"Aku tidak mengerti kenapa Lily selalu bersama dengan bocah Slytherin itu, ia terlihat membosankan." Ujar James tidak habis pikir.
Ucapan itu membuat Sirius dan Marianne kompak menoleh ke arah Lily dan Snape di meja paling ujung perpustakaan.
"Tidak ada yang salah dengan itu, James, Lily bilang mereka berteman sejak awal. Sebelum kita memasuki Hogwarts." Balas Mary kembali membaca bukunya.
Sirius mendengus, "Yeah, tapi aku juga setuju dengan James. Snape adalah orang yang sangat membosankan, lihatlah wajah datarnya itu."
"That's weird, kalian bilang Remus keren dan Snape membosankan? Mereka sama-sama pendiam kurasa."
"It's not like that Queen Mary, kami teman se-asrama Remus jadi tentu saja kami tau bocah itu tidak seperti kelihatannya. Kau tidak pernah melihat Remus tertawa kan?" Kata James yang benar-benar terlihat sok tau.
Mary terdiam sejenak, benar juga, ia tidak pernah melihat Remus tertawa. Ia memang sering melihat Remus tersenyum kepadanya, namun hanya sebatas itu.
Padahal mereka telah berteman hampir 1 semester, dari bulan September hingga sebentar lagi Natal akan tiba.
"Jadi kalian sudah akrab sekarang dengan Remus?"
"As you can see, Mary." Jawab Sirius dengan sombong.
Mary menunjukkan sedikit kekesalannya, kemudian ia melihat sosok bocah laki-laki yang baru saja ia bicarakan dengan teman-temannya.
Remus berjalan ke arah rak buku khusus pembelajaran Defense Against Dark Arts. Bocah laki-laki itu tampak kesulitan meraih buku yang ia inginkan.
Mary tersenyum dan beranjak dari tempatnya, membaca bersama Remus terdengar lebih menyenangkan dibandingkan membicarakan hal-hal aneh bersama Sirius dan James.
"Buku mana yang ingin kau ambil, Remus?" Tanya Mary muncul dari belakang Remus, membuat bocah itu sedikit terkejut.
"Buku dengan sampul berwarna merah tua, Mary. Sepertinya pelajaran pertahanan terhadap ilmu hitam selanjutnya akan menggunakan materi dari buku itu." Jawab Remus masih bingung dengan cara mengambilnya.
"Where's your wand, Remus?"
"Aku tidak membawanya karna kupikir aku tidak akan membutuhkannya di Perpustakaan."
Wajah Remus terlihat sangat polos, Mary tertawa kecil dan mengayunkan tongkatnya untuk menjatuhkan buku bersampul merah tua di rak paling atas.
Sorot mata Remus terfokus pada gadis kecil berambut coklat didepannya yang tertawa kecil, ia sama sekali tidak menyadari Mary mengayunkan tongkat untuk menjatuhkan buku yang ia inginkan.
Brukk
"Awhh.."
"Remus?!"
Buku itu mengenai kepala bocah laki-laki itu, ia merintih kecil memegangi kepalanya.
"Apa kau baik-baik saja?! Maafkan aku! Kupikir kau akan menangkap bukunya.."
Mary reflek mengelus-elus kepala temannya yang sedang menunduk kesakitan.
Remus masih menunduk, wajahnya tertutupi oleh rambut coklatnya yang rapi. Mary tidak dapat melihat ekspresinya, gadis kecil itu benar-benar merasa bersalah.
"Remus, aku minta maaf! Aku benar-benar tidak sengaja!" Seru Mary namun berbisik, tentu saja ia harus tetap menjaga suaranya agar penjaga Perpustakaan tidak memarahi mereka.
"Remus-"
Ucapan Mary terpotong oleh suara tawa.
"Pfft.. Haha.. Hahaha.."
Remus kembali berdiri tegak, memperlihatkan dirinya yang tertawa kecil. Wajah Marianne yang sedang panik terlihat sangat lucu di matanya.
Mary terkejut, belum mengerti situasinya. Tidak lama kemudian ia mendengar cekikikan dari meja yang tadi ia tempati.
Gadis itu menoleh ke arah Sirius dan James yang juga sedang tertawa melihatnya. Ia pun menyadari bahwa Remus sedang bermain-main dengan dirinya.
Mary menghela nafas panjang dan tersenyum lebar, perlahan ia mengambil buku bersampul merah tua di lantai. Menggenggamnya dengan dua tangan.
Bruk bruk bruk
Senyum Mary menghilang berganti dengan wajah kesal, gadis kecil itu memukul lengan kanan Remus berkali-kali dengan buku.
Namun tetap saja bocah laki-laki itu masih tertawa kecil saat melihat wajahnya.
"Aw aw awhh..! Stop Mary..! I'm sorry, I'm sorry, okey?!"
"Stop! Laughing!"
"Fine, fine, fine.. Lihat? Aku tidak tertawa lagi." Remus tersenyum lebar seakan menahan tawanya.
Mary menghela nafas kasar, bibirnya megerucut dan ia berhenti memukuli lengan Remus, ia meraih tangan Remus dan menyerahkan buku bersampul merah tadi.
"Itu benar-benar tidak lucu, Remus." Ucapnya kemudian berjalan keluar Perpustakaan.
Gadis kecil itu sedikit kesal karena James dan Sirius juga menertawakannya yang dijahili oleh Remus. Namun, diam-diam sudut bibirnya terangkat.
Ternyata, Remus benar-benar bisa tertawa seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Mr. Wolf
FanfictionTimeline sebelum Dear Frederick, menceritakan kehidupan Marianne Rose Brosvett di Hogwarts dan kisahnya dengan Remus Lupin. ... "Jika reinkarnasi benar-benar ada, kau ingin terlahir sebagai apa Remmy?" "Aku ingin menjadi apapun selain manusia ser...