O22. Fakta baru

45 5 2
                                    

hola, maap bru sempet up. kmren wp nya error + males huhu. anyways happy reading

   Perawat dan dokter berlarian di koridor menuju UGD untuk menangani Bastian yang sudah tak sadarkan diri. Bastian segera dibawa dengan ranjang pasien dan langsung mendapatkan pertolongan pertama. Sean, Athala dan Kai akhirnya tiba setelah mengejar ambulance dengan taksi. Kai dengan sigap menggendong Sean lalu Athala membantu Sean untuk duduk di kursi rodanya dan membawanya masuk ke dalam UGD.

   ***

   Ketiganya terdiam. Mereka menunggu dengan sabar di ruang tunggu. Beberapa kali terdengar Sean terus menghela nafas berat. Athala jadi tidak tega dengannya. Athala berjongkok dihadapan Sean lalu menatapnya lekat.
   "Kak Sean, jangan khawatir. Kak Bastian kan kuat" Ujar Athala dengan bahasa isyarat. Tentu saja Athala sangat mengerti perasaan Sean, mereka baru saja kehilangan Yuan. Rasanya kejam sekali kalau Bastian juga ikut pergi. Sean membalas Athala dengan senyum kecil dan tatapan sendu.

   Dokter keluar dari ruangan lalu menghampiri Sean dan adik adiknya. "Permisi, anda wali Bastian?" tanya dokter itu ramah pada Sean.
   "Ah, iya dok. Gimana kondisi Bastian dok? dia baik baik aja kan? dia cuma kecapean ya dok? atau cuma efek samping kecil karena dia bolos hemodialisa?" sean segera melemparkan pertanyaan bertubi tubi, tapi dokter itu segera menenangkannya.
   "Tenang ya. Boleh bicara di ruangan saya sebentar?" tanya Dokter itu. Sean langsung merasakan firasat buruk. Ia menoleh pada Athala dan Kai. 
   "Gapapa Kak. Kita tunggu disini" Ujar Kai yang segera diikuti anggukan Athala.

   Wajah Sean terlihat murung, ia segera mengangguk pada dokter itu. 
"Baiklah dok.." Dokter itu pun dengan sopan mendorong kursi roda Sean pada ruangannya. "Saya permisi dulu.." Ujar dokter itu pada Athala dan Kai. Keduanya pun mengangguk.

Sesampainya di ruangan dokter, dokter itu segera duduk dihadapan Sean dan mengajaknya bicara. "Saat ini kondisi ginjal Bastian sudah sangat parah. ginjalnya sudah hampir tidak berfungsi dan benar benar membutuhkan transplantasi. Sisa waktunya hidupnya mungkin hanya sebulan jika ia tidak mendapat transplantasi ginjal secepatnya".

Deg! mendengar itu Sean seketika terdiam. Sisa waktunya hanya sebulan? Sean mencoba sebisa mungkin untuk tetap terlihat tenang. Ia sangat ingin untuk mentransplantasi ginjalnya saat itu juga, tapi ia cukup ragu dengan biaya operasi nya yang bisa mencapai 300 juta rupiah. 
   "Dok, apa saya bisa donorin ginjal saya?" tanya Sean pelan. Keduanya pun terdiam di dalam ruangan yang dingin itu.

***

   Sean dan dokter itu keluar dari ruangan menghampiri Athala dan Kai. Athala langsung berjalan mendekati dokter itu dengan tatapan memohon. "Dokter, saya mau mendonorkan satu ginjal saya. Saya mohon, saya akan lakukan apa saja agar bisa mendonorkan ginjal saya" Ujar Athala dengan bahasa isyarat yang segera di translate oleh Sean pada dokter.
   "Jangan Athala, kasian ginjal kamu kalo cuma satu nanti dia jadi harus bekerja lebih keras. Kamu nanti gampang sakit, kamu harus wujudin mimpi kamu jadi dokter kan?" Ujar Sean pelan.
Athala menggeleng keras, "Dulu yang bayarin setengah harga dari alat pendengar saya adalah kak Bastian. Saya sudah berjanji pada diri saya untuk membalas kebaikannya. hanya ini yang bisa saya lakukan. Justru Kak Sean yang jangan mendonorkan ginjal, bagaimana kalau kak Sean jadi mudah sakit? Kak Sean mau meninggalkan saya dan Kai??"

   Sean dan dokter itu pun terdiam. Sean bingung apakah ia harus mengiyakan atau tidak, dan bagaimana tentang biaya operasi? mereka tidak punya uang sebanyak itu. Tapi dokter itu segera menyangkal, "kalian tenang aja. operasi transplantasi ginjal udah dicover 85% sama bpjs. Kalian cukup bayar 33 juta rupiah" jelas dokter itu. Bagi Sean itu tetap mahal, ia tidak punya tabungan sebanyak itu. "Saya akan bantu membantu kakak saya membayar. Apa boleh dicicil? kalau begitu saya akan menjadi dokter hebat yang akan mengabdikan pekerjaan saya di rumah sakit ini" Lanjut Athala. "Wah saya kurang tau, nanti saya tanyakan ke kepala rumah sakit". balas dokter.

   Tiba tiba ponsel Sean berdering dari nomor tak dikenal, Sean mengangkatnya dengan bingung "Siapa?"
"Kamu saudaranya Yuan bukan? saya polisi yang bertugas untuk kasus Yuan"
"Iya, saya Sean. Kenapa ya?"
"Yuan akan disidang ulang karena Yuan bukan pelaku sebenarnya. Kami sudah menyelidiki lebih lanjut tentang kasus ini dan menemukan sesuatu yang janggal. kami akan memulai persidangan malam ini. Sean bisa datang?"
"Ah baiklah, saya akan datang. Terima kasih pak!"
beep.. beep..

   Athala dan Kai memasang wajah bingung. Sean segera mendekati mereka berdua. "Kak Yuan bakal disidang ulang. Kak Yuan bakal bebas!" Jelas Sean dengan wajah sumringah. Keduanya segera membulatkan mata lalu bersorak bahagia. "Aaa semoga Kak Yuan beneran bisa bebas" Ujar Kai senang. "Aku harus pergi ke pengadilan. Kalian bisa tolong jaga Bastian sampe dia siuman?" Tanya Sean dengan tatapan khawatir. "Tenang kak, kita bakal temenin kak Bastian sampe kak Sean pulang" Ujar Kai bersemangat seraya melakukan pose hormat. Sean tersenyum lega dan mempercayakan Bastian pada kedua adiknya.
   "Sip dah, kalian emang bisa diandelin".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TOGETHER | TXT fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang