08: Marlene McKinnon

69 12 0
                                    

Hari ini adalah hari Senin, cuaca terlihat cerah dan meja Gryffindor berisik seperti biasanya. Remus yang telah 3 hari pulang akhirnya kembali ke sekolah, setidaknya itu yang diketahui teman-temannya yang lain kecuali Mary.

"Lihat, lecet di wajahnya bertambah, dia pasti lupa memotong kuku lagi." Goda James melihat Remus yang telah kembali.

"Bukankah kau menerima sarung tangan dari Mary? Kenapa tidak menggunakannya saat tidur, Remus?" Tanya Peter penasaran, kawannya itu selalu saja menggaruk wajahnya sendiri hingga lecet.

Sirius tertawa, "Oh, I know! Pasti Remus menyimpannya dan menganggap itu adalah harta karun. Bukankah begitu, Remus?"

Remus hanya tersenyum kecil, kembali melanjutkan sarapannya yang sempat terganggu oleh celotehan teman-temannya.

"Andai kau tau, Remus. Malam Sabtu kemarin kami menyelinap keluar dan menghabiskan waktu dibawah cahaya bulan."

"Jangan lupakan makanan enak dari dapur, Sirius."

"Right! Makanan enak dari dapur, James dan Peter mengambilkannya untukku dan Mary."

Alis Remus terangkat, "Mary?"

"Yeah, Mary. Dia menyelinap keluar bersama kami, sulit dipercaya kan?" Jawab James terlihat bangga.

Ingatan Remus kembali saat dirinya berada di Hospital Wings, jadi saat itu Mary sedang menyelinap keluar bersama teman-temannya? Tapi kenapa James, Sirius dan Peter terlihat biasa saja? Apakah itu tandanya Mary tidak mengatakan apa-apa kepada yang lain tentang pertemuan mereka saat itu?

"Apa dia mengatakan sesuatu kepada kalian?" Tanya Remus memastikan dengan takut-takut.

"Yeah, of course!"

Wajah Remus pucat pasi.

"Dia terus saja mengatakan bahwa kami akan terkena detensi yang sangat parah, tapi akhirnya ia juga bersenang-senang di pinggir danau." Lanjut Sirius membuat Remus menghela nafas lega.

"By the way, Remus, bagaimana keadaan ibumu?" Tanya James penasaran.

Remus tersenyum, "She's okay now."

"Ah.. Senang mendengarnya Remus. Sampaikan salamku untuk ibumu. Dia masih mengingatku, kan?"

Remus mengangguk pelan membuat Sirius tersenyum bangga. Mereka melanjutkan sarapan dengan tenang karena setelah ini kelas terbang.

.....

Mary bermain-main dengan Broomsticknya di atas udara, Madam Hooch bilang mereka bisa mencoba terbang sendiri kali ini.

Gadis kecil itu melihat Remus dari kejauhan, bocah laki-laki itu sudah terlihat sehat. Bekas luka yang sebelumnya terlihat cukup jelas menjadi samar, seakan hanya luka goresan kecil.

Seseorang menepuk pundak Mary, membuatnya agak terkejut.

"Hi! Marianne Brosvett, iya kan?" Ucap gadis itu mengulurkan tangan.

Gadis seangkatannya dengan rambut pirang kurang tertata dan wajah yang tegas. Mary kagum dengan caranya bisa tetap seimbang diatas sapunya.

Ia membalas jabatan tangan itu, "Yes, I'm Mary, Marianne Brosvett. Dan kau..?"

"Marlene! Marlene McKinnon. Kamarku di sebelah kamarmu dan Lily, aku selalu ingin mengajakmu berkenalan tapi kau selalu terlihat sibuk."

"Ah..! I'm so sorry about that!" Ucap Mary reflek.

Marlene tertawa, "Hey, tidak perlu meminta maaf, aku hanya ingin berteman denganmu."

"Really? I mean, why?"

"Kau keren, kau selalu berjalan sendirian tanpa takut. Bahkan ketika kedua bocah disana itu mengganggumu, kau bisa memarahi mereka." Jelas Marlene menunjuk James dan Sirius.

Sesaat kemudian Mary tertawa, "Mereka juga temanku, Marlene."

"Oh! Really? Well, kalau begitu bolehkah aku berteman denganmu juga?"

"Sure!"

Setelah itu Lily dan Alice menghampiri keduanya, mereka berlatih Broomstick bersama-sama hingga jam kelas terbang berakhir.

Tersisa 15 menit sebelum kelas Ramuan dimulai, Lily mengajak Marlene ke kamar mandi. Mary tidak ikut dan memutuskan berjalan sendiri ke kelas Ramuan, ia harus memastikan ia duduk dengan orang yang ia kenal dikelas itu.

Di Koridor yang mengarah ke ruang bawah tanah, Mary berpapasan dengan Remus yang sepertinya sedang menunggu.

"Hi." Sapa Remus tersenyum.

"Hi, Remus." Balas Mary ikut tersenyum.

Keduanya berjalan bersama menuju kelas Ramuan.

"Soal malam itu-" Mary meletakan jari telunjuknya di bibir temannya itu, melarangnya menjelaskan apapun tentang malam dimana ia melihat Remus terluka di Hospital Wings.

Tentu saja ia penasaran, sangat penasaran. Tapi Mary tau, apapun yang disembunyikan Remus, adalah yang terbaik untuk bocah laki-laki itu. Ia tidak ingin banyak bertanya dan membuat Remus tidak nyaman.

Menjadi satu-satunya orang yang tau bahwa Remus punya rahasia sudah cukup untuk Mary. Apapun rahasia itu, ia tidak ingin mencari tahu. Mary akan menunggu hari dimana temannya itu mengatakannya sendiri saat ia siap.

"Remus, aku tau semua orang punya rahasia."

"Bukankah ada yang ingin kau tanyakan?"

"Tentu saja, Remus. Aku hanya ingin tahu apakah kau sudah sembuh sepenuhnya. Karena aku butuh seatmate." Ujar Mary bercanda, berusaha meyakinkan temannya itu bahwa ia sama sekali tidak berniat untuk mencari tahu.

"Kau bisa duduk bersama Peter, Mary."

"He's not my friend, Remus. He's your friend."

"Lalu kenapa kau ingin aku yang duduk denganmu?" Remus tetap bertanya meskipun ia sudah tahu jawabannya.

"Cause you're my friend, Remus." Sahut Mary menekankan kata 'my'.

Remus tersenyum hangat, ia mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya. Permen kayu manis, sesuatu yang akan disukai Marianne.

"Terima kasih, Mary."

Mary mengambil permen itu dan segera memakannya sebelum mereka memasuki kelas, "Ini tidak gratis, Remus. Kau harus sering-sering memberiku coklat dan permen."

"Oh ya? Bagaimana jika aku tidak punya uang untuk membelinya?" Balas Remus ikut bercanda.

Mary mengerucutkan bibirnya, "Aku akan mengadu pada ibumu kalau kau pelit."

Hi Mr. Wolf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang