OO4. Kai, Athala, dan sekolah

48 10 0
                                    

   Bel istirahat sudah berbunyi, Kai meraba buku dengan ukiran huruf braile untuk membacanya. Sebenarnya dunia Kai tidak sepenuhnya gelap, karena ia masih bisa melihat walaupun sangat buram dan tak terlihat apa apa. Kai dan kakak kakaknya masih menabung untuk mengoperasi kataraknya. Kai sibuk membaca buku rumus matematika karena ia akan mengikuti olimpiade matematika antar sekolah. 

   Ketika Kai sibuk membaca buku, Jayden, Jaka, dan Sebasta menghampiri bangku Kai. Jayden tiba tiba merangkul bahu Kai, "Wedeh, rajinnya anak olimpiade" goda Jayden membuat Jaka dan Sebasta ikut tertawa. Kai menjadi gugup, ia sedikit menelan ludahnya dan mencoba terlihat senormal mungkin, "ehehehe.. i-iya.."Kai merasakan firasatnya buruk. Ketiga teman sekelasnya itu hanya terkekeh melihat respon Kai yang terlihat gugup.
   "Santai elah, panik banget lo" Ujar Jaka.
   "Iya, kita kan cuma pengen minta beliin dimsum kantin kayak biasa" Sebasta menimpali.

   Deg! benar saja dugaan Kai, mereka bertiga akan memaksa Kai yang penglihatannya terbatas untuk pergi ke kantin dan menjadi sorotan publik. Belum lagi dimsum yang dibeli dengan uang Kai. Mereka selalu bilang akan menggantinya, tapi kenyataanya mereka jarang sekali mengembalikan uang saku Kai yang akan ia tabung untuk operasi kataraknya. Setelah mendengar perkataan tiga teman sekelasnya itu, Kai menggeleng pelan. "n-ngga.." lirihnya.

   Mendengar penolakan dari Kai untuk pertama kalinya, ketiga orang itu sontak tertawa. "HAHAHAHA. Ohh, rupanya mau cosplay jadi jagoan ya?" Jayden menatap tajam wajah Kai dan meremas bahunya. Kai menjadi semakin takut dan sedikit meringis karena remasan Jayden di bahunya. "Gausa banyak gaya, buruan sana beli. Nih duitnya" Jaka meraih tangan Kai lalu memberinya uang mainan. Kai yang sangat takut suasana akan berubah menjadi lebih buruk, memutuskan untuk mengangguk lalu bangkit dari mejanya. Tapi bukan untuk membeli dimsum, melainkan untuk berteriak "KALO KAI BILANG GAMAU BERARTI GAMAU!! INI BUKAN UANG ASLI, KAI BISA NGERASAIN BEDANYAA!!" 

   Seleruh kelas terkejut dan langsung menoleh pada Kai. Pertama kalinya mereka melihat Kai yang lembut dan pemalu seperti ini. Tingkat empati di sekolah ini memang sangat buruk, mereka yang tidak berurusan dengan kasus pembullyan akan menutup mata dan telinga mereka walaupun kejadian itu jelas terjadi di hadapan mereka. Sebasta menarik kerah seragam Kai lalu mendorong badannya hingga kepalanya membentur tembok, "Akh!" ringis Kai seraya mencoba melepaskan  tangan Sebasta dari kerahnya, "Berani lo sekarang? udah berani caper ke kelas lo?"  Ujar Sebasta seraya mengepalkan tangannya dengat kuat dan bersiap untuk menonjok wajah Kai.

   Ketika pukulan Sebasta nyaris mengenai wajah Kai, pergelangan tangan Sebasta ditahan oleh Athala. Atensi Jayden dan Jaka langsung beralih padanya. Athala baru saja kembali dari toilet. Sebasta yang terkejut langsung menarik lengannya dari cengkraman kuat Athala, "Maksud lo apa ikut campur urusan kita?" ujarnya dengan nada ketus dan marah yang tertahan. Saat itu Kai langsung menyadari bahwa ada Athala yang menyelamatkannya. Kai langsung melepas paksa cengkraman Sebasta dari kerahnya. Athala langsung menggerakkan tangannya untuk berbicara bahasa isyarat, "Jangan ganggu Kai." Tapi mereka tidak mengerti apa yang Athala ucapkan, "Bacot lo." Jaka melayangkan tinju pada Athala, dan Athala berhasil menghindar. Namun tiba tiba pukulan Jayden melayang ke hidung Athala hingga membuat hidungnya mengeluarkan cairan merah kental.

   Athala sedikit terhuyung, tapi bel masuk kelas langsung berbunyi. Athala langsung menarik lengan Kai lalu berlari keluar kelas. "WOY JANGAN KABUR LO!!" teriak Sebasta mencoba mengejar mereka berdua. Tapi Pak Budi sudah tiba di depan pintu kelas, "PAK BUDII, KAI SAMA ATHALA IZIN KE TOILET BENTARR KEBELET BANGETT" ujar Kai yang tangannya terusk ditarik Athala untuk berlari. Pak Budi mengizinkan mereka karena mereka bisa dibilang anak teladan dan jarang bolos sekolah. Tapi ketika Jayden, Jaka, dan Sebasta ingin keluar kelas juga, Pak budi menolak mentah mentah. "Tidak boleh! kalian sudah terlalu sering membolos dan nakal! bapak tidak akan mentoleransi kalian! Kalian mau saya panggil orangtua kalian?!" Ancam Pak Budi yang hanya dibalas decihan malas dari mereka bertiga. Hingga mereka bertiga pun terpaksa menurut dan duduk di bangkunya masing masing.

TOGETHER | TXT fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang