JCD~33

5.7K 404 70
                                    

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

vote dan komennya ya, jangan jadi silent readers.

Happy reading!

"Udah ya mas, kan udah aku jawab dengan jawaban yang memuaskan hati kamu kan? Aku juga udah gak ada hubungan lagi sama Farhan, dan anak ini anak kamu. Meskipun aku seorang ketua geng motor, tapi aku masih tau mana yang boleh dan mana yang gak boleh mas, apalagi melakukan hubungan yang menjijikan itu. Yang kamu lihat tadi di kampus, Farhan yang narik aku secara tiba-tiba mas. Tapi kamu yang gak mau denger penjelasannya dan langsung nuduh aku." Ucap Shazia,

Shazia langsung meninggalkan Gus Zayyan seorang diri di ruang tengah. Hatinya sangat sakit, apalagi Gus Zayyan laki-laki pertama yang berani menampar Shazia. Seumur hidupnya, Kyai hafidz maupun Bang Shaka tidak pernah main tangan kepada Shazia, maka dari itu Gus Zayyan lah yang pertamakali menampar wajah Shazia.

Gus Zayyan melihat jam tangan, dan ternyata sudah masuk waktu Dzuhur. Bahkan adzan Dzuhur pun tak terdengar, Gus Zayyan terus beristighfar atas apa yang telah ia lakukan, ia menampar Shazia, sungguh kesalahan yang sangat fatal.

"Astaghfirullahalazim." Ucap Gus Zayyan yang terus menenangkan dirinya, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke masjid.

Shazia sholat Dzuhur seorang diri, setelah sholat Dzuhur, ia melangitkan semua do'anya. Air mata Shazia jatuh begitu saja saat melangitkan do'anya.

Setelah Sholat, Shazia terduduk di pinggir kasur dan mengelus perutnya yang sudah membesar, air matanya kembali membasahi pipinya saat mengingat apa yang sedang terjadi dengan rumah tangganya.

"Maafin Amma sama Abuya ya nak." lirih Shazia sembari mengelus perutnya,

Shazia sangat lelah menangis, akhirnya ia memutuskan untuk tidur terlebih dahulu. Matanya kini sudah membengkak, karena Shazia tak henti-hentinya menangis. Ia sakit hati oleh pertanyaan yang Gus Zayyan tanyakan, apalagi Gus Zayyan sampai membentak dan menampar Shazia.

Gus Zayyan membuka pintu kamar sembari mengucapkan salam dengan pelan, ia melihat Shazia yang sedang tertidur sembari memunggunginya. Pelan-pelan Gus Zayyan mendekati Shazia dan memeluknya dari belakang, ia tahu bahwa Shazia belum tertidur karena ia mendengar isakan-nya.

"Saya minta maaf, maaf," Ucap Gus Zayyan sembari memeluk Shazia dari belakang,

"Mas ga salah, aku yang salah. Karena aku ga bisa jaga diri," jawab Shazia dengan suara yang bergetar,

"Tidak sayang, tidak. Maafkan saya, maaf,"

"Udah ya mas, jangan salahin diri kamu sendiri. Aku juga salah mas,"

"Tidak sayang tidak, balas saya. Balas,"

"Udah mas, kita impas kok. Mas tampar aku, aku bentak mas," Jawab Shazia, Gus Zayyan semakin menyesal atas apa yang ia lakukan.

"Saya benar-benar kelepasan, sayang. Saya minta maaf, saya percaya sama kamu..."

Shazia berbalik menghadap Gus Zayyan, ia menatap Gus Zayyan yang sedang menatapnya. Shazia tersenyum,

"Percaya sama aku? Kalo mas percaya sama aku, mas ga mungkin keluarin pertanyaan yang udah jelas-jelas aku lagi ngandung anak kamu, udah jelas-jelas aku gak ada hubungan lagi. Itu yang mas bilang percaya?"

Shazia kembali memunggungi Gus Zayyan, air matanya terus membasahi pipi Shazia. Gus Zayyan semakin mengeratkan pelukannya dari belakang sembari terus mengeluarkan kata 'maaf', ia benar-benar sangat merasa bersalah.

JODOH CERMINAN DIRI (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang