Chapter 4

344 50 7
                                    

Apartemen bawah tanah yang lembab penuh lumut, mengembalikan kesadaran ji won betapa tidak mampunya dia. Bau pesin, muntahan yang menempel di sekitar jendela, puntung rokok yang berserakan. Bau sampah busuk yang menyengat yang kini sudah akrab menjadi pemandangan sehari-hari. Jika menilik kembali apartemen milik Soo Hyun, betapa berbeda nya kehidupan yang mereka jalani.

Ji won menuruni tangga menuju apartement bawah tanah miliknya. Begitu membuka pintu, bau lembab yang menyesakkan menyapa indra penciumannya.

Seorang wanita paruh baya datang menghampiri ji won dengan wajah berseri-seri menyambut kepulanganya.

"Jiwon-a, kemarilah kau pasti sudah lapar." Kata wanita itu sambil membawa Jiwon duduk di hadapan meja kayu yang sudah tambalan kayu tambahan.

Jiwon melihat sup rumput laut tersaji dengan toge yang ditumis bersama dengan daging, ada juga kimci dan kaki kepiting. Makanan yang sangat banyak bagi Jiwon bahkan menikmati lebih dari satu lauk saja sangat jarang.

Ia menatap ibunya dengan  tatapan penuh tanya hingga ibunya tersenyum ramah. Sambil mengusap kepala Jiwon.

𝙄𝙣𝙞 𝙝𝙖𝙧𝙞 𝙪𝙡𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙖𝙝𝙪𝙣 𝙢𝙪. 𝙀𝙤𝙢𝙢𝙖 𝙢𝙚𝙢𝙖𝙨𝙖𝙠 𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙧𝙖𝙮𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙪𝙡𝙖𝙣𝙜  𝙝𝙖𝙧𝙞 𝙠𝙚𝙡𝙖𝙝𝙞𝙧𝙖𝙣𝙢𝙪.

Ibu Jiwon mengepalkan dua tangannya didepan dada dengan jarak diantara kedua dada, jari telunjuk dan tengah tegak sementara lainnya mengepal masuk, merapatkannya dengan telapak tangan bagian kiri.

𝙎𝙚𝙡𝙖𝙢𝙖𝙩 𝙪𝙡𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙖𝙝𝙪𝙣!

Jiwon menatap lamat wajah bahagia ibunya lalu beralih pada makanan yang tersedia di atas meja. Air wajahnya mendadak tidak senang.

𝙀𝙤𝙢𝙢𝙖! 𝙆𝙚𝙣𝙖𝙥𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙪𝙖𝙣𝙜-𝙗𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙝𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙝𝙖𝙡 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙥𝙚𝙣𝙩𝙞𝙣𝙜 𝙨𝙚𝙥𝙚𝙧𝙩𝙞 𝙞𝙣𝙞?!

"Jiwon-a apa maksud mu, kelahiranmu adalah hal penting. Kamu begitu berharga" Ibu Jiwon mulai gusar ketika melihat Jiwon terlihat kesal.

𝙀𝙤𝙢𝙢𝙖 𝙗𝙚𝙣𝙖𝙧-𝙗𝙚𝙣𝙖𝙧 𝙗𝙚𝙧𝙥𝙞𝙠𝙞𝙧 𝙨𝙚𝙥𝙚𝙧𝙩𝙞 𝙞𝙩𝙪?! 𝙀𝙤𝙢𝙢𝙖! 𝙊𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙖𝙣𝙖 𝙙𝙞𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖 𝙞𝙣𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙟𝙖𝙙𝙞 𝙗𝙚𝙧𝙝𝙖𝙧𝙜𝙖 𝙩𝙖𝙣𝙥𝙖 𝙨𝙪𝙖𝙧𝙖. 𝙆𝙖𝙪 𝙢𝙚𝙡𝙖𝙝𝙞𝙧𝙠𝙖𝙣 𝙖𝙣𝙖𝙠 𝙗𝙞𝙨𝙪!

Sorot mata jiwon benar-benar  terluka, tidak ada yang tahu betapa merasa rendah dirinya dia. Betapa banyak pujian dari ibunya tidak akan bisa membuatnya berjalan dengan tegak. Dunia menghakiminya karena kekurangan. Orang-orang mendiskriminasi dirinya karena ia miskin. Seolah dia lahir hanya untuk dipermainkan.

Airmata kini luruh membasahi wajah pucat ibunya.

"Maaf  nak, ini salah . Maaf karena ibu miskin kau menderita."

𝘽𝙚𝙣𝙖𝙧 𝙞𝙣𝙞 𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙚𝙤𝙢𝙢𝙖, 𝙖𝙣𝙙𝙖𝙞 𝙖𝙠𝙪 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙡𝙖𝙝𝙞𝙧 𝙙𝙞 𝙠𝙚𝙡𝙪𝙖𝙧𝙜𝙖 𝙢𝙞𝙨𝙠𝙞𝙣  𝙖𝙠𝙪 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥 𝙨𝙚𝙥𝙚𝙧𝙩𝙞 𝙞𝙣𝙞. 𝙎𝙚𝙠𝙖𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙖𝙥𝙖 𝙚𝙤𝙢𝙢𝙖 𝙢𝙚𝙧𝙖𝙮𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙪𝙡𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙖𝙝𝙪𝙣 𝙠𝙪 𝙗𝙖𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙗𝙞𝙖𝙮𝙖 𝙖𝙥𝙖𝙧𝙩𝙚𝙢𝙚𝙣 𝙨𝙖𝙟𝙖 𝙠𝙞𝙩𝙖 𝙩𝙖𝙝𝙪 𝙖𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙮𝙖𝙧𝙣𝙮𝙖 𝙗𝙪𝙡𝙖𝙣 𝙞𝙣𝙞 𝙖𝙩𝙖𝙪 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠!

Love LanguageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang