12

330 24 1
                                    

Seperti kantin pada umum nya, Hari ini tempat itu ramai sekali. Gemericik sendok yang bergesekan dengan piring logam menemani jam makan siang para siswa, di sela sela nya mereka saling melemparkan gurauan.

Soojin  melihat sekeliling meja, mencari tempat kosong. Pikiran nya terbang jauh dalam ingatan tadi malam, pada rencana Bora yang membuat barak perempuan terjaga semalaman.

Kali ini ia akan mengikuti nya, hanya sekali saja.

Panggilan dari meja paling ujung merusak lamunan nya, So-yeon mengedipkan mata, "soojin bergabunglah bersama kami," soojin terdiam kemudian menghampiri mereka. Sudah pasti ini bagian dari rencana Bora.

"Hai, semuanya" ucap soojin

"Ayo duduk di sana, sebelah Sejun"  balas So-yeon menunjuk sebelah Sejun yang masih kosong, lelaki dengan rambut mangkok itu menatapnya dengan sumringah, "aku sudah lama memperhatikan mu", soojin memaksakan senyumnya.

"Jadi, bisa ceritakan, kenapa kemarin kalian terlihat bersikap aneh?" Tanya se-mi

"Sesuatu terlah terjadi" jawab So-yeon

Se-mi mengangkat alisnya, memajukan wajah nya, rasa penasaran jelas terlihat pada mata gadis itu. "Mengerikan? Apa? Tolong lanjutkan"

So-yeon bersuka ria dalam hati, rencana nya memancing penduduk di meja itu berhasil. Ia menunjuk kaki soojin yang diperban, "kau lihat itu?", So-yeon membuka perban milik soojin, semua terdiam.

"Astaga! Mengerikan!" Pekik se-mi. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Diam jangan terlalu keras,ini yang terjadi, ada makhluk mengerikan di luar sana, makhluk itu yang membuat kaki soojin terluka dan membunuh wali kelas kami"

Meninggalkan keributan di meja tempat soojin berada. 5 meja di depan mereka meributkan hal yang sama, seluruh murid kelas 3-2 berpencar, menyebarkan pengalaman berbahaya  mereka kemarin.

Alih-alih menyelesaikan makan siang dengan wajah senang. Murid murid itu berlarian menuju kelas  masing-masing sembari menunggu aba-aba wakil ketua kelas 3-2.

"Kajja!," jangsoo dengan lantang berteriak, siswa siswi berhamburan menuju lapangan gerbang sekolah. Tentu saja, murid 3-2  berada di barisan depan.

Letnan Lee menyuruh anggota nya untuk memperketat keamanan di sekitar gerbang sekolah, kerumunan siswa mendorong lebih keras lagi, "kami berusaha melindungi kalian," letnan Lee mengangkat suara tapi tidak di dengarkan, ia mengangkat senjatanya diikuti dengan iringan senjata dari para anggota, aksi menerobos gerbang itu terhenti sejenak.

"Dengar, kami tahu kalian ketakutan. Kami pun sama seperti kalian"

Heerak dengan berani nya menerobos ke barisa siswa paling depan, "pulangkan kami saja, shibal!," Salah satu tentara mengarahkan senjata nya pada heerak, ia menciut.

Boom!

Kabut tebal tercipta akibat benda besar yang jatuh di tengah lapangan, soojin melihat nya, bola-bola ungu itu mulai berjatuhan, monster monster kecil keluar dari dalam cangkang besar itu.

"Lari!"

Yang lain nya  terus berlari karena panik, mereka mendengarkan perintah dari letnan Lee, menuju gedung  sekolah, tempat paling aman saat ini. Peluru peluru berluncuran dari senjata para tentara, satu per satu mereka tumbang. Monster monster ungu yang soojin lihat  tidak hanya satu melainkan dalam jumlah ribuan.

Soojin sekuat tenaga berlari, ia terjatuh lagi di lapangan, kakinya berdenyut nyeri, "ayolah soojin kamu bisa," soojin menyemangati diri sendiri.

Soojin menoleh, ia melihat senjata milik tentara yang sudah gugur, amunisi nya masih penuh. Gadis itu berjalan pincang berusaha menggapai tempat senjata itu berada, tangannya menarik pelatuk.

Soochul membuka kedua tangan yang menutupi wajahnya, dada nya naik turun karena ketakutan, matanya melirik ke arah kanan, peluru milik soojin lolos menghancurkan monster ungu yang akan menyerang nya.

"Lari ke arah gedung sekolah, sekarang!" Perintah soojin. Lelaki itu mengangguk sebagai balasan.

                                 *****

Keadaan yang tadi nya rumit menjadi kian sulit, hanya sedikit dari mereka yang tersisa, yang lain nya membiru, tergeletak di  dekat halaman sekolah, mereka gugur.

Soojin rasa nya ingin menyerah saja hari itu juga, kaki nya yang di perban menjadi susah untuk di gerak kan, kepala nya terasa sakit, penglihatan nya menjadi buram, ia akan jatuh sebentar lagi.

Soojin merasakan ada tangan kekar yang menahan tubuh nya, "Bertahan sedikit lagi, kamu bisa kang soojin," kata younghoon, terdengar lembut di telinga soojin.

"Younghoon?,"  Soojin mengangkat kepala nya sedikit, lelaki itu tersenyum tipis. Sesudah itu kepala nya terasa berat, ia tidak sadarkan diri.

                               ******

Soojin merasakan tubuhnya semakin ringan, kegelapan seakan  membawa jiwa nya pergi entah kemana. Ternyata Tuhan masih berbaik hati. Gadis itu masuk dalam sebuah ingatan kelam di antar rak rak memori  nya. Sial, dia tidak ingin menuju ingatan  ini. Namun, ingatan itu membentu sudut ruangan yang dia kenali, ia melihat diri nya saat masih kecil di sana.

Soojin dapat merasakan panas nya suasana dalam tempat itu, dia hafal sekali ingatan apa itu. Malam pembunuhan kedua orang tuanya, beda nya kali ini soojin dapat melihat wajah panik orang tua nya dengan jelas tanpa buram seperti pada mimpi nya setiap hari.

Kang Hyun Taek masuk ke dalam rumah dengan tergesa gesa, " Ye jin mereka kesini, lee tae ho dan anak buah nya menuju ke sini,  bersembunyi lah di tempat yang aman," ye jin  mengangguk lalu menggendong si soojin kecil  dsn mencari tempat persembunyian yang aman  dalam rumah.

Laki-laki kacamata hitam, berotot besar, mendobrak pintu depan, "anda jurnalis kang? Yang membantu 3 karyawan pecundang itu untuk mendapatkan bukti bukti korupsi bos kami?," suara tepuk tangan terdengar dari laki laki setelan jas rapi berjalan ke arah ruang tamu, tangan nya menyentuh  bingkai foto keluarga kecil itu, "lelaki beruntung, tampan, memiliki istri dan anak yang cantik, kenapa kamu mau melepas keberuntungan itu?"

"Saya tidak akan menyerahkan bukti itu pada anda, Lee Taek ho. Anda terlalu banyak merugika orang orang sekitar" jawab Hyun Taek

Lelaki itu tersenyum licik, ia mengeluarkan pistol kecil dari kantung celana nya, "selamat tinggal, kang Hyun Taek," Oh ye jin berlari keluar dari kamar memeluk suami nya, peluru menembus belakang nya menciptakan noda darah di dress putih nya yang indah.

Bola mata Hyun Taek membesar. Ia mendekap erat tubuh wanita yang sudah tidak bernyawa itu, seorang istri dan ibu yang rela berkorban. Pria itu maju menempelkan ujung pistol ke dahi Hyun Taek, "sekarang giliran mu"

"Tidak!" Ujar soojin. Dia berteriak bercampur air mata  yang Kian menetes seperti air mengalir.

   

                         

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DUTY AFTER SCHOOL | DASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang