05: Before Christmas

74 11 0
                                    

"Apa yang biasa kalian lakukan saat Natal?" James memulai percakapan di Gryffindor Common Room.

"Keluargaku biasa merayakannya dengan berbelanja bersama sehari sebelum Natal dan memasak bersama untuk keesokan harinya." Balas Lily tenang, sesekali menggosokan tangannya yang kedinginan.

"Terdengar sangat menyenangkan, keluargaku tidak mungkin melakukan itu."

Ucapan Sirius membuat semua temannya penasaran.

"Lalu apa yang biasanya keluargamu lakukan Sirius?"

"Sebelum ini kami hanya duduk bersama di meja makan dan menerima hadiah di meja makan, tidak ada sesuatu yang lebih dari itu." Balas anak sulung keluarga Black tersebut menyantap cemilannya dengan tenang.

Mary merasa ada yang aneh dengan jawaban Sirius, namun dia akan bertanya nanti, tidak sekarang ini.

"Bagaimana denganmu, Remus?" Tanya James pada Remus kali ini.

Remus menelan coklatnya dengan cepat untuk menjawab James, "Uhm.. Setiap tahun Mum akan membuatkan Sweater rajut untukku dan memasak ayam panggang."

"I see, what about you, Marianne?"

"Aku akan menjawabnya nanti, ini saatnya untukmu menjawab pertanyaanmu sendiri, James. Aku penasaran dengan apa yang dilakukan Mr. Fleamont disaat Natal." Sela Mary seakan enggan menjawab.

James memutar bola matanya malas, Mary benar-benar punya cara untuk tetap misterius. Dan bagaimana temannya itu bisa mengenal ayahnya padahal ia tidak pernah menceritakannya?

"Sebelum Natal kami akan berjalan-jalan ke Diagon Alley untuk berbelanja, saat Natal kami akan makan besar dirumah dan membuka hadiah Natal yang ada, dan setelahnya kami akan berlibur ke tempat-tempat tertentu. By the way, how did you know my father, Mary?"

"Pertanyaannya adalah, siapa yang tidak mengenal ayahmu di Wizarding World, James?" Mary balik bertanya.

Tidak hanya James namun Sirius, Remus, Lily bahkan Peter Pettigrew yang ikut duduk bersama mereka juga bingung.

Mary mengerjapkan matanya sedikit terkejut, "Seriously? Kalian tidak mengenal Mr. Fleamont Potter?"

"I just know him as James's Father." Balas Sirius yang diangguki ketiga lainnya.

Mary memijit dahinya dan menghela nafas panjang, "Dia yang menciptakan Sleekeazy, tidak adakah yang tau?"

"Sleekeazy? Wait, maksudnya ramuan rambut Sleekeazy?"

"That's right, Sirius."

Sirius, Remus dan Peter melongo, meskipun mereka masih tergolong anak kecil namun mereka jelas tau apa itu ramuan rambut Sleekeazy. Merk itu cukup terkenal dan selalu diiklankan di koran dan majalah.

Jika ayah James yang membuatnya, berarti kekayaan keluarga James tidak dapat dipungkiri besarnya.

"Yeah, but tidak banyak yang tau bahwa ayahku yang membuatnya, bagaimana kau tau tentang itu Mary?" Tanya James penasaran.

Mary hanya tersenyum, "Kurasa aku pernah membacanya di sebuah majalah beberapa waktu yang lalu."

...

"Aku tau kau tau tentang ayah James bukan dari majalah manapun itu."

"Dan aku juga tau ada sesuatu yang aneh dengan ceritamu tadi, Sirius."

Sirius menepuk pundak Mary, meminta temannya itu berhenti berjalan sejenak. Keduanya duduk di bangku ditengah koridor. Hanya berdua karna yang lain telah tiba di ruang makan.

"Darimana kau tau tentang ayah James?"

"Ayahku juga seorang pebisnis, ia memberitahuku tentang ayah James . Ia mengelola perizinan barang dagang dan beberapa kali juga menciptakan merk miliknya sendiri." Ucap Mary pelan, seakan-akan enggan untuk membicarakannya.

"Jadi kau sama kayanya dengan James?" Sirius tersenyum mengejek.

"Ughh.. It's not the point, Sirius!"

"Fine.. Fine.. So you know as well about my family, Mary?" Tanya Sirius yang dibalas anggukan Mary.

"Apa maksudmu dengan 'sebelum ini'? Apakah seterusnya kau tidak akan menghabiskan Natal dengan keluargamu, Sirius?"

"Mum sangat marah padaku karna aku memasuki Gryffindor, bukan Slytherin. Kurasa tidak akan ada lagi hadiah untukku di Natal selanjutnya." Ujar Sirius tersenyum pada dirinya sendiri.

Mary agak merasa bersalah, bagaimanapun ia tidak setahu itu tentang keluarga Black. Namun setelah melihat reaksi Sirius, sepertinya keluarganya sendiri mencampakan putra sulung mereka.

"Dimana kau tinggal, Sirius?"

"Islington, London. There's no way you know about that."

"Islington? Itu dekat dengan rumahku."

"What?"

"Yes, itu dekat dengan rumahku, Sirius."

Kedua bola mata Sirius berbinar, "Memangnya dimana rumahmu, Mary?"

"Technically, itu rumah kediaman keluargaku tapi hanya aku dan ayahku yang tinggal disana sekarang. Tepatnya di Luton, kurasa itu hanya berjarak 1 jam dari Islington." Jelas Mary terlihat mengingat jarak dari Mansionnya ke Islington.

"Apa kau tinggal bersama para muggle?"

"Of course not, Sirius. Aku tidak membenci muggle tapi terlalu banyak benda sihir dirumah, jadi mansion kami agak tersembunyi. Maukah kau berkunjung saat liburan?" Ajak Mary terdengar sangat tulus.

Sirius terdiam, ia benar-benar merasa terharu. Mary tidak menanyakan lebih lanjut tentang keluarganya, namun malah menawarkannya untuk berkunjung ke Brosvett's Mansion tiap liburan.

Ini bukan pertama kalinya seorang teman memintanya untuk berkunjung, karna James sudah terlebih dahulu mengajak Sirius untuk mengunjungi kediaman keluarga Potter dan menginap setelah mendengar cerita Sirius tentang kekejaman keluarganya. Tapi ini pertama kalinya seorang teman mengerti perasaannya tanpa perlu ia jelaskan.

"Dengan senang hati, Mary! Apakah aku boleh menginap juga?" Goda Sirius kembali tertawa.

"Tentu saja, Sirius. Tapi kau harus tidur bersama burung hantu." Balas Mary ikut tertawa.

Keduanya kembali berdiri, melanjutkan langkahnya menuju ruang makan karna waktu makan akan segera berakhir.

"By the way, apa kau sudah menyiapkan hadiah Natal untuk teman-teman?" Tanya Mary sembari berjalan.

"Aku sudah memikirkannya, Mary. Bagaimana denganmu?"

"Aku bisa memikirkan yang lain, tapi tidak untuk Remus. Aku tidak tau apa yang mungkin ia sukai."

Sirius berpikir sejenak, "Mungkin sarung tangan akan bagus untuknya, Remus punya kuku yang tajam."

"Really? Aku tidak pernah memperhatikannya." Kata Mary merasa agak aneh, sebenarnya bukan ia tidak pernah memperhatikannya, namun seingatnya Remus baru saja memotong kuku seminggu yang lalu.

"Yeah, terkadang ia menggaruk kulitnya yang gatal terlalu keras hingga lecet, jadi kurasa sarung tangan adalah hal yang mungkin ia butuhkan."

"Baiklah kalau begitu. Thanks, Sirius."

Hi Mr. Wolf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang