01: The Queen

157 18 0
                                    

Marianne tidak pernah membayangkan bahwa diusianya yang sangat muda ini dia dapat merasakan jantungnya berdetak kencang, keringat dingin membasahi keningnya dan membuat nafasnya terasa berat.

"Its weird.."

"What's weird?" Tanya Marianne pelan pada topi tua diatas kepalanya.

"I don't know.. It's difficult.."

Sudah 5 menit Sorting Hat ada di atas kepalanya, disaksikan oleh seluruh penduduk Hogwarts. Ia sendiri tidak mengerti kenapa topi itu terlalu lama mengambil keputusan, apa sulitnya menentukan asrama yang cocok untuknya?

"Kau punya kemungkinan yang menarik.."

"Apa hubungannya itu dengan pemilihan ini?"

"Of course it's important, kid.. Bahkan, inilah bagian terpentingnya.."

"Bisakah kau langsung memilihnya? Please.."

Sorting Hat terdiam sejenak, tampak memikirkan segala kemungkinan yang terbaik.

"..fine then.. Gryffindor!"

Suara tepuk tangan meriah terdengar, Marianne menghela nafas lega, setidaknya dia tidak akan lagi menjadi pusat perhatian.

Marianne berjalan dengan hati-hati menuju meja makan Gryffindor, seorang gadis berambut merah dengan senang hati menawarkan tempat duduk disampingnya pada Marianne.

"Hi, my name is Lily. Lily Evans."

"Nice to meet you, I'm Marianne, Marianne Brosvett."  Marianne berjabat tangan dengan Lily.

Gadis berambut merah itu juga mengenalkan Marianne pada beberapa bocah yang telah di sortir ke Gryffindor sebelum Marianne.

" This is James Potter, and he's Sirius Black-"

James mengulurkan tangan pada Marianne dengan arogan, "James Potter."

"I'm Sirius Black. Kau terlihat menyenangkan, ayo berteman!"

Marianne berjabat tangan dengan keduanya, "I'm Marianne Brosvett. Baiklah, ayo berteman." 

Marianne melihat sekelilingnya, tidak banyak yang ia kenal sebelum ini. Akan menyenangkan bila adik sepupunya, Daisy, berada di tahun yang sama dengannya. Sayangnya Daisy lebih muda darinya.

Diantara para Professor, mungkin hanya beberapa yang memang ia kenal sebatas kenal seperti Dumbledore dan Slughorn. Siapa yang tidak mengenal Dumbledore? Penyihir hebat sepanjang masa, itu yang dibicarakan orang-orang.

"Jadi namamu adalah Lily? Seperti bunga Lily?" James membuka obrolan dengan Lily, membuat Marianne mau tidak mau ikut mendengarkan.

Lily mengangguk cepat, "Yeah, ibuku menamaiku dan kakakku dengan nama bunga. Aku Lily, dan kakakku Petunia."

"Apa kakakmu juga bersekolah disini?" Tanya Sirius penasaran.

"No, dia tidak memiliki sihir."

Beberapa siswa di meja makan sedikit terkejut mendengar itu, begitupun dengan Marianne.

"Tidak memiliki sihir? Apa maksudmu kakakmu adalah Squib?"

Lily tertawa, "It's not like that, dia muggle."

James, Sirius, dan beberapa lainnya ber-oh ria. Mereka sudah cukup mengerti bahwa Lily adalah muggle-born.

"Well, Lily adalah nama yang cocok untukmu."

"Thank you, Sirius. What about you?"

"Oh, namaku diambil dari nama bintang. Ibuku juga yang memilihnya. What about you, Marianne? Apa arti namamu?"

Marianne cukup terkejut karna Sirius bertanya padanya, nampaknya bocah keluarga Black itu benar-benar serius ingin berteman dengannya.

"Nama panggilanku adalah Mary, ayahku bilang itu adalah nama seorang ratu dari Skotlandia." Jelas Marianne berusaha terlihat percaya diri.

"Wow, the queen. Tidak heran kau punya aura seorang ratu." Celetuk James yang jelas candaan.

"Thanks a lot, James."

"You're welcome, Mary."

Jamuan dimulai, James dan Sirius telah berkenalan dengan beberapa siswa lainnya sementara Lily dan Marianne melanjutkan obrolan mereka.

Lily menceritakan beberapa pengalaman tidak menyenangkannya saat baru pertama kali menginjakan kaki di dunia sihir, karna kedua orang tuanya Muggle, saat mereka berbelanja di Diagon Alley beberapa orang menatap dengan sinis. Bahkan ada beberapa yang dengan sengaja mengatakan 'mudblood'.

"Jangan dengarkan kata-kata buruk seperti itu, Lily. Itu sama sekali tidak benar."

"Ya, Mary, awalnya kupikir akan sulit mendapatkan teman. Tapi ternyata aku beruntung bisa bertemu denganmu. Kuharap kita se-kamar, itu akan sangat menyenangkan!"

"Aku juga mengharapkan hal yang sama!"

"Really?"

"Yeah!"

Waktu makan malam berakhir, prefek mengantarkan siswa baru ke asrama masing-masing. Di perjalanan menuju asrama Gryffindor, mata Marianne tertuju kepada seorang bocah laki-laki berbadan kurus yang memiliki sedikit luka di lehernya.

Bocah itu tampak sendirian, di barisan paling belakang.

"Lily, apa kau tau siapa dia?" Tanya Marianne penasaran.

Lily menoleh dan menggeleng, "Kurasa aku belum mengenalnya, Mary. Why?"

"I don't know, he look.. Alone.."

Marianne sengaja memperlambat langkahnya, hingga ia bisa sejajar dengan bocah laki-laki itu. Ia tidak tau apa yang dipikirkannya, mungkin ia mengerti bagaimana rasanya sendirian jadi ia ingin mendekati bocah itu.

Mungkin ini adalah rahasia, tapi sebenarnya Marianne adalah seorang introvert. Ia tidak akan mau memulai sebuah percakapan kecuali itu penting.

Namun disinilah gadis kecil itu, reflek menyodorkan tangannya pada bocah berambut coklat disampingnya.

"Hi, I'm Mary. What is your name?"

Tangannya sedikit bergetar, dia harap jika bocah laki-laki itu menjabat tangannya, getaran itu tidak terasa.

Bocah laki-laki itu tampak terkejut, ia mundur 2 langkah sehingga kembali tercipta jarak di antara mereka.

"Hm?" Mary bingung sekaligus malu karna uluran tangannya tidak diterima.

Gadis kecil itu hanya bisa menghela nafas dan berusaha menyembunyikan pipinya yang memerah.

Mary kembali berbaris untuk memasuki asrama, membelakangi bocah laki-laki itu. Prefek yang bertugas memberitahu yang mana kamar laki-laki dan perempuan, juga memberitahu bahwa barang mereka telah berada di kamar masing-masing.

Sesaat sebelum Mary menyusul Lily dan yang lain menuju kamar mereka, samar-samar terdengar suara di belakangnya.

"My name is Remus.."







Hi Mr. Wolf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang