Setelah berbelanja dua jam lama nya mengelilingi toko ke toko, Cora akhirnya menemukan dress merah muda yang akan dipakai untuk ke acara gender reveal kakak nya Kian. Laki - laki itu sudah menghubungi Cora dan memberitahu bahwa dia akan sampai di apartemen Cora di jam tiga sore. Walaupun jauh di dalam hatinya dia tidak yakin untuk datang, sebab acara ini akan penuh dengan keluarga Kian. Bagaimana Cora bisa menghadapi situasi seperti ini? bahkan dia dan Kian saja tidak jelas ada di hubungan seperti apa.
Cora mengakui kalau Kian membuat semuanya seakan mudah. Dia tidak pernah merencanakan untuk kenal dan mencoba percaya lagi dengan laki - laki baru setelah Bryson. Namun, sekarang ada Kian. Dengan segala omongan dan cara Kian menjaga Cora setiap mereka bertemu, entah mengapa rasanya Cora seperti disihir untuk terus berada di dekat si jantan.
HP Cora berbunyi, “Halo,” Sapanya. Dia tidak sempat melihat nama yang tertera sebab sedang sibuk menurunkan barang belanjaan nya dari mobil miliknya.
“Gue dateng lebih cepet,” Jelas Kian, di seberang sana, “Gapapakan?”
“Hah? Kenapa lebih cepet?”
Terdengar suara Kian menutup pintu mobil, “Urusan gue udah kelar ternyata, sekalian mau minta tolong buat atur rambut gue.”
Cora menjepit HP nya yang menempel di telinga dengan pundaknya, tangan nya digunakan untuk menekan lantai apartemen nya, “Gue belom siap apa - apa, maksudnya gue belum ngapa - ngapain, eh gimana sih?! ngerti kan?”
Di seberang sana Kian tertawa, “Ya gue tungguin aja, sambil nonton TV.”
Menyerah, Cora akhirnya membolehkan Kian datang lebih cepat. Selang dua puluh menit Kian sudah duduk di sofa milik Cora sedangkan Cora masih sibuk mengeringkan rambutnya di kamar mandi. Dari pantulan kaca kamar mandi nya dia bisa melihat Kian yang perlahan menutup matanya. Dari awal si laki - laki datang, Cora sadar kalau mata nya terlihat lelah. Bisa Cora tebak kalau Kian malam hari hanya tidur sekitar dua jam, sebab Kian selalu mengoceh tentang pekerjaan nya yang tak kunjung selesai.
Setelah selesai menghias wajah dan mengatur rambutnya, Cora bersusah payah menggapai resleting di dress yang dia pakai, tapi tangannya tidak mampu meraih kaitan dress yang berada di tengah badannya. Core menghela nafas. Dia bisa saja meminta Kian membantu nya, tapi ini berarti Kian akan melihat setengah punggung nya tanpa kain apapun.
“Ra, udah selesai belum nyatok nya?” Tanya Kian, yang tiba - tiba muncul di pintu. Cora yang sedang melompat dan menarik dress nya guna mencapai kaitan baju nya, langsung berhenti bergerak. Kian pun ikut mematung memandang yang ada di hadapannya, “Sorry - sorry.”
Cora menghela nafas, “Bisa tolong bantuin gak, An? tangan gue gak sampai.”
“Gapapa?”
“Udah terlanjur liat juga kan?” Mendengar ucapan Cora membuat Kian menaikan ujung bibirnya.
Cora bisa merasakan jari Kian yang menempel di punggung nya. Jantung nya berdegup kencang, bahkan Cora sendiri susah untuk mengatur nafasnya. Dia merasa oksigen menjadi terbatas di dalam kamar nya dan pendingin ruangan seperti tidak berfungsi, “Udah,” Kata Kian.
Cora membalikkan badannya, “Thanks,” Katanya cepat, kemudian mengalihkan pandangannya ke meja rias nya. Tangannya dengan cepat membereskan beberapa make up nya yang masih berserakan disana.
“Udah giliran gue belom?”
“Apa?” Tanya Cora, tanpa melihat wajah Kian.
“Atur rambut?”
Tangan Cora berhenti beraktifitas kemudian dia menatap Kian yang sedang memasang wajah kebingungan melihat tingkah Cora, “Oh iya, duduk.”
Kian duduk di kursi rias berwarna putih milik Cora, sedangkan si perempuan dengan rambut hitam panjang yang di catok bergelombang untuk acara hari ini berdiri di hadapannya. Sejujurnya posisi mereka tidak baik - baik saja, tidak untuk Cora, apalagi setelah kejadian sebelumnya. Jantungnya masih tidak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible String
FanficSo broken up, How could someone can handle this? Setelah merasakan kecewa dan patah hati terbesar dalam hidup nya Cora mencoba untuk melanjutkan hidupnya. Setahun setelah insiden dimana dia menangis dan menghabiskan satu pack tisu Cora kembali menj...