f o u r

944 84 16
                                    

Carmi dan Justin sampai di depan stadion, menghela nafas Justin tersenyum senang kearah gadis tersebut.

"Sepertinya sudah mulai tapi aku yakin bisa main di babak kedua. Kopermu biar kubawa sekalian ke ruang ganti dulu. Tidak mungkin kamu membawa koper ke tempat penonton."

Carmi tersenyum sebelum mengangguk. Disentuhnya kepala Justin dengan kedua tangannya sambil mengajak pria itu menunduk sejenak bersama.

Hal kecil yang sering Carmi lakukan saat mendoakan Justin sebelum bermain.

"Semoga berhasil, Jussa."

Justin mengangguk sebelum mengecup kecil pucuk kepala Carmi. "Perhatikan aku, ok?"

***

Carmi memasuki stadion dengan mata yang fokus ke ponselnya, ia saling menukar pesan dengan ibu Justin untuk mengetahui dimana wanita itu duduk.

"Liefje, here!" [Sayang]

Mendapati sosok ibu Justin yang kini berdiri sambil melambai kearahnya membuat Carmi melepaskan kacamatanya dan berjalan cepat kesana.

"Mom, i miss you so much."

Brigitte—ibu Justin tersenyum sebelum membalas pelukan Carmi. "Miss you too, Liefje. Bagaimana kehidupanmu di Jepang? Kudengar lagi-lagi Justin merepotkanmu."

"No, no. Tidak merepotkan sama sekali, Bu. Malah aku mendapat banyak tawaran kerja sama disana karena dianggap cukup unik." Ucap Carmi diakhiri kekehan kecil.

Keduanya duduk sambil bertukar cerita sesekali fokus pada pertandingan saat keadaan lapangan memanas.

"Bu! Bu! Jussa benar-benar masuk ke lapangan!" Seru Carmi

Brigitte tersenyum. "Ah, aku yakin dia menyusahkan clubnya hingga bisa berada disana."

Carmi terkekeh geli. "Ya, aku juga kaget waktu dia tiba-tiba mengatakan kami akan ke Qatar. Dia pasti kelelahan."

Brigitte mengangguk membenarkan. "Tapi kamu mengenalnya, lebih baik dia bermain hingga di ujung nafasnya daripada harus menonton saja di bangku cadangan atau bench penonton atau layar kaca."


***

Setelah pertandingan selesai Timnas U23 Indonesia berhasil mengungguli Australia dengan skor 1-0.

Carmi menunggu didepan hotel timnas untuk mengangkut kopernya yang tadi dibawa oleh Justin bersama dengan ibu pria itu disampingnya.

"Dia kemana, sih? Masa membuatmu menunggu selama ini."

Celotehan Brigitte membuat Carmi tersenyum tak enak. "Bu, tidak apa-apa. Mungkin dia masih mengurus sesuatu."

Baru selesai mengatakan hal demikian, Justin sudah terlihat tengah menarik sebuah koper berukuran sedang dengan warna soft pink milik Carmi.

Gadis itu melambaikan tangan untuk memberi tanda kepada Justin hingga pria itu tak lama sudah menyerahkan koper tersebut.

"Congrats, Jussa. Your team is so damn well."

Justin tersenyum senang sembari mengacak pucuk kepala gadis itu sedangkan wajahnya mendekat kearah ibunya untuk memberi kecupan disana.

"Kenapa lama sekali?" Tanya Brigitte

"Ah, tiba-tiba banyak fans yang mengerumuni jalanku. Jadi aku mampir kepada mereka sebentar."

"Oh, my card." Ucap Justin tiba-tiba, pria itu segera mengeluarkan dompetnya dan menyodorkan kartunya kepada Carmi.

"Buy everything you need."

Brigitte diam-diam tersenyum jahil. Baginya interaksi dua anak yang ia saksikan sendiri tumbuh kembangnya itu selalu sangat manis dan menggemaskan.

Brigitte sangat menyayangi Carmi hingga menganggap gadis itu sebagai putrinya sendiri. Tak penting dengan siapa Carmi nantinya berjodoh, namun ia berharap satu dari kedua putranya adalah tempat pulang bagi gadis itu.

"Then, let's go Carmi. Justin, beristirahatlah dengan baik. Semangat buat pertandinganmu selanjutnya, Ibu dan Carmi akan duduk dibangku penonton."

Justin tersenyum lebar sambil mengangguk. "Jangan terlalu lelah juga, Mom. Just so you are, Carrot."

Carrot adalah nama panggilan Carmi oleh Justin semenjak mereka masih bocah. Karena Carmi sangat menyukai sayur tersebut, Carmi bahkan memiliki kebiasaan memakan mentah sayur berwarna orange tersebut layaknya memakan apel.

"Oh ya, Dani will be arrived tomorrow, maybe we'll watch you together with him."

Justin terdiam sebentar, matanya menatap kearah Carmi sebelum tersenyum. Ia mengangguk paham. "Aku percayakan kalian padanya kalau begitu." Ucap Justin.

Pria itu kembali mengecup seluruh wajah ibunya sebelum beralih mengecup pipi Carmi secara bergantian. "Sampai jumpa."



***

Carmi saat ini sudah berada di apartemen yang ia sewa bersama dengan Ibu Justin. Apartemen yang tidak terlalu jauh dengan hotel yang ditinggali Justin, keduanya memilih apartemen yang dekat dengan pusat perbelanjaan.

"Jadi bagaimana hubunganmu dengan Justin?"

Carmi melirik Brigitte yang tengah membaca majalah dikasurnya sementara gadis itu kembali melanjutkan kegiatannya untuk mengeringkan rambut.

"Kami baik kok, Bu."

"Hm? Bagaimana tentang pacar?"

"Ah, terakhir Justin putus dengan Blaire yang dulu kuceritakan ke Ibu. Tapi sekarang kudengar dia lagi dekat dengan seorang gadis dari Indonesia."

Brigitte menaikkan alisnya. "Lalu kamu?"

Carmi terdiam sebentar. Gadis itu sempat melamun sebelum tertawa kering sambil berjalan mendekati Brigitte.

"Belum ketemu yang cocok. misschien later." [Mungkin nanti]

Brigitte tersenyum sambil mengangguk. Diusapnya kepala Carmi dengan penuh kasih. "Siapapun itu, Ibu harap dia orang yang terbaik untukmu. Tapi lebih daripada itu, Ibu harap orangnya adalah salah satu putra Ibu."

Carmi terkekeh geli. Ia memang tidak berani bercerita tentang perasaannya kepada Brigitte. Salah-salah tentang perasaannya akan sampai langsung kepada Justin mengetahui kedekatan Ibu-bungsu itu.

"Ibu kebanyakan bercanda."

***

***

Liked by justinhubner5 and others

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liked by justinhubner5 and others.
Carmichaelcs i wasn't even ready maam, 📍Doha

Comments
Franklynsmiths what kind of princess you are?
Danihubnerdb she send me your pict and says she have a holy moly beautiful daughter
Justinhubner5 mum just did well bc take this kind of pict😆
Carmichaelcs @justinhubner5 go training or your card will be zero!!
...see others.







TBC
Carmi kalau capek minta di jodohin sama mom Brigitte aja ya🙏

Justin Hubner -What are we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang