o n e

2K 90 5
                                    

Have you ever think that life is a joke? Because it really did.

>>>

Carmichael Clare Schulz sudah lama berada di samping pria itu. Sejak kecil, selalu menjadi teman, sahabat, pendengar dan tempat bagi seorang Justin Quincy Hubner untuk berbagi cerita atau bebannya.

Seperti saat ini, gadis yang biasa disapa dengan sebutan Carmi itu baru saja mendengarkan curhatan Justin yang kini bersandar lesuh di bahunya.

Curhatan kesekian tentang kandasnya hubungan pria itu dengan kekasihnya.

"Itu tandanya kamu diminta untuk fokus ke karirmu dulu, dom." [Bodoh]

Mendengar ucapan Carmi, Justin mendengus sambil mendusel kepalanya hingga menyentuh leher Carmi.

"Sometime we need something like.. vermaak." [Hiburan]

Carmi melirik malas sebelum menjauhkan kepala Justin. "Oh tolonglah, buang jauh-jauh pemikiran rusakmu itu."

Justin hanya menanggapinya dengan tawa geli sudah menduga akan respon tersebut. Justin lalu memilih untuk berdiri dari posisinya. "Ayo ikut aku ke Jepang."

"Ha?"

"Aku tidak yakin bisa beradaptasi dengan baik jika melakukannya sendiri, jika ada kamu setidaknya bebanku berkurang."

"Je bent gek, Jussa?" [Kamu gila, Jussa?] Diam-diam telinga gadis itu memerah akan ajakan barusan.

Kenapa pria ini selalu diluar prediksi? Mengajak seorang anak gadis untuk menemaninya diluar negeri dengan santainya. Setidaknya jika mereka sepasang kekasih, mungkin hal itu masih masuk akal.

Justin mengangkat bahunya, ia menarik tangan Carmi untuk turut berdiri dan meninggalkan kamar gadis itu, ia ingin makan diluar.

Ditariknya keluar dengan enteng meski Carmi sudah memberontak sekuat tenaga. Sepertinya pria ini tidak main-main.

"Apa salahnya, sih? Kamu juga meninggalkan Netherland kemari waktu itu demi menemaniku di Britania, lalu apa bedanya kali ini?"

Carmi mendengus. Hal itu tidak sepenuhnya salah, tapi saat itu, Carmi juga kemari untuk urusan akademiknya. Jadi tidak sepenuhnya alasannya berada di Britania karena si bungsu Hubner.

"Terserahmu deh, je hoort mij toch niet." [Lagipula kamu tidak akan mendengarkanku.]

Justin tertawa geli sembari menarik Carmi memasuki rangkulannya. "That's it. So just pretend like a good girl."

Life is sucks. Do they think Carmi is a joke for this man?

But maybe she is.

Sedikit yang tahu, Carmi dan Justin saling mengenal sejak usia Justin yang ke lima tahun sedangkan Carmi berusia enam tahun saat itu. Banyak menghabiskan waktu bersama, Carmi akhirnya menyukai Justin secara diam-diam sejak ia menduduki bangku tahun pertamanya di sekolah menengah pertama, atau mungkin itu sekitar kurang lebih sembilan tahun yang lalu.

Sekali lagi, sembilan tahun yang lalu.

"Carmi, Franklyn sempat menanyakan kontak ponselmu." Ucap Justin tiba-tiba.

Carmi meliriknya, penasaran dengan ekspresi pria itu kala mengatakan hal demikian.

Namun dasarnya gadis terlalu sering membuat ekspektasi terlalu tinggi, ekspresi Justin tidak lain hanyalah ekspresi santai dan tidak ada yang lebih sama sekali.

Memang apa yang kamu harapkan Carmi? Justin merasa cemburu? Atau setidaknya merasa terganggu?

"Aku tidak tahu orangnya yang mana. Tapi beri saja." Jawab Carmi

Justin menaikkan satu alisnya. "Tapi apakah kali ini ada jaminan bahwa nasibnya akan berbeda dengan teman-temanku sebelumnya?"

Bukan sekali dua kali Justin memberikan nomor ponsel Carmi kepada temannya atas izin gadis itu. Namun, meski demikian tidak satupun pesan dari teman-teman Justin yang ditanggapi oleh gadis itu.

Bagaimana mungkin ada seorang gadis yang bisa tahan tidak berhubungan romantis dengan satupun pria dihidupnya?

Kurang lebih 16 tahun mengenal Carmi, Justin yakin gadis itu belum pernah berkencan sama sekali.

"Sejak kapan harus ada jaminan seperti itu?"

Justin berdecak. "Sudah puluhan temanku yang meminta kontakmu, dan kamu mengizinkanku memberi mereka. Tapi apa hanya sebatas itu? Setidaknya balas pesan mereka."

Carmi diam-diam mencibir dalam hati.

Tidak peka sekali. Aku maunya kamu, kenapa repot-repot menyodorkan puluhan temanmu itu?

"Aku tidak berjanji akan membalasnya, kan?"

"Bagaimana bisa kamu berkencan jika sikapmu seperti ini?"

Carmi menaikkan bahunya, dibalasnya rangkulan Justin dengan melingkarnya satu lengannya ke perut pria itu.

"Tidak peduli, setidaknya aku tidak akan curhat tentang hal menyedihkan seperti breaking up."

Justin tertawa receh. Jelas sindiran telak untuknya.

"Ya, ya. Maaf ya aku kebanyakan curhat tentang broke up."













***

Liked by justinhubner5 and others

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liked by justinhubner5 and others.
Carmichaelcs do everything in my way, 📍Japan

Comments
Danihubnerdb did he bought u again?🤔
Carmichaelcs @danihubnerdb bro you know him well, so🤷🏽‍♀️
Justinhubner5 the photo is taken by me!🤬🤬
...see others.



TBC
What do ya think guys???
So sorry aku up ini dulu, karena dua cerita tentang Nathan aku blm nemu ide lagi, nge stuck ngetiknya😵‍💫😵‍💫

Justin Hubner -What are we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang