Tahun 2019
Setelah studytour ke luar kota yang dilakukan Deva selama liburan adalah jalan jalan bersama dengan kakaknya dan juga calon kakak iparnya, Radha. Jalan jalan ke Alun-Alun kota apalagi pada saat pergantian tahun baru mereka ada di alun-alun, memainkan kembang api dan juga melihat orang orang memainkan petasan, petasan api dan langit.
Ketika jam 00.00 tiba dimana petasan diluncurkan ke langit mendengar suara lonceng pergantian tahun. Tahun baru, 2019.
Harapan harapan mereka semua di tahun 2019 agar menjalani kehidupan yang lebih baik lagi daripada kehidupan sebelumnya, mereka berdoa supaya mereka bisa lebih baik lagi.
Di tahun 2019 bagi Deva itu begitu sangat berat. Di semester 2 tidak seperti di semester 1 yang masih terlihat main main, di semester genap ini mereka di tuntut untuk belajar keras untuk menghadapi ujian Nasional nanti.
Kelompok atau tidak maju hafalan. Setiap beberapa hari sekali disuruh maju hafalan dan setiap dua minggu sekali akan belajar kelompok. Maju hafalan menghafalkan materi segala materi.
Dulu, masih santai berbeda dengan sekarang. Pada saat Pawai, dia teringat ikut dalam acara itu. Kejadian nya pada saat tahun kemarin tepatnya setelah kemah di sekolah.
Jadi pada saat Hari Sabtu sebelum acara pawai esok Bu Siti memberitahu dan semuanya wajib untuk ikut pawai. Deva pada awalnya dia meminta izin untuk tidak ikut dikarenakan Minggu yang ada acara dengan kakaknya. Kakaknya mengajak ia dan kak Radha untuk jalan jalan ke taman.
Jenna pun sama sebetulnya sama, dia juga memiliki jadwal sibuk pada hari tersebut dimana ia akan melakukan eksperimen bersama dengan sepupunya, namun Bu Siti tidak mau tahu. Pokoknya harus bisa ikut acara pawai besok tanpa adanya halangan apapun.
Deva tiba tiba yang seperti Jenna kemudian, dia menatap Bu Siti dengan sinisnya.
Bu Siti memang guru paling menyebalkan yang pernah menjabat sebagai walikelas mereka, disini Deva paham mengapa Jenna bisa sebegitu bencinya dengan Bu Siti mengingat mereka berdua pernah berdebat satu sama lain.
Pawai yang diselenggarakan di sekolah lain mengharuskan anak anak untuk menaiki mobil, bukan mobil ber AC tetapi mobil pick up pengangkut barang. Rombongan anak sekolah dari kelas enam hingga lima mengenakan baju putih merah untuk melaksanakan pawai.
Tugas mereka hanyalah membawakan spanduk di barisan bagian depan, yang di belakang hanya berjalan mengikuti. Jadi pastipasi mereka hanya meramaikan acara pawai dengan baju putih merahnya, sepertinya sekolah ini menjadi bahan tertawaan bagi anak-anak dari sekolah lain.
Harusnya kan untuk membanggakan nama sekolah seperti menjadi anggota Drumband, Mayoret atau berjalan menggunakan pakaian adat---umtuk lebih wajarnya--- bukan polosan seperti ini menggunakan seragam sekolah.
Meski bukan dari sekolah lain berusaha Fani menahan tawa, sekolah ini seperti memaksakan untuk ikut Pawai tanpa persiapan apapun. Kalau tahu begini kan lebih enak kalau sekolah ini sebagai penonton, di lihat dari manapun juga tidak menarik.
Berbeda dengan anak dari sekolah lain. Ada yang memakai baju adat walau tugas mereka hanya untuk berjalan, ada anggota Drumband yang membawakan lagu dari pawai ini sehingga ada mayoret memutar mutarkan tongkat yang di bawa oleh mereka.
Dengan kreatifitas anak anak yang mengikuti pawai para kakak kakak SMP dan SMA untuk anak laki laki menggunakan kostum kostum menyeleneh. Untuk dua Menengah Pertama dan Atas ada juga yang sebagai anggota Drumband, anak anak perempuan menggunakan kostum dari kertas koran yang di buat menyerupai gaun putri. Sebagai tambahan dengan adanya sayap di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[D E V A]🌷 Tamat
FantasíaSeorang gadis bernama Deva Liana yang tinggal bersama dengan kakak nya. Kedua orang tuanya meninggal dunia pasca kecelakaan enam tahun silam yang membuat mereka harus tinggal berdua. Sang kakak harus membanting tulang demi bisa menghidupi keduanya...