Terlalu sibuk merayakan patah hatinya, Carmi bahkan tidak akan membuka pintu apartement selain jika pesanan makanannya tiba.
Gadis itu tidak pernah keluar, hanya berdiam diri di sofa dengan TV yang menyala menampilkan drama Korea yang cukup untuk membuatnya semakin larut akan rasa patah hatinya.
Kapan lagi Carmi memiliki waktu untuk berekspresi dengan patah hatinya?
Tanpa sadar hari-hari terus berlalu hingga hari ini tanggal 12 juni ia sama sekali tak menyusul Justin setelah merencanakan untuk menyusul di tanggal 5 kemarin.
Ponselnya masih ditempat yang sama saat ia mematikannya sekitar seminggu yang lalu.
Suara pintu tidak mengalihkan gadis yang mengenakan selimut menutupi dirinya itu sembari mata menatap lurus ke TV.
Tatkala sebuah kaki menutupi indra penglihatannya, Carmi akhirnya melebarkan mata.
Mana mungkin ia tidak mengenalnya. Postur ini, wangi ini, bahkan aura keberadaan pria itu, tentu Carmi sangat mengenalnya. Dengan perlahan kepala Carmi terangkat untuk menatap pria dihadapannya itu.
"..Jussa." Gumam Carmi. Justin sendiri sudah menatapnya tajam dengan sirat kecewa yang menghiasi wajahnya. Mungkin berlebihan, namun wajah Justin saat ini adalah wajah yang paling Carmi takuti karena ia tak bisa menebak apa yang pria itu tengah fikirkan.
Carmi tidak menyukai raut wajah itu, karena disisi lain ia merasa takut dengan bayang-bayang bahwa Justin juga akan menampilkan raut demikian jika tahu akan perasaan Carmi.
"waarom doe je me dit aan?" [Kenapa kamu melakukan ini padaku?]
"Melakukan apa?" Suara Carmi menyiratkan rasa gugup.
"Ponselmu mati."
"..ponselku tak sengaja jatuh dan rusak." Alibi Carmi.
"Kamu juga tidak menyusul ke Indonesia."
"Disana ada pacarmu."
Justin terdiam sejenak, pria itu masih dengan tatapan yang sama kembali bersuara. "Kenapa?"
"Kenapa?"
"Kenapa kamu bahkan tidak menyadari aku yang sudah pulang."
Carmi menghela nafas berat. "Aku tidak mengira kamu akan pulang secepat ini."
"Aku tidak mungkin tinggal lebih lama di Indonesia jika fikiranku penuh dengan pertanyaan kenapa ponselmu tak bisa dihubungi dan kamu sama sekali tak menyusulku, Carmichael."
Carmi menunduk, gadis itu memilih memeluk dirinya sendiri dibalik selimut. "Ada apa? Padahal kamu tinggal bersikap biasa saja seperti hari pertama kamu disana."
"Maksudmu?"
Carmi mengulum bibirnya. Gadis itu akhirnya kehabisan kata.
Justin menatap gadis itu lama sebelum menghela nafas berat dan memutuskan duduk disisi kosong sofa dekat gadis itu.
"Kamu ingat? Dulu di ulang tahunku yang ke 12 tahun kamu tidak datang dan saat aku mendatangi rumahmu kamu sedang bersembunyi dibalik selimut, persis seperti saat ini." Ucap Justin tiba-tiba. Carmi terdiam, mengingat memori-memori lama itu, membiarkan memori itu masuk begitu cepat kedalam ingatannya.
"Aku sangat marah karena kamu tidak datang, namun melihat ekspresimu, amarahku memudar. Tak lama aku mengingat, tahun sebelumnya setelah merayakan ulang tahunku bersama, secara tiba-tiba kita mendengar berita kematian Mama saat ia sedang menjalani pengobatan di Jerman. Aku merasa bersalah karena marah kepadamu, dan satu-satunya yang terfikirkan olehku adalah menarikmu ke kamar dan mencoba menenangkanmu hingga tak lama kamu tertidur."
Ya benar, dan disitulah aku menyadari tentang perasaanku padamu, Jussa.
"Aku tidak tahu, masalah apalagi yang kamu hadapi saat ini."
Pria itu lalu berdiri, bibirnya menyunggingkan senyum jahil khasnya sebelum tiba-tiba Carmi merasa berada di udara. Ya, Justin mengangkatnya.
Carmi menatap Justin dengan mata terbelalak, apalagi saat menyadari pria itu berjalan ke kamarnya sebelum akhirnya menurunkan Carmi dengan hati-hati di kasur.
"Ceritakan masalahmu jika kamu mau, aku disini. Kamu bisa memilih, mau tetap diam atau mau berbagi."
Seperti deja vu, Carmi melihat Justin kecil yang mencoba menenangkannya di kamar kecil Carmi yang dulu.
Ah, berapa banyak waktu yang berlalu semenjak itu? Berapa banyak memori yang Carmi habiskan bersamanya?
Berapa sering Carmi melihat senyum tulus yang jarang dinampakkan dari seorang Justin Hubner? Berapa sering Justin memperhatikannya sedetail ini? Apa mungkin Carmi cukup beruntung?
Tanpa sadar setetes buliran bening terjatuh dari ujung mata Carmi. Tatapan bingung dari Justin membuat gadis itu segera menutup mulutnya berpura-pura menguap.
"Mengantuk? Tidurlah, aku akan tidur bersamamu malam ini." Ucap Justin sembari memperbaiki posisi baringnya disamping Carmi sesekali memperbaiki posisi selimut gadis.
Bagaimana aku bisa membiasakan diri jauh darimu jika kamu seperti ini? Berikan aku jawabannya Justin Quincy Hubner.
Bagaimana aku bisa tetap menjadi sahabatmu dan melupakan perasaanku jika kamu bersikap seperti ini?
"Jussa?" Bisik Carmi dari dalam selimutnya.
"Hm?"
"Welcome back home."
"I'm home, Carrot."
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Justin Hubner -What are we?
FanfictionJustin Quincy Hubner X Carmichael Clare Schulz TIMNAS PROJECT >>> What are we? Start : June 13, 2024 End : June 28, 2024 Written by Lullapyms