O2O. Besuk, dan hal tak terduga

40 7 1
                                    

  CW TW // suicide, mental illness

    Pekan berikutnya di hari Minggu yang cerah, tepatnya sehari sebelum Athala dan Kai ujian kelulusan. Di dalam rumah sederhana yang berisi 4 orang sedang sibuk dengan sesuatu dan agak tergesa gesa. "Athala, Kai, kalian yakin mau ikut jenguk kak Yuan? kalian udah belajar yang bener kan? awas aja nilai kalian jelek ya" Tanya Sean dengan kursi rodanya yang sudah siap di depan rumah. "Nggaa, nilai Kai ga akan jelek kok kak", "Saya jamin nilai ujian saya 100" balas keduanya bersamaan.

   "Kak Bastian mana dah?" Tanya Kai tidak merasakan adanya kehadiran Bastian disana. Athala juga ikut menoleh kesana kemari mencari keberadaan kakaknya itu. "Bastian masih mandi anjir, panggilin coba. Dia mandi lama banget kayak putri" Keluh Sean seraya menunjuk nunjuk pada Athala dan Kai. "yang terakhir duduk panggil kak Bastian!!" Kai langsung duduk ketika mengucapkan itu, alhasil Athala telat duduk dan hanya memutar bola matanya malas "hmh" deham nya dengan nada kesal yang membuat Kai tergelak mendengarnya.

Athala berjalan menuju kamar mandi dan mengetuk pintunya. Terdengar kalau Bastian sedang bernyanyi ria di dalam sana. "neoneun namane speCiOuL, hanappunin nae sPeciAL, kkume muni yeolligo chueok seok neon hyenshilloOo~ MAMAH MAMAH KAGET, SIAPA YANG NGETOK PINTU?" pekiknya dari dalam kamar mandi. 
   "Aaa Ashian anan ama" Jawab Athala yang justru terdengar seperti Aa kasian aa walaupun yang sebenarnya ia ucapkan adalah "Kak Bastian jangan lama". 
    "HAH NGOMONG APAAN ANJIR LO ATHALA"
Athala menepuk dahinya pelan, tadinya ia ingin membuat sandi morse dengan cara mengetuk pintu kamar mandi berulang ulang, tapi Bastian tidak hafal kode morse dan bisa bisa ia merasa terganggu dan malah menyiram Athala dengan air seember.

   Athala memutuskan untuk menyala matikan lampu kamar mandi untuk membuat Bastian mempercepat aktivitas mandi nya. "YA YA YA WOY SABAR, HANDUK GUE HAMPIR JATOH KE KLOSET" teriak Bastian emosi tapi Athala tetap menyala matikan lampunya. Akhirnya Bastian dengan wajah segar badan wangi dan rambut basah keluar dari kamar mandi. Ia mengacak ngacak rambutnya hingga tetesan air membasahi wajah Athala.
   "pweh" Ujar Athala seraya mengusap wajahnya yang basah. Bastian mengukir senyum jahil padanya. "Mangkanya jangan matiin lampu sembarangan. Dah gue mau pake baju"

   Sebelum Bastian memasuki kamar, Athala menarik handuk yang diikat di pinggang Bastian dan membuatnya hampir terjatuh. Spontan Bastian menarik handuknya kembali dengan panik dan menatap wajah Athala dengan tatapan tajam. Yang ditatap hanya tersenyum kecil.
   "pembalasan tadi" Ujar Athala dengan bahasa isyarat.
Athala segera berlari meninggalkan Bastian yang sudah siap untuk balas menarik celananya. Untungnya Athala selamat dari Bastian dan Bastian hanya menghela nafas lalu mengenakan bajunya.

***

    "Sebentar ya, biar kami panggilkan tahanan Yuan." Ujar salah satu petugas pada Sean dan yang lain. Sean dan keempat adiknya menunggu dengan tenang. Dengar dengar katanya Yuan sempat mogok makan, merusakkan barang barang karena amarah yang tidak bisa dikontrol, menangis tanpa henti, bahkan ia sempat mencoba untuk gantung diri di sel nya. Kepolisian sudah menghubungi psikiater dan Yuan dipindahkan ke ruangan khusus.

   Sean terdiam dan membayangkan bagaimana tersiksanya Yuan di penjara padahal ia tidak melakukan apapun. Sean berpikir keras untuk memecahkan kasus ini sendiri hingga tiba tiba seorang petugas membuyarkan lamunan Sean.
   "Udah boleh masuk tuh" Ujar Bastian seraya menarik pelan lengan baju Sean. Athala dan Kai sudah masuk duluan. Sean mengangguk lalu Bastian mendorong kursi rodanya dari belakang.

   Mereka pun memasuki ruangan untuk menjenguk Yuan. Terlihat wajah Yuan yang pucat dan terlihat lebih tirus. Yuan terduduk seraya tersenyum lesu karena kedatangan mereka. Sorot mata Yuan terlihat lelah dengan garis hitam karena kurang tidur, tapi ketulusan terlihat jelas dari ekspresinya membuat hati keempat saudaranya seketika teriris.
    "Haii" Sapa Yuan senang. Ia melambaikan kedua tangannya dengan antusias.
    "Halo"
    "Hola"
    "Aii"
    "Haloo Kak Yuann"

   Kelimanya tertawa pelan lalu duduk bersama di hadapan kaca penghalang. Mata Kai berkaca kaca walaupun ia tidak bisa melihat, ia bisa merasakan ketulusan dari Yuan.
    "Gua beliin lo mintchoco es krim, dimakan nanti ya" Ujar Bastian yang seketika membuat mata Yuan terbuka lebar dan ia menjadi bersemangat.
Kondisi Yuan mungkin terlihat biasa saja seperti orang normal tanpa gangguan jiwa. Dia memang masih bisa diajak mengobrol dengan orang lain, ia juga masih bisa menggunakan otaknya dengan baik. Namun ketika penyakitnya kambuh, ia benar benar tidak bisa mengontrol dirinya. Bisa dibilang kondisi Yuan sangat labil, ia bisa berubah kapan saja dengan waktu sangat cepat.

   "Kak Yuan gimana makannya? sehat sehat terus kan?" Tanya Sean memulai percakapan.
"Ya gitu hahaha. Makan nasi. Sehat kok, santai. Kalian aman kan? pokoknya gue keluar dari sini kita harus udah sukses bareng ya"
   "Pasti Kak. Bastian kerjanya hebat, makin kesini makin kesana. Eh maksudnya makin keren. Athala sama Kai juga udah dapet beasiswa"
   "Hebat kalian. Gua bangga boleh ga?"
   "PAKE NANYA BANG"

   Kelimanya bersenda gurau bersama dan membicarakan bagaimana kondisi mereka beberapa hari ini. Yang tadinya susana hati Yuan sedang buruk, kehadiran adik adiknya membuat Yuan merasa seperti di rumah. Ia mendapatkan kehangatan yang selama ini tidak ia dapatkan. Ia harap waktu terus berjalan lambat agar ia bisa selamanya seperti ini.
Tak terasa satu jam berlalu, mereka semua pamit pada Yuan karena jam besuk sudah habis. Mereka pun melambaikan tangan mereka pada yuan. Yuan tersenyum bahagia saat itu juga.

TOGETHER | TXT fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang