Rileks.
Sedari tadi kata itu terus diulang-ulang oleh Olen selama di perjalanan dari villa tempatnya menginap menuju villa milik Erine.
Iya, acara akad nikahnya dengan Erine akan dilaksanakan di salah satu villa milik keluarga gadis itu atas permintaan Cynthia yang tentu saja di setujui oleh semua keluarga.
Karena pernikahan mereka akan dilaksanakan dengan sederhana dan sangat tertutup yang mana acara akad serta resepsinya hanya akan mengundang keluarga inti dan orang-orang yang terpercaya dari kedua belah pihak.
"Deg-degan ya bang?" Tanya Onel saat melihat dari kaca tengah jika putranya itu sedari tadi menghela napas gelisah, namun tetap berusaha untuk terlihat tenang.
Olen menatap sang papa sebentar kemudian mengangguk, "iya pa, Olen degdegan banget," balas pemuda itu.
Sementara Onel dan Indah terkekeh, "gapapa bang, wajar namanya juga mau akad," ucap pria paruh baya itu, "papa pas mau akad juga degdegan banget."
"Cara nenanginnya gimana pa?" Tanya Olen yang duduk di tengah, diantara kedua saudarinya, Olla dan Ribka.
Onel mengingat kejadian puluhan tahun lalu, tepat saat dia menikah dengan wanita cantik yang saat ini duduk di sampingnya, "baca do'a yang banyak sih papa waktu itu bang, semua do'a papa baca, sampe do'a makan sama ayat kursi juga," jawabnya sambil terkekeh.
Mendengar itu membuat seluruh manusia yang berada di dalam mobil tertawa, termasuk Indah yang saat ini tengah memukul bahu sang suami pelan, "ayat kursi emangnya aku hantu."
"Mirip dikit," jawab Onel yang membuat ketiga anaknya tertawa dan berhasil mengusir rasa tegang dalam diri Olen.
Sepanjang perjalanan yang tak sampai 30 menit itu, di isi dengan jokes Onel yang tak masuk akal, namun anehnya selalu berhasil mengundang tawa dari istri juga anak-anaknya.
Saat sudah sampai di villa tempat akad akan dilaksanakan, tegang yang dirasakan Olen kembali datang.
Melihat sang adik yang kembali gelisah, Olla menggenggam jemari pemuda yang lebih muda 2 tahun dari dirinya itu, "rileks, semua bakal baik-baik aja," ucapnya yang dibalas anggukan oleh Olen, "semangat ya, bentar lagi lu bakal jadi suami trus ayah."
"Iya kak," balas Olen sembari menatap sang kakak yang saat ini matanya terlihat berkaca-kaca, "lu juga baik-baik di rumah ya."
Olla terkekeh kemudian memeluk adik laki-lakinya itu erat, "gue gak nyangka bakal lu yang nikah duluan, tapi gue bangga banget, lu ada di sini buat bertanggung jawab dan nunjukin kalo lo beneran laki-laki."
"Makasih ya kak Olla," hanya itu yang bisa Olen ucapkan, apalagi saat dia menyadari bahunya sedikit basah karena Olla yang sudah menangis, "gue sayang banget sama lu, maaf udah ngecewain ya."
Olla melepaskan pelukannya, "gue bakal lebih kecewa kalo lu jadi pecundang dan kabur dari tanggung jawab lu sih," jawabnya dengan senyuman, "dah rapih-rapih sana, bentar lagi acara intinya."
Saat Olen mengangguk tiba-tiba Ribka memeluknya dari belakang, "abanggg," panggil gadis cantik itu yang berhasil membuat Olen dan Olla terkekeh.
"Apa adek abang yang paling cantik di dunia?" Tanya Olen sembari membalikkan tubuh agar bisa menatap ke arah Ribka yang sudah menangis tersedu, "jangan nangis dong nanti kadar cantiknya berkurang 99 persen."
Ribka memukul pundak sang abang dengan kesal namun setelahnya kembali merengek saat Olen memeluknya erat, "baik-baik nanti di rumah ya."
Sementara Onel dan Indah yang melihat tingkah laku ketiga anak mereka hanya bisa tersenyum, meski tanpa sadar air menetes dari sudut mata mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOY [ORINE] | END
FanfictionMasih sangat dini untuk Olen dan Erine menjalani pernikahan yang hanya didasari oleh tanggung jawab dari perlakuan tak sengaja yang membuat sebuah nyawa hadir di tengah-tengah mereka.