Hari ini Sasuke tidak masuk sekolah. Pemuda itu demam, jadi harus beristirahat di rumah.
Kepalanya pusing dan itu benar-benar terasa mengganggu. Bahkan untuk tidur pun rasanya sulit. Sejak tadi Sasuke hanya berbaring sambil memainkan ponselnya.
"Heh, katanya pusing, istirahat dong, sayang. Jangan main hape terus."
Sasuke berbalik, bundanya yang barusan mengomel itu mendekat lalu duduk di tepi ranjang. Tangannya terulur menyentuh dahi Sasuke.
"Udah gak terlalu panas." Bunda Sasuke tersenyum, "Pusingnya gimana, Sas? Masih pusing banget?"
"Baikan sedikit, gak seberat tadi, bun." Jawab Sasuke. Ia kemudian mengernyit heran karena bundanya menatap serius ke arah luar melalui jendela kamarnya, "Liatin apa sih, bun?"
"Itu Hinata baru pulang sekolah. Dianterin siapa ya itu?"
Mengabaikan rasa pusing di kepalanya, mendengar ucapan bundanya Sasuke langsung bangkit. Ia turun dari ranjang kemudian mendekat ke arah jendela untuk melihat lebih jelas.
Bunda Sasuke hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Sasuke. Anaknya itu selalu begitu jika sudah menyangkut Hinata. Asal mendengar nama Hinata, Sasuke pasti langsung bereaksi. Bunda Sasuke tidak heran, dia jelas tahu bahwa Sasuke sangat menyayangi Hinata. Bunda Sasuke juga tahu, bahwa anak bontotnya itu menaruh perasaan lebih pada Hinata.
Kembali pada Sasuke yang kini sudah berdiri tepat di depan jendela kamarnya, Sasuke dapat melihat Hinata yang sedang asik mengobrol dengan seorang laki-laki yang baru saja mengantarnya pulang. Laki-laki itu duduk di motornya, sedangkan Hinata berdiri di samping motor laki-laki itu. Sasuke ingin tahu siapa orang yang mengantar Hinata pulang, tapi sayangnya orang itu memakai helm dan Sasuke tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas.
Beberapa menit berlalu, Sasuke masih setia memperhatikan interaksi antara Hinata dan orang itu. Jujur saja, hatinya terasa panas melihat Hinata yang sepertinya sangat dekat dengan orang itu. Harusnya, Sasuke tidak usah menonton pemandangan menyebalkan itu. Tapi Sasuke tidak mau berhenti. Sasuke terus menyaksikan keduanya, sampai orang yang mengantar pulang Hinata itu akhirnya pergi.
Bukannya langsung masuk ke rumah, Sasuke melihat Hinata sekarang malah menyebrang jalan. Itu artinya gadis itu hendak mengunjungi rumahnya.
"Bunda tinggal dulu ya, mau buka kunci pintu, Hinata kayaknya mau ke sini tuh." Kata bunda Sasuke yang juga melihat hal tersebut, "Balik tiduran lagi gih, nanti ketauan lagi abis nonton." Lanjutnya sambil terkekeh kecil lalu segera keluar sebelum anaknya mengamuk.
Sasuke mendecak kesal karena bundanya namun menuruti perintah sang bunda untuk kembali berbaring. Saat ia menutupi tubuhnya dengan selimut, samar-samar dia dapat mendengar suara Hinata yang tengah mengobrol dengan bundanya. Entah apa yang kedua wanita itu bicarakan karena Sasuke tak bisa mendengarnya dengan jelas. Lalu tak lama kemudian, Sasuke mendengar suara ketukan pada pintu kamarnya.
Sasuke membalikkan tubuhnya, "Masuk aja."
Setelah Sasuke berucap demikian, sosok Hinata muncul dari balik pintu. Gadis itu tersenyum lebar, lalu menghampiri Sasuke yang tetap pada posisinya.
"Hei, gimana sekarang? Mendingan?" Tanya Hinata. Tangan gadis itu terulur untuk menyentuh dahi Sasuke, "Ugh.. masih anget." Ujar gadis itu. Tatapannya berubah menjadi sendu.
"Ini udah mendingan kok, Ta. Paling besok juga udah sembuh." Sasuke tersenyum kecil.
Hinata mendesah, "Lo tuh jarang banget sakit, terus sekalinya sakit biasanya parah. Mangkanya kaget banget pas bunda bilang lo katanya demam. Terakhir kali lo sakit juga kan harus dirawat tuh." Ucap Hinata mengingat kejadian dua tahun lalu saat Sasuke harus dirawat karena Tipes. "Kepalanya pusing banget gak, Sas? Terus selain pusing kerasa apa lagi yang sakit? Pegel-pegel gak? Perutnya mual atau perih gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Secret (SASUHINA)
Fanfiction★A Sasuhina Fanfiction★ (Bahasa Non-Baku) Sahabat jadi cinta ternyata benar adanya, Hinata dan Sasuke saat ini berada pada kondisi tersebut. Hinata mencintai Sasuke, begitu juga sebaliknya. Tapi sayangnya, baik Hinata maupun Sasuke tidak punya keber...