Chapter 11

80 17 0
                                    

Setelah itu, karena aku tidak tahu mau ke mana di tambah tubuh ku yang masih lemah, aku akhirnya hanya tinggal bersama kakek setelah itu.

Dalam waktu itu, aku menemukan bahwa nama kakek yang membantu ku adalah kakek Yato.

Juga, tentu aku tinggal di rumah ini tidak dengan gratis, karena aku sebisa mungkin membantu dengan mencuci piring atau membersihkan rumah.

Namun kakek Yato yang mengetahui itu, mengatakan bahwa aku tidak perlu melakukan itu dengan alasan tubuh ku yang masih belum pulih.

Juga karena kakek Yato menemukan lokasi diriku tak sadarkan diri, dia mengambil beberapa uang yang ada di sana, dan uang itu kakek belanjakan untuk membeli makanan yang tidak jauh dari rumah ini.

“Kakek!! aku inggin membantu.”

“Tidak, ayumi masih belum pulih, kamu istirahat saja… biarkan kakek yang akan melakukan pekerjaan ini.”

Mengatakan itu, kakek Yato mulai mengangkat kapaknya dan membela kayu, mendapati itu aku mengembungkan pipi ku, karena aku saat ini benar benar telah pulih.

“Tidak kakek, aku sudah pulih, lihat ini.”

Saat aku menunjukan lengan putih dan kurus pada kakek Yato, kakek Yato hanya tersenyum hangat pada ku.

“Hoho… Begitu kah, jika ayumi pulih dan menjadi semangat, maka duduk dan lihat saja kakek, karena saat ayumi melihat kakek, kakek juga akan semangat.”

Melihat kakek juga menunjukan lengan nya yang berotot meski dia telah tua, itu membuat ku bertanya tanya, makanan apa yang dia makan.

Namun saat aku terus mendapatkan penolakan dari kakek, dengan menyesal aku akhirnya harus menyerah.

“Baiklah, tapi aku yang akan memasak saat akan makan nanti.”

Mendapati itu kakek menolak ku seperti sebelumnya, namun saat aku terus memaksanya akhirnya kakek mengiyakannya.

***

Setelah waktu makan, aku merasa banga dengan makanan yang telah ku siap kan di atas meja.

Karena di kehidupan sebelumnya aku tinggal sendiri, aku tentu saja belajar memasak, oleh karena itu, aku bersyukur kemampuan memasak ku masih ada di kehidupan ini.

“Hehe… bagaimana kemampuan memasak ku kakek.”

“Hebat, masakan ayumi sangat luar biasa enak.”

Aku tersenyum senang saat mendengar itu, lalu saat aku memulai memakan makanan ku, aku tiba tiba saja teringat sesuatu hal yang aku lupakan.

“Oh ya kakek, mengapa kamu hidup sendirian di hutan ini, bukan kah ada pemukiman tak jauh dari sini.”

Mendengar itu, kakek mulai menghabiskan makanan yang tersisa di mangkuknya, sebelum menjawab.

“Kakek hanya inggin tinggal di sini, bersantai dari keramaian dan apapun yang berkaitan tentang dunia.”

“Istirahat?”

“Yah, ayumi tahu…?! dari pada tinggal di kota, kakek lebih menyukai hidup di hutan karena di sini, kakek bisa melihat pohon yang membuat kita tenang.”

Memang benar di katakan di kehidupan dahulu, melihat warna hijau dapat menenangkan pikiran, jika begitu maka wajar mengapa kekek hidup di sini.

“Lalu kakek, jika kakek hidup di sini, apakah kakek tidak memiliki istri atau anak.”

Saat mendengar itu, wajah kakek tiba tiba saja menjadi sedih, membuatku entah mengapa memiliki perasaan buruk.

“Dulu kakek juga memiliki istri dan anak, tapi mereka telah meninggal saat mereka mengikuti perang dunia ke dua.”

AyumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang