Erine baru saja turun dari mobil dan langsung tersenyum saat matanya menangkap sosok Olen yang saat ini sedang menunggunya di area parkiran motor seperti biasa.
Dengan langkah terburu-buru, gadis cantik itu berjalan ke arah Olen dan langsung menggandeng lengan pemuda itu dengan cengiran menggemaskan di wajahnya.
"Olen hehe," sapanya sambil mengeratkan gandengannya.
Olen yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya pun terperanjat kaget saat tiba-tiba merasakan lengannya digandeng oleh seseorang.
Namun, Olen langsung buru-buru mematikan layar ponselnya dengan cengiran yang sedikit dipaksakan saat menyadari jika Erine sudah berada tepat di sampingnya.
Pemuda itu berusaha untuk mengontrol mimik wajahnya, baru setelah itu mengacak lembut rambut Erine yang membuat gadis itu mendengus sebal.
"Ih Olen rambut aku kan udah rapih jangan berantakin lagi dong, nyebelin," rajuk Erine yang malah membuat Olen terkekeh gemas.
Olen masih dengan senyuman lebarnya, "yaudah sini aku rapihin," ucapnya sambil merapihkan asal rambut Erine yang malah membuat rambut gadis itu semakin berantakan, "tuh udah rapih," lanjutnya dengan kekehan.
"Heh, ini mah malah makin berantakan tau! Ngeselin banget sih, masih pagi juga," kesal Erine yang dibalas dengan cengiran khas Olen dan jari yang membentuk tanda perdamaian.
Sadar jika sebentar lagi bel masuk akan berbunyi, "yuk ke kelas, aku mau ngapalin buat ulangan nanti," ucap Olen yang dibalas anggukan oleh Erine.
"Ulangan mapel apa?" Tanya Erine sembari mereka berdua berjalan ke arah koridor kelas 11.
Olen menatap gadis cantik itu sebentar kemudian mencoba untuk menginggat ulangan apa dia hari ini, "sama Pak Kinan dah keknya, aku lupa."
Erine mengernyitkan dahinya, "lah, kamu gak tau mau ulangan sama siapa? Emang gak belajar?" tanyanya yang dibalas gelengan oleh pemuda tampan itu.
"Enggaklah, aku kalo ngapalnya dari jauh-jauh hari gak bakal kecantol di otak aku, jadi percuma aja. Mending ngapalnya pas di detik-detik yang menegangkan, biar lebih mantap," ucap Olen sambil terkekeh, sedangkan Erine hanya menggelengkan kepalanya, heran.
Keduanya berjalan di koridor kelas yang mana berhasil mencuri perhatian dari banyak orang. Karena siapa yang tak mengenal Erine, si primadonanya Netco High School.
Gadis cantik dengan jari lentik yang bisa menghipnotis siapapun yang mendengarkan permainan pianonya.
Ditambah gadis itu juga pernah mendapatkan kesempatan untuk tampil di kancah internasional, benar-benar mengagumkan.
Sementara Olen, meskipun tak seterkenal Regie yang merupakan Kapten basket ataupun Delon si anak olimpiade atau Miki si selebgramnya sekolah mereka juga Gabriel sang Ketua Osis dan Juara peralel.
Namun Olen memiliki kharisma yang berhasil menarik perhatian para siswi sehingga hadirnya tetap menjadi sorotan bagi para siswa SMA Netco.
"Sampe deh, kamu belajar yang bener biar makin pinter," ucap Olen sesaat setelah sampai di kelas Erine sambil mengacak pelan poni gadis itu, "aku ke kelas dulu ya, niatnya mau ngapalin materi atau nyiapin contekan nih," lanjutnya sambil terkekeh yang dibalas dengan pukulan pelan di bahunya dari Erine.
"Yaudah deh dadah Olen," ucap Erine sambil melambaikan tangannya ke arah pemuda itu.
Olen membalas lambaian tangan Erine sambil berlalu ke arah kelasnya yang berada di lantai atas.
Namun selama di perjalanan ke arah kelas, Olen membuka ponselnya lagi dan langsung menghela napas sambil tersenyum lirih saat layarnya menampilkan roomchat yang masih terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOY [ORINE] | END
FanfictionMasih sangat dini untuk Olen dan Erine menjalani pernikahan yang hanya didasari oleh tanggung jawab dari perlakuan tak sengaja yang membuat sebuah nyawa hadir di tengah-tengah mereka.