03: Wound

91 15 0
                                    

Mary membolak-balikan halaman buku yang ia baca, entah kenapa ia tidak bisa fokus belajar malam itu. Gadis kecil itu mengamati benda kecil yang terletak disamping bantal di ranjangnya.

Ingatannya kembali ke kelas ramuan seminggu yang lalu, saat dimana ia berbincang dengan bocah laki-laki kurus berambut coklat.

"Yes, Mary.."

"Masih memikirkan tentang coklat itu?" Tanya Lily mengejutkan Mary, menyadarkannya dari lamunan.

Padahal sudah seminggu sejak Mary menerima coklat itu, bukannya memakannya Mary malah menyimpannya dibawah bantal.

"Aku sering menerima coklat saat Natal dari keluargaku, tapi baru kali ini aku menerima coklat dari seorang teman." Balas Mary tersenyum, namun perlahan senyumnya memudar.

"Why? What's wrong? Kau bilang kau tidak yakin siapa yang memberimu coklat itu kan?"

"Yes, Lily. Aku rasa Remus yang memberikannya padaku, tapi aku tidak tau apakah benar ia yang memberikannya padaku. Aku ingin berterimakasih tapi aku bahkan tidak yakin."

"Remus? Remus Lupin?"

Mary mengangguk pelan.

"Well, kalian duduk bersama dikelas ramuan saat itu, Mary. Bukankah sudah jelas ia yang memberikannya?" Tanya Lily ikut bingung.

"Kau juga berpikir begitu? Jadi tidak masalah jika aku berterimakasih padanya dan memberikan sesuatu juga?"

"Kupikir begitu Mary, dia temanmu jadi kurasa itu hal yang wajar."

Senyum kembali terukir di wajah gadis kecil itu. "Thanks Lily, menurutmu apa yang sebaiknya kuberikan padanya?"

"Hmm, what about lollipop?"

"I don't think he will like that."

"Mungkin kau bisa tanyakan dulu padanya apa yang ia suka."

Mary mengerjapkan kedua matanya, itu benar-benar ide yang bagus. Dengan itu pertemanannya dengan Remus akan semakin dekat bukan?

"Thats a good idea, thank you Lily!"

...

Jam makan malam telah tiba, Mary sengaja berlama-lama di pintu masuk Hall untuk menunggu seorang bocah laki-laki berambut coklat.

"What are you doing, Mary? Ingin menggantikan patung penjaga ini?" Sapa Sirius heran.

"Aku sedang menunggu seseorang, Sirius. Kalian pasti tidak ingin kehabisan tempat dibangku tengah, segeralah masuk." Jawab Mary tenang.

Sebuah tangan merangkul Mary, James dengan wajah jahilnya tersenyum kepada gadis kecil itu.

"Butuh saran Mary? Remus masih berjalan di Koridor sekarang, daripada menunggunya disini lebih baik kau hampiri saja dia."

"Begitukah?" Tanya Mary heran, darimana James tahu dia sedang menunggu Remus?

Sirius dan James mengangguk bersamaan.

"Kami berusaha mendekatinya tapi kurasa dia tidak ingin berteman dengan siapapun."

"Yeah, James's right. Jika kau telah berteman dengannya, bisakah kau kenalkan kami kepadanya?"

"Kenapa kalian mendekatinya?" Lagi-lagi Mary penasaran, padahal ia rasa James dan Sirius sudah punya cukup banyak teman.

"Bocah itu, yang bernama Remus, dia keren." Jawab James jujur.

"Keren?"

"Yes! Kau lihat bekas luka di lehernya? Jika kau perhatikan lagi, ada bekas luka lain di dahinya. Seperti bekas luka cakaran dan itu sangat keren!" Timpal Sirius yang benar-benar terdengar jujur.

Hi Mr. Wolf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang