Cemburu

242 36 20
                                    

Sebenarnya, Hinata malas, ia sedang tidak mood untuk pergi kemana-mana. Maunya diam saja di rumah, menonton anime kesukaannya atau apa saja yang penting di rumah. Tapi Hinata sudah janji pada Gaara, lagi pula ini adalah upaya untuk menebus kesalahannya. Hinata harus bertanggung jawab.

Jam sudah menunjukan pukul empat sore. Saat ini, Hinata sedang menonton kartun bersama Hanabi yang merupakan adiknya. Hinata berbaring tertelungkup di atas karpet, sedangkan Hanabi duduk di atas sofa.

"Hm.. pake baju yang mana ya?" gumam Hinata pelan namun masih bisa terdengar oleh Hanabi.

"Oh, mau nonton itu ya? Siapa sih namanya? Agar? Atau apa sih? Lupa." tanya Hanabi. Gadis itu berpindah posisi, ikut berbaring di samping kakaknya.

"Gaara." koreksi Hinata sambil menyentil pelan kening adiknya itu, "Males banget sebenernya, tapi udah janji."

Hanabi mengangguk-angguk, "Gak boleh ingkar, harus ditepati kalo udah janji. Sama Bang Sasuke kan nontonnya?"

"Iya. Tapi Sasuke juga kayak males tau. Padahal kalo males ngapain mau ikut ya?"

Hanabi membulatkan kedua matanya lalu melirik Hinata dengan mata yang menyipit.

Itu Bang Sas cemburu gak sih?!

Tapi Hanabi mana berani mengatakan kecurigaannya itu pada Hinata.

Pasalnya setiap kali Hanabi menangkap bahwa sepertinya Sasuke menaruh rasa pada Hinata lalu membicarakan hal itu pada kakaknya, Hinata tidak percaya dan malah marah-marah.

"Emang gimana gitu Bang Sas?" tanya Hanabi.

"Ini," Hinata menunjukkan layar ponselnya pada Hanabi, "Sasuke malah ngehasut biar gak usah pergi nonton Gaara. Udah kakak bilang, dia kalo males gak usah ikut, soalnya kakak udah janji kan sama Gaara gak mungkin dibatalin."

"Hadehhh, udah bilangin Bang Sas, gak usah ikut kakak deh sini aja bantuin aku nyatet materi gitu."

"Yeee, itu mah maunya kamu!" Hinata berbalik menghadap Hanabi, "Lagian kenapa mau jadi sekretaris kelas kalo ujung-ujungnya misuh melulu karena ketinggalan nyatet?"

Hanabi menyengir, "Seru nulis di papan tulis."

"Aneh!" seru Hinata lalu gadis itu bangkit dari posisi berbaringnya, "Dah ah, mau milih baju dulu!"

•*~☆~*•

Jam enam lebih lima belas menit Sasuke sudah siap. Pemuda itu mengenakan kaos putih polos pendek kemudian melapisinya dengan kemeja panjang berwarna hitam yang sengaja tidak ia kancingkan dan celana panjang warna hitam, senada dengan warna kemejanya.

Sasuke kemudian pergi ke rumah Hinata untuk menjemput gadis itu. Saat sampai di rumah Hinata, ternyata sahabatnya itu belum siap. Jadi dia menunggu di ruang keluarga bersama Neji dan Hiashi yang tengah bermain catur.

"Cafenya jauh gak, Sas?" tanya Papa Hinata, Hiashi.

"Enggak, pa. Cuma sepuluh menitan lah buat nyampe sana." jawab Sasuke.

Hiashi mengangguk-anggukan kepalanya, "Hm, iya iya. Nitip Hinata ya, Sas. Pulangnya jangan malem-malem ya."

Sasuke mengacungkan jempolnya, "Aman, pa."

"Minta tolong perhatiin dia juga di sekolah ya, Sas. Liat dia gaulnya sama siapa aja, papa takut, anak jaman sekarang banyak yang brutal pergaulannya."

Sasuke tersenyum kecil. Sudah sangat sering Hiashi berpesan seperti itu padanya. Sasuke mengerti, Hiashi hanya takut putrinya salah pergaulan.

Beautiful Secret (SASUHINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang