Sudah lebih dari seminggu lamanya telah Mary jalani di Hogwarts, ternyata kehidupan sekolah tidak seburuk yang ia bayangkan. Ia memiliki cukup banyak teman.
Tidak perlu disebutkan satu persatu karna ia juga belum terlalu ingat, namun yang jelas ia benar-benar bisa dibilang berteman dengan Lily, James dan Sirius. Ia juga baru menyadari bahwa James dan Sirius benar-benar berbeda dari apa yang ia bayangkan, mungkin dari apa yang kebanyakan orang bayangkan.
Tentu saja semua orang tau tentang keluarga Pure-Blood yang bisa dibilang bangsawan para penyihir. Potter, Black, Weasley, Malfoy, Greengrass, Nott dan masih banyak lainnya.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa penyihir Pure-Blood memandang rendah yang bukan kalangan mereka, terutama Muggle-Born. Begitu juga keluarga Black, rumornya mereka menikahi keluarganya sendiri agar kesucian darah mereka terjaga.
Sangat mengejutkan bahwa Sirius terlihat tidak peduli akan hal itu, begitupun dengan James.
"Good afternoon class, kalian siap untuk pelajaran ramuan hari ini?" Professor yang telah masuk membuyarkan lamunan gadis itu.
Mary melihat ke kursi disampingnya, kosong. Lily duduk bersama teman Slytherin-nya, Severus Snape. James duduk bersama Sirius. Tentu saja dia akan sendirian kali ini.
Suara langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar mendekat ke kelas ramuan. Seorang bocah laki-laki muncul dari balik pintu, sedikit keringat terlihat di pelipisnya.
"Aku minta maaf karna terlambat, Professor. Apakah aku masih diizinkan memasuki kelas?"
"Ah.. Oh, who are you?"
Bocah itu terdiam sejenak, "Remus, Professor. Remus Lupin."
Professor mengangguk mengerti, "Fine then, segera duduk Mr. Lupin, pelajaran akan segera dimulai."
Remus melihat ke sekeliling, tatapan matanya beradu dengan Mary yang memang memperhatikannya.
"What are you waiting for?" Tegur Professor.
Remus agak terkejut, bocah berambut coklat itu berjalan perlahan ke arah Mary. Berusaha menyembunyikan getaran gugup yang terlihat dari tangannya.
Mary melihat kegugupan itu, ia tersenyum kecil kepada Remus, berusaha menunjukkan keramahan.
"Bolehkah aku duduk disini?" Tanya Remus pelan.
Gadis kecil itu menjawab dengan anggukan cepat, "Of course, Remus."
Professor memulai kelas, mereka mempelajari tentang Forgetfullness Potion. Awalnya Mary kira mereka hanya akan mempelajarinya, namun secara mengejutkan Professor memulai praktek pembuatannya.
"Apa ada yang tau bahan apa yang dibutuhkan untuk ramuan ini?"
Lily mengangkat tangannya setinggi mungkin.
"Miss Evans?"
"Yes, Professor. Bahan-bahannya valerian dan air sungai Lethe."
"Impressive, anything else? How about.. You? Miss Brosvett?"
Mary menghela nafas, ugh, dia benci ramuan. Bagaimana dia ingat dengan hanya sekali mendengarkan?
Ditengah kebingungannya, sebuah sentuhan terasa dijarinya diikuti oleh bisikan lembut.
"Mary.. Mistletoe."
"It's Mistletoe, Professor." Balas Mary cepat.
"Good, sepertinya kau mendengarkan. Sekarang semua bahannya ada di depan kalian, siapkan kuali kalian dan cobalah untuk membuat Forgetfullness potion. 2 orang untuk 1 kuali."
Mary menatap ke arah Remus, bocah laki-laki itu menundukkan kepalanya. Sepertinya ia takut bahwa Mary akan membencinya karna ia telah bersikap 'sok tahu'.
"Thank you, Remus."
Suara Mary terdengar lembut, hangat dan pastinya bersahabat. Remus mengangkat kepalanya, menatap Mary dengan ragu. "Is it okay?"
Kening Mary berkerut, "What is it?"
"To call you Mary." Jawab Remus lirih.
Mary tertawa kecil dan mengangguk pelan, sepertinya Remus benar-benar anak yang pemalu. Keduanya mulai mencoba membuat ramuan itu, karna Mary tidak mengerti apa-apa tentang itu ia hanya bisa mendengarkan Remus menjelaskan dan melakukan semua prosesnya.
Mulai dari memasukkan air sungai Lethe hingga berakhirnya bagian pertama Remus terlihat santai. Dibagian kedua, Mary ingin mencoba menghaluskan buah mistletoe dan Remus mengizinkannya.
"It's cute, is it sweet?" Gumam Mary menyadari jarinya terkena halusan buah mistletoe.
Mary mendekatkan jarinya ke bibir, hendak mencicipi buah ajaib itu.
"Mary..?" Panggil Remus membuat Mary sontak menoleh.
"Yeah?"
Remus menggeleng melihat jari- jari gadis kecil itu, ia mengambil sapu tangan dari sakunya dan mengelap jari-jari Mary yang terkena buah mistletoe.
"Don't eat that, itu beracun."
Kedua bola mata Mary membelalak, beracun?! Bukankah buah itu sering digunakan untuk hiasan Natal? Bagaimana itu bisa beracun?
"Are you sure?"
"Yes."
"Fine.. By the way, Remus.. Apakah sekarang kita berteman."
Remus berhenti mengaduk sejenak, "Yes, Mary."
Mary menghela nafas panjang, Remus kembali meneruskan Forgetfullness Potion mereka. Di posisi lain James dan Sirius menatap ke arah Mary dan Remus dengan tatapan penasaran.
Hingga tiba waktunya bel makan siang, Mary terlihat benar-benar lelah. Ia meletakkan kepala diatas meja. Ia tidak sedang ingin makan siang ini.
Gadis itu memejamkan matanya sebentar, disaat seisi kelasnya berhamburan keluar untuk mencari makan.
"Mariannee." Panggil Lily membangunkan tidur nyenyak Mary.
Mary membuka matanya, ia melihat sebuah coklat ada didepannya. Coklat kecil yang jelas dijual di kereta.
"Apakah ini darimu, Lily?" Tanyanya bingung.
Lily menggeleng pelan, "Of course not, aku bahkan tidak punya coklat!"
"Is that so?"
"Yeah!"
Ucapan Lily membuat seutas senyum terbentuk di ujung bibir Mary, siapa lagi yang memberinya coklat selain orang yang baru saja duduk dengannya. Remus John Lupin.
"Sepertinya aku punya teman baru, Lily."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Mr. Wolf
FanfictionTimeline sebelum Dear Frederick, menceritakan kehidupan Marianne Rose Brosvett di Hogwarts dan kisahnya dengan Remus Lupin. ... "Jika reinkarnasi benar-benar ada, kau ingin terlahir sebagai apa Remmy?" "Aku ingin menjadi apapun selain manusia ser...