsung memahami apa maksud dari kakak kelasnya itu, maka dengan sekali hembusan napas, pemuda bertubuh tinggi itu langsung berdiri untuk mengikuti langkah kakak kelas sekaligus sahabatnya itu.
"Eh itu Olen sama bang Gabriel mau kemana?" tanya Miki pada Delon dan Regie yang dibalas gelengan dari keduanya.
"Paling di eksekusi," jawab Regie sambil menatap kepergian dua temannya.
"Jadi besok kita liat mayatnya Olen dong," celetuk Miki asal.
Dengan gerakan cepat, kepalanya di pukul oleh Delon dan Regie sambil mengumpat, "bacot banget Miki Wiki."
Sementara di halaman belakang rumah milik Gabriel, sekaligus markas mereka itu tampak senggang, hanya ada Gabriel dan Olen yang telah duduk di kursi kayu berwarna putih.
"Ada yang mau lo ceritain sama gue gak?" tanya Gabriel membuka suara.
Olen menatap senior sekaligus sahabatnya sejak kecil itu, kemudian tersenyum tipis sebelum akhirnya menggeleng. Dia tak ingin masalah Erine dan Joy diketahui oleh siapapun, termasuk Gabriel.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOY [ORINE] | END
FanfictionMasih sangat dini untuk Olen dan Erine menjalani pernikahan yang hanya didasari oleh tanggung jawab dari perlakuan tak sengaja yang membuat sebuah nyawa hadir di tengah-tengah mereka.