f i v e

943 96 13
                                    

"I hear Justin's card is on your hand. Wanna go out?" Ajak Dani saat ia duduk santai di sofa kamar hotel Carmi dan Brigitte.

Carmi menoleh untuk melihat Brigitte sebentar. "Tanpa Ibu?"

"Ya, lagipula dia sangat kecapekan. Aku bertaruh saat pulang nanti, mungkin dia baru terbangun."

Carmi mengulum bibirnya sebentar. Sudah lama tak bertemu Dani, dan rasanya banyak yang ingin ia ceritakan.

"Yasudah tunggu sebentar."



"Bagaimana rasanya di Jepang?" Tanya Dani. Kini keduanya tengah duduk disalah satu restoran dalam Mall yang berada tak jauh dari hotel mereka.

Carmi menaikkan bahunya. "Sama saja, aku berusaha beradaptasi disana."

"Lalu Justin?"

Carmi tersenyum pahit. "Kamu mengharapkan aku menjawab seperti apa?"

Dani mengangkat bahunya. "Mungkin seperti ada yang berubah di antara kalian."

"Sama saja. Sikapnya, dan caranya yang tak pernah benar-benar melihatku sebagai seorang wanita." Carmi menghela nafas berat. "Dan kini ia kembali mendekati gadis lain, dari Indonesia."

"Ah, Sabreena Dressler?"

"Itu orangnya? Aku tidak tahu. Jussa tidak memberitahuku."

"Aku juga hanya melihatnya di media sosial. Nama Justin selalu disangkut pautkan dengan gadis itu."

Carmi menghela nafas. "Andai aku bisa berhenti, entah kenapa rasanya semakin lama aku semakin jatuh hati akan dirinya. Tapi.. karena cintaku yang semakin besar itu juga, rasanya semakin hari bersamanya semakin sulit."

Dani terdiam sejenak memperhatikan gerak gerik gadis didepannya itu. Ia tidak mengerti keseluruhan, tapi setidaknya ia paham garis besarnya.

Berhubungan dengan perasaan memang hal yang terlalu rumit.

"Lalu apa yang ingin kamu lakukan?"

Carmi terdiam sejenak. "Entahlah. Aku sakit didekatnya, tapi rasanya akan semakin sakit jika aku tidak melihatnya disekitarku lagi."

"Rumit sekali, Carmi."

"Aku tidak punya pilihan lain,"

"Kamu punya. Kamu hanya terlalu takut dengan pilihan itu." Dani mengambil jeda sejenak sambil menyenderkan dirinya ke senderan kursi dibelakangnya. "Kamu bisa mulai dengan berani menolaknya, mencoba tinggal terpisah, dan meyakinkan dirimu bahwa dia tidak memilihmu. Kamu berhak dipilih oleh orang yang jauh lebih baik dari Justin."

Carmi tersenyum kecut sekali lagi. Benar akan apa yang dikatakan Dani, bahkan beberapa kali pun Carmi juga berfikir demikian.

"Carmi, try to move on."

"Move on? Orang kami nggak jadian juga."

Dani menaikkan alisnya cukup pusing juga. Ia sengaja datang kemari karena tak ingin melihat gadis didepannya itu menyimpan bebannya sendiri terlalu lama. Dan Dani cukup percaya diri belum ada yang menjadi tempat berbagi gadis itu selain dirinya.

Faktanya, Carmi terlalu menutupi perasaannya, menghindari Justin tahu akan perasaannya tersebut karena takut akan merusak pertemanan diantara mereka.

"Kalau begitu kenapa tidak confess? Tidak peduli akan jawabannya nanti, setidaknya kamu mengungkapkannya. Kamu banyak menyakiti dirimu sendiri karena terlalu memendam semua perasaanmu."

"C'mon, tidak semudah itu, Dan."

"Lalu kamu akan stuck? Kamu akan terus berjalan ditempat dengan rasa sakitmu itu?"


Obrolan Carmi dan Dani terputus kala ponsel Carmi menunjukkan nama kontak Jussa yang kini melakukan facetime kepadanya.

"Wow, kamu diluar? With mom?"

Carmi melirik Dani sebelum pria itu mendekat dan menyapa jahil adiknya itu. "Yo. Ibu kecapekan dia sedang tidur, kami hanya berdua."

Justin memutar matanya sebelum kembali menatap kesana. "Lalu kamu fikir Carmi tidak lelah?"

"Oh apa kamu lelah, Carmi?"

Carmi menggeleng dan tersenyum kecil. "No. I'm fine, Jussa. Aku juga ada urusan dengan Dani, so.."

"Urusan apa?"

"Hm?"

"Urusan apa sampai harus di cafe berdua?"

Perlu diingat Justin itu terlalu kekanakan. Karena lebih dulu mengenal Carmi, pria itu akan sangat sewot jika kakaknya mencoba mendekati Carmi juga. Ia hanya tak mau kehilangan sahabat yang bisa ia bawa kemana-mana.

"Oh, bukan apa-apa. Kami hanya ngobrol."

Justin menghela nafas. "I'll be there in moments. Send me your location. Aku pengen ikut ngobrol."

"Wait, wha—"

"Location, Carmi."

"Ugh, fine."

Panggilan telepon terputus. Carmi dan Dani saling menatap sebentar sebelum sama-sama mendengus.

"Sejak kapan dia se-posesif itu?"

"Semakin parah semenjak aku tinggal bersamanya."




Carmi memiliki kesibukannya sendiri karena pekerjaannya sebagai influencer sekaligus model lepas. Saat ini gadis itu berdiri jauh diluar cafe menelpon dengan salah satu brand yang memang sudah tanda tangan kontrak dengan Carmi, meninggalkan dua bersaudara Hubner itu di meja mereka.

"Sabreena Dressler?"

Alis Justin naik saat mendengar nama itu dari mulut kakaknya. "What? Kenapa sebut-sebut namanya?"

"The girl you were flirting with, right?"

Justin mendengus. Ia yakin kakaknya sudah mengetahui hal ini juga semenjak dirinya semakin gencar mendekati gadis itu.

"What about Carmi?"

"Apa?"

"Tidakkah aneh kamu bertahun-tahun tinggal bersama seorang gadis dan bertahun-tahun itu juga mengganti kekasih?"

Justin terdiam sejenak. "Kamu bicara apa? Kami sahabat. Carmi juga tak keberatan."

Tidak keberatan katanya.

Dani menghela nafas, menatap adiknya dengan tatapan lelah sebelum memutar matanya malas. "Kenapa dua-duanya selabil ini?" Lirihnya

***





"Padahal aku tidak butuh diantar pulang." Celoteh Justin saat ia bersiap turun dari mobil yang dikendarai oleh Dani.

"Siapa suruh menyusul sendirian." Sindir Dani

Justin mendengus, diliriknya Carmi yang sudah keluar duluan karena akan pindah ke depan di tempat Justin duduk sebelumnya.

Pria itu memutuskan keluar, tangannya dengan iseng mencapai pucuk kepala Carmi dan mengacaknya dengan gemas.

"See ya later, okay?"

Carmi tersenyum kaku sambil mengangguk. "Okay."

"Jangan terlalu banyak keluar jika tidak bersama Ibu."

"Ya.."

"Tidak pamit denganku?" Tanya Dani sambil mengintip dari tempatnya.

"Tidak penting. Pulanglah cepat, aku yakin Ibu sudah mencari kalian." Dengus Justin sambil mendorong lembut Carmi untuk segera memasuki mobil.

"Hati-hati membawa Carmi."

***

TBC
Menunggu Carmi lelah dan Jussa kewalahan sendiri. Anw selamat malam lebaran teman", siapa yang lebaran besok?😻

Justin Hubner -What are we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang