06: Christmas Day

159 23 5
                                    

Suara burung hantu membangunkan Mary dari tidurnya. Gadis itu beranjak dari kasurnya dan pergi ke kamar mandi, ia berendam di bathub air hangat.

Natal kali ini terdengar sepi, biasanya Paman dan Bibinya akan berkunjung bersama Daisy, adik sepupunya. Namun kali ini mereka tidak dapat berkunjung karna cuacanya agak ekstrem, terdapat badai salju.

Setelah selesai mandi, ia menggunakan gaun pendek berwarna merah tua untuk sarapan bersama sang ayah. Suara lagu dari piringan hitam terdengar menenangkan, lampu-lampu dan hiasan membuat dinding yang dingin terasa agak hangat.

"Happy Christmas, Marianne." Ucap ayahnya yang telah duduk di meja makan.

"Happy Christmas too, Dad." Balas Mary berusaha menghilangkan kecanggungan.

Koki yang bekerja dirumah mereka meletakkan satu persatu hidangan spesial Natal hari ini, ada Sosis Chipolata yang panjang, Turkey Grilled dan Pasta Bolognese.

"Tidakkah ini terlalu banyak, Dad?"

Mr. Brosvett tersenyum dan menggeleng pelan, "Ini bahkan kurang, Mary."

"Daisy tidak akan datang, bukan?"

"Bukan Daisy yang akan datang, my dear. Tapi ku pastikan kau tidak akan kesepian kali ini."

Marianne terdiam, ia kira ayahnya tidak mengerti bahwa ia selalu kesepian di rumah sendirian selama ini. Ayahnya, Mr. Benedict Brosvett adalah seorang pebisnis yang selalu sibuk. Ia adalah seorang ketua serikat dagang penyihir Eropa.

Sedangkan ibunya, Mrs. Lilith Brosvett telah meninggal 3 tahun lalu karena penyakit baru yang belum ditemukan obatnya. Kematian Lilith membuat Benedict dan Marianne terpuruk. Kesedihan sangat ayah membuatnya tidak terlalu memikirkan kesedihan putri semata wayang mereka.

Sebelum memasuki Hogwarts, Mary lebih sering menghabiskan waktunya dirumah sang paman, Morwick Brosvett. Ia menjadi sangat dekat dengan sepupunya, Daisy Brosvett.

"Apa ayah akan dirumah seharian ini? Apakah ayah akan bermain denganku?"

Senyum di wajah Mr. Brosvett memudar, "I'm sorry, dear. Aku akan dirumah seharian ini, tapi setelah ini aku akan kembali bekerja di ruang kerjaku."

"Why? Kenapa tidak bisa sehari saja ayah menghabiskan waktu bersamaku? Bukan hanya dad yang sedih karena mum tidak lagi ada disini." Protes Mary dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

Mr. Brosvett seakan tersambar petir, ia menghela nafas panjang dan beranjak dari tempat duduknya. Ia menghampiri kursi tempat putrinya itu duduk dan memeluknya erat.

"My poor little girl.. I'm so sorry, tapi aku melakukan ini untukmu juga. Setelah pekerjaanku yang ini benar-benar selesai, aku akan menghabiskan waktu denganmu. Aku berjanji, Mary.."

Mary membalas pelukan ayahnya, "Bagaimana jika aku sedang bersekolah saat Dad menyelesaikan pekerjaan kali ini?"

"I will visit you there, my dear.. Kita bisa berkunjung ke Hogsmeade dan berbelanja apapun yang kau mau, sama seperti saat ibumu masih hidup..."

Ayahnya mengecilkan suaranya saat mengatakan kalimat terakhir. Mary memeluk erat ayahnya, mereka berdua berbagi kesedihan di hari yang bahagia ini.

Bel pintu berbunyi, menginterupsi momen mengharukan ayah-anak itu.

"Itu adalah tamumu, Mary. Bukalah pintunya." Ucap Benedict Brosvett tersenyum.

Marianne mengangguk cepat dan mengusap air matanya, gadis itu segera berlari ke arah pintu depan dan membukanya.

"Merry Christmas, Mary!"

Seorang bocah laki-laki berambut hitam tersenyum lebar, tangannya membawa beberapa bungkusan kado Natal.

Hi Mr. Wolf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang