Cora menghembuskan nafasnya frustasi. Setelah mendengarkan cerita Kian, bohong rasanya kalau dia tidak ingin membantu laki - laki yang sedang duduk di lantai bersandar pada sofa milik Cora sambil memainkan rubik, yang dari awal Cora beli tidak pernah sekalipun dia sentuh. Dia memperhatikan betapa cepat nya tangan Kian membolak - balikkan mainan kubus itu, “Gue gak bisa, Kian.”
Laki - laki itu menoleh, menaruh mainan nya di atas meja kemudian menggeser badannya menghadap Cora.
Cora menatap lekat wajah Kian. Laki - laki sangat cantik kalau tersenyum. Namun, seharian ini Kian hanya memasang wajah sedih, frustasi, dan marah.
“Kenapa?”
“marriage is not a joke.”
Kian meraih tangan Cora untuk di genggam, jemari nya mengelus pelan kepala tangan Cora, “Trust me, i know.”
“No you're not. Kalo lu anggap marriage tuh important, lu gak akan tanya ke gue.”
“Cora listen, there is a feeling everytime i see you i want more. Gue gak cuma mau ngeliat lu dua atau tiga jam doang. Alasan gue call lu dan minta numpang ganti baju disini karena hari itu yang ada di otak gue cuma lu, all of my friend yang nongol cuma lu.”
Cora berdiri menjauh dari Kian, kemudian tertawa karena semua yang laki - laki itu mengingatkannya pada Bryson. Mereka selalu bilang hal manis, meyakinkan perasaan perempuan seolah mereka bisa pegang semua omongannya, padahal itu cuma omong kosong. Menjanjikan banyak hal untuk diingkari beberapa tahun setelah nya. Dulu Cora sangat percaya dengan omongan mantan kekasih nya yang selalu bilang kalau mereka akan menuju pernikahan, dia tidak akan pergi meninggalkan Cora, laki - laki itu tanpa bosan mengatakan kalau hanya Cora yang dicintai nya. Miris, melihat akhir cerita mereka sekarang.
“Bullshit.”
“What? no. trust me I-”
“I trust someone ONCE and you know what happened to me,” Kata Cora, memberikan penekanan dalam kata once, “I want trust to you Kian, I do. But this?” Lanjut Cora, “Too fast, Too fairly tale.”
“What do you mean too fairly tale?”
“Dalam waktu beberapa minggu a gentleman ask me to marry him? I know you're a good guy but again Kian, it's too fast. I love romance books or movie but that doesn't mean I believe when it happens to me.”
Kian menepuk sofa tempat Cora duduk, meminta perempuan itu kembali mengambil tempat nya, “Gue pernah diselingkuhi, sekali, waktu kuliah.”
“Hah?”
“I loved this girl Ra, I'll do everything just to make sure she gets everything she needs. Gue bayarin kuliah dia dua semester, gue bayarin asrama dia biar dia gak pusing lagi cari uang sana - sini dan mikir buat drop out. One night, gue ke asrama dia. Waktu gue buka pintu she's making out with another man in the bed we share, In a room I pay for her. Gue hampir drop out setelah ini semua terjadi. Gue ngerasa ditipu, dibodohi, dan gue malu sama diri gue sendiri.”
“Why are you telling me this?”
Kian kembali meraih tangan Cora dan berpindah duduk di atas Sofa, bersebelahan dengan si perempuan, “Gue tau rasanya dikecewakan sama orang yang gue sayang Ra. Not just about partner but my family did that to me too. I know how hard it is to believe in someone again after that happened. But I believe in you. Gue percaya lu bukan orang yang bakal kasih bad memories ke gue.”
“And you're wrong... Kian, You can't trust someone you just met.”
“Gue harus apa biar lu percaya sama gue?”
“Prove it, semua omongan lu. Buktiin kalo lu bukan kaya buaya yang selama ini berusaha masuk ke hidup gue.”
“Challenge accepted.”
•••••
Grace menaruh gelas minuman nya dengan keras sampai berhasil mendapatkan tatapan sinis dan bingung dari meja sekitar mereka. Grace dan Cora janji untuk bertemu saat Cora libur karena beberapa hari belakangan Grace keluar kota dan susah untuk dihubungi. Cora baru saja menceritakan apa yang terjadi di antara dia dan Kian. Dari raut wajah nya Grace bisa dibilang kalau sahabatnya ini sedikit bingung dan kesal dengan Cora. Entah kesal karena apa.
“We talked about trust, Right?” Tanya Grace, mendapat anggukan setuju dari Cora, “Dia gak bisa kaya gini di anggep challenge, terus apa kalo challenge nya udah selesai? kalo lu udah percaya sama dia? he's gonna bring you down, Cora.”
“He's not gonna bring me down, he-”
“How did you know? How can you be so sure? katanya lu gak percaya sama dia?”
Cora menghela nafasnya, “I don't believe him, Ce. Gue cuma berusaha berpikir positif tentang dia.”
Perempuan di depan Cora saat ini memutar bola matanya malas, “Ha Ha Angel.” kemudian tangannya bergerak kembali menenggak Vegan White Russian miliknya, “Are you?”
“Katanya lu mau liat gue jatuh cinta era lagi?”
“Not with strangers???”
“Ce, dia bukan stranger. Lu yang bikin gue kenal sama dia, remember? disini.”
Cora duduk spot yang sama saat pertama kali dia bertemu dengan Kian. Di Cafe Spring Bottom semua nya dimulai. Cora masih inget pertama kali melihat Kian masuk dari pintu dan mereka menghabiskan malam bersama membicarakan banyak hal. Walaupun di pertemuan kedua Cora merasa jengkel karena Kian bukan lah Kenji, teman kencan Grace.
“Gue bahkan belum ketemu sama dia?”
Cora tersenyum, “Jadi itu alasannya?”
“Apa?!”
“Karena lu mau ketemu dia dulu? lu belum approve karena lu belum tau dia as a person bukan cuma omongan gue aja?”
“I'm just trying to protect you.”
Cora mengangkat gelas nya mengajak Grace untuk melakukan Cheers, “I know,” Balasnya, kemudian menenggak Raspberry Mojito miliknya.
“Jadi lu bakal dateng ke acara keluarga nya besok?”
“Yup.”
“Ada keluarga nya?”
Cora mengerutkan alis nya bingung, “Kan acara keluarga ya pasti ada dong?”
“Ini big step, lu sadar kan?”
“Grace,” Kata Cora, mencoba memperingati Grace.
“Oke, I'm sorry. Gue beneran berharap yang kali ini gak bikin lu hancur kaya terakhir kali, Ra.”
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible String
Fiksi PenggemarSo broken up, How could someone can handle this? Setelah merasakan kecewa dan patah hati terbesar dalam hidup nya Cora mencoba untuk melanjutkan hidupnya. Setahun setelah insiden dimana dia menangis dan menghabiskan satu pack tisu Cora kembali menj...