e l e v e n

1.1K 124 77
                                    

Flashback ON [pas Justin pulang dari laga terakhir melawan Filipina]

Ryuya menepuk bahu Justin sebelum duduk disampingnya, menatap pria yang menunduk penuh itu dengan raut penasaran.

"Aku menonton matchmu waktu kamu di Indonesia kemarin, terlihat berbeda dari permainanmu biasanya. Latihanmu juga nampak buruk dibanding kamu yang seharusnya."

"Carmichael, lagi?"

Justin melirik kearah Ryuya, senyum kecut diarahkan sebelum ia menepuk kepala Ryuya tak begitu kuat.

Ryuya adalah salah satu dari sedikitnya pemain Cerezo Osaka yang fasih dalam berbahasa Inggris, that's why dia menjadi sangat akrab dengan Justin dibanding pemain lainnya bahkan Justin tak jarang berbagi ceritanya kepada pria itu.

"Dia tidak datang saat pertandingan kemarin."

Siulan menggoda keluar saat Ryuya akhirnya menepuk-nepuk kepala Justin seolah pria berdarah campuran Belanda-Indonesia itu adalah anaknya.

"Bukankah kalian hanya sahabat?" Ledeknya

Pertanyaan telak. Yang selalu mengakhiri niat Justin bercerita tentang Carmi kepada Ryuya, meski keesokan harinya Justin akan datang dengan cerita-cerita lainnya.

"Tolonglah,"

Helaan nafas Justin tentu menjadi hiburan bagi Ryuya. Pria yang berusia 3 tahun diatas Justin itu lalu meregangkan kedua tangannya. "Aku tidak akan menyela jika kamu membantu memijat bahuku."

Melirik seolah apa yang dikatakan Ryuya adalah sesuatu yang horror, Justin tetap berdiri dan memijat asal bahu pria itu.

Oh dia benar-benar hanya anak kecil yang bersembunyi dibalik tampang premannya. Batin Ryuya

"So, kenapa tidak datangnya Carmichael mempengaruhi performmu? Bukankah meski dia datang, dia hanya akan duduk diantara puluhan ribu penonton lainnya?"

Justin membenarkan dalam hati. Namun meski gadis itu hanya akan duduk diantara puluhan ribu orang, namun ia selalu akan menemui gadis itu, sejauh apapun ia duduk atau berdiri.

Seolah Carmi memiliki magnet untuk perhatiannya sendiri.

"It feels like the whole world is on my side if she's near to watch me." [Justin juga ada ngomong gini kalau kalian perhatiin di chapter 9 :D]

Ryuya menaikkan alisnya. Beberapa kali, saat mereka bermain juga tak jarang ia melihat Justin melambaikan tangan kearah Carmi sebelum mengatakan. "Okay world, cheer me on."

"Do you like being with her?"

"Of course. Kami berkenalan sudah hampir 16 tahun, dan aku hidup bersamanya selama 4 tahun. Aku tidak mungkin melakukan itu jika tidak suka."

"Lalu menurutmu kenapa kamu merasa begitu?"

Justin menerawang kedepan, tangannya di pundak Ryuya berhenti dalam kegiatan memijatnya sementara.

"It just.. it's easy being with her," Justin mengambil jeda sebelum menghela nafas dan akhirnya duduk disamping Ryuya berhenti dari kegiatan memijatnya.

"Dia memahamiku dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain, meskipun pandangan kami pada dasarnya berbeda. Saat aku tidak bersamanya, aku harap dia ada disana. Saat aku bersamanya aku harap momen itu bertahan untuk selamanya. Dia membuatku ingin menjadi orang yang lebih baik, dan ketika berfikir aku harus hidup di dunia dimana dia tidak ada.."

"I want to burn every inch of it to the ground." [Yaelah bang]

"Dan menurutmu kalian hanya sebatas sahabat?"

Justin Hubner -What are we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang