s e v e n

999 108 26
                                    

Rasanya baru kemarin mereka kembali ke Jepang. Baru kemarin Justin bermain untuk nama Indonesia dan saat ini pria itu kembali bersiap untuk terbang ke Indonesia, membawa nama negara kelahiran kakeknya sekali lagi.

"Kamu yakin kali ini benar-benar tidak bisa menemaniku? Kali ini ada Ibu, ayah dan Dani." Suara Justin terdengar enggan diujung namun berhasil keluar dengan lancar.

Carmi menggeleng. "Aku akan menyusul, Jussa. Beberapa hari kedepan aku ada pertemuan dengan client, so.."

Justin menghela nafas panjang sebelum mengangguk, memperhatikan gadis yang kini membantunya mengemas barang-barangnya.

"Kamu tinggal di apartemen sendiri?"

"Tentu."

Pria itu lagi-lagi terdiam. Rasanya enggan meninggalkan gadis itu sendiri, entah apa alasannya, mungkin karena sudah terbiasa membawa Carmi kemana-mana.

"Malam ini, tidurlah bersamaku." Pinta pria itu.

Carmi menoleh dengan alis terangkat. "Ada yang ingin diceritakan?"

"Kamu tahu."

Carmi menggeleng kecil sebelum mengangkat koper tersebut agar berdiri. "Sudah selesai. Aku memasukkan banyak kaos dari brandmu, sekalian gunakan itu untuk promosi kecil-kecilan."

"Aku ke kamar dulu, cuci muka."

Carmi dan Justin mengobrol cukup banyak, entah itu tentang karier bola pria itu, dilanjutkan tentang fans-fansnya dan tak lama beralih ke hubungan asmaranya.

Carmi sejak awal hanya pendengar.

"Bukankah aku belum pernah memberitahumu namanya?" Ucap Justin saat keduanya sudah berbaring dikasurnya, ponselnya menunjukkan foto seorang gadis yang nampak tak banyak berbeda dari mantan-mantan Justin sebelumnya, atau kata lainnya sesuai dengan tipe seorang Justin Hubner.

Mengangguk, Carmi memutuskan pura-pura tak tahu tentang gadis disana. "She really is Indonesian? She looks more latina."

Justin tersenyum puas mendengar sahutan Carmi. "Campuran. Indonesia-Jerman. Namanya Sabreena Dressler."

Carmi mengangguk paham, melirik kearah senyuman Justin, rasanya labil saat hatinya berdenyut sakit sementara jantungnya berpacu cepat sebab melihat senyum tersebut.

"Wow," entah kenapa tiba-tiba gadis itu merasa tak berselera untuk menanggapi.

"Aku berencana mengajaknya kencan ah maksudku sebatas jalan-jalan bersama setelah pertandingan uji coba nanti."

"Oh ya?"

"Kenapa kamu terdengar tidak bersemangat? Ngantuk?"

Carmi memaksakan senyumnya sebelum mengangguk. "Maaf, ya?"

"Ah, no need to apologize. Salahku terlalu banyak bercerita. Ayo tidur."

***

Carmi akhirnya hanya mengantar Justin hingga ke Bandara. Pria itu nampak enggan melepaskan pelukannya.

Carmi sendiri hanya diam membiarkan pria itu memeluknya, jujur ia sendiri menikmati pelukan itu. Bagaimanapun ia baru bisa menyusul Justin ditanggal 5 nanti rencananya.

Carmi pasti akan merindukannya.

Carmi pasti akan merindukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Take care of yourself. Abaikan saja orang-orang yang mencoba mengajakmu bicara." Ucap Justin

Carmi mengangguk. "Tentu."

"Kalau ada masalah, panggil saja namaku sebanyak 3 kali aku pasti datang." Pria itu terdengar serius dengan gurauannya.

Carmi terkekeh geli. "Memangnya kamu semacam jin?"

"Khusus untuk sahabatku yang satu ini. Ingat ya?

"Aku akan mengingatnya."

"Jika bisa menyusul lebih cepat, usahakan lebih cepat, ya? Aku tidak tenang jika kamu sendiri."

Carmi tersenyum tipis, dilepasnya pelukan itu dan menyentuh pipi Justin sebentar. "Jussa, jangan khawatir. Hitung-hitung aku memang harus mulai belajar untuk hidup sendiri."

"Maksudmu?"

"Ya.. tidak mungkin kita tinggal di satu apartemen yang sama terus-menerus, kan?"

Justin mengerutkan alisnya. Tahu akan arah pembicaraan Carmi pria itu berdecih sebelum kembali menarik gadis itu kedalam pelukannya. Diciumnya dengan lembut pucuk kepala gadis itu sebelum akhirnya kembali melepaskan pelukannya.

"Jangan fikirkan hal yang belum terjadi. Aku akan masuk sekarang. Sampai jumpa."

***

Setelah mengantar Justin malam tadi, Carmi akhirnya kembali ke apartemennya sendirian.

Pagi ini rasanya agak sepi karena Justin si pria ramai itu tidak ada disini.

Namun memang beginilah harusnya. Carmi harus membiasakan diri untuk hidup tanpa pria itu. Karena mungkin nanti Justin akan meminta untuk akhirnya hidup berpisah, kan?

Bersiap-siap akhirnya Carmi meninggalkan apartemennya pada pukul 10 pagi dan baru kembali saat malam hari.

Hari ini tak ada panggilan dari Justin bahkan hingga Carmi kembali berbaring di kamarnya.

Merasa bosan, Carmi memutuskan untuk membuka media sosialnya. Melihat update-update terbaru teman-temannya hingga tak lama ia sedikit penasaran dengan warna ungu di story sahabatnya itu.

Memperhatikan satu persatu isi story Justin Hubner dengan saksama, sesekali ujung bibir Carmi terangkat tipis. Hingga satu postingan berhasil menurunkan lengkungan di ujung bibirnya.

Matanya fokus kepada gadis yang berdiri tak jauh dari Justin.

"Dia benar-benar melakukannya." Gumam Carmi, gadis itu tersenyum kecut sebelum mematikan ponselnya.

Padahal ini sudah yang kesekian kalinya. Carmi fikir ia akan mulai terbiasa dan merasa biasa saja.

Namun ternyata tetap sama saja, bahkan semakin lama rasanya semakin sakit. Seperti rasanya baru saja ia diajak terbang sebelum kini ia kembali dijatuhkan.

Airmatanya tak terbendung saat setiap detakan jantungnya terasa nyeri.

Padahal disini ia hanya sahabatnya.

Ia hanya pendengar.

Sebatas itu memangnya boleh merasa sesakit ini?

Ucapan Justin di bandara kembali terngiang dikepalanya.

"Jussa.."

"Jussa.."

"Jussa.."

Tiga kali Carmi memanggilnya, dan tentu pria itu tidak datang.

Carmi menenggelamkan dirinya dibalik selimut, membiarkan airmatanya turun secara diam-diam sembari merutuki dirinya.

Apakah aku terlalu bodoh karena yakin dia akan datang? Lagipula ini bukan masalah, ini hanya masalah dalam batinku.

Carmi tersenyum getir. Dia terlalu bodoh karena selama ini menganggap semua perlakuan Justin mungkin akan tiba saatnya melibatkan perasaan. Mungkin dia terlalu bodoh karena terlalu percaya.

Apakah Carmi memang sebodoh itu?

Mungkin jawabannya, ya.




***

TBC

LANJUT PANKAPAN AK MAU LANJUT NULIS AS IT WAS DULUU😚

IHH trnyata lebaran seseru itu EKWKWKWK aku baru pulang keluarnya sekitar jam 10an tadii dan perutku rasanya kenyang POLLL bc tiap" rumah temen ada mam daging hehehe😵‍💫😵‍💫💞

ANW

1 KATA BUAT CARMI

1 KATA BUAT JUSSA

1 KATA BUAT LULLAPY😌🙏

Justin Hubner -What are we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang