JCD~19

9.9K 487 5
                                    

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Happy reading!

"Shazia baik-baik saja, hanya kecapekan dan kurang tidur. Juga bisa jadi karena efek dari kandungannya." ucap dokter yang ber-name tag Kinan,

Nyai Hanna serta Gus Zayyan membulatkan matanya saat mendengar kondisi shazia. Gus Zayyan mengukir sebuah senyuman, ia terus melangitkan rasa syukurnya atas apa yang sudah Allah berikan kepadanya.

"kandungan?" Tanya Gus Zayyan sekali lagi untuk memastikan

"loh kamu tidak tau shazia sedang mengandung? bahkan kandungannya sudah hampir dua Minggu"

"Alhamdulillah, kalau gitu terimakasih dok" lanjut Gus Zayyan

"Iya sama-sama, yasudah saya pamit soalnya masih ada jadwal di rumah sakit. Assalamualaikum"

Kemudian dokter Kinan berjalan keluar ndalem, karena ia masih punya jadwal di rumah sakit. Dokter Kinan adalah dokter pribadi milik shazia, ia pun juga sering mengobati Shazia beserta keluarganya.

Gus Zayyan serta nyai Hanna memasuki ke kamar untuk melihat shazia apakah sudah sadar atau belum, dan ternyata shazia sudah bangun dengan keadaan sangat lemas.

"kenapa? ada yang sakit hm?" tanya Gus Zayyan yang melihat shazia sangat lemas

"gak ada, gus."

"mulai sekarang kamu istirahat yang cukup ya nak, karena ada titipan Allah di perut kamu" sahut nyai Hanna, shazia menoleh ke arah Gus Zayyan, sungguh ia tidak mengerti apa maksudnya.

"kamu hamil, sayang. jadi saya dan umi minta untuk jaga kesehatan, tidak boleh terlalu capek"

shazia membulatkan matanya, ia tidak percaya dengan omongan Gus Zayyan, tetapi tanda-tanda kehamilan seseorang yang membuat dirinya yakin. ia pun terus melangitkan rasa syukurnya atas titipan yang Allah berikan kepadanya.

"beneran, Gus?" Tanya Shazia yang memastikan

"beneran, saya tidak pernah berbohong"

Nyai Hanna tersenyum melihat keromantisan anak dan menantunya itu, ia mengingat semua kenangan saat muda bersama kyai Herman. Nyai Hanna seperti bagaikan nyamuk saat berada di kamar itu, tetapi di sisi lain ia sangat bersyukur.

"ekhem intinya zia jaga kesehatan ya, tidur harus cukup, makan harus teratur. Yasudah mamah ke bawah dulu ya"

"Eh iya ma, terimakasih" lanjut shazia

"Iya sama-sama, sayang. Yasudah assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam" jawab shazia dan Gus Zayyan

Gus Zayyan terus menatap shazia dengan mengukir senyuman pada bibirnya. Ia tidak pernah sebahagia ini sebelumnya,

"Gak usah gitu juga liatinnya, Gus"

Gus Zayyan tersenyum dan mengusap rambut Shazia "kenapa emang? saya lagi liat cewek cantik"

"gak usah gombal deh, gus. ntar anak zia kalau laki-laki juga ketularan suka gombal"

JODOH CERMINAN DIRI (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang