Setelah merapikan bagian dalam rumah yang mereka temukan di dalam hutan, Jake memanggil Sunghoon untuk melihat halaman belakang. Di sana tidak ada apa-apa kecuali rerumputan hijau tua yang tumbuh tinggi menjulang.
Sunghoon tidak menyukai hal-hal berantakan dan tidak teratur. Ia lantas mengambil sebuah alat pemotong dan menyuruh Jake untuk mundur. Takut ia terluka.
Tanpa berlama-lama, Sunghoon memangkas semua rerumputan itu dan membuat dasar tanah berwarna coklat mulai terlihat. Jake begitu senang karena sekarang ia bisa melihat sekeliling tanpa harus terhalang oleh rerumputan tinggi. Mereka lalu pergi mencari batang-batang kayu yang dihaluskan hingga membentuk papan-papan yang bisa dibentuk sedemikian rupa.
Sunghoon menancapkan salah satu ujung papan kayu yang cukup besar dan lebar ke dalam tanah. Ia menancapkan banyak sekali papan kayu besar secara sejajar dan melingkar sehingga papan kayu besar itu kini telah berubah menjadi pagar penahan.
Sunghoon takut jika nanti suatu saat ada hewan buas yang masuk dan merusak halaman mereka. Jadi ia menutupnya.
Sedangkan Jake menyusun papan-papan kayu yang berukuran lebih kecil menjadi sesuatu yang lebih rumit. Ia membuat kursi ayunan. Karena tidak ada paku, ia berinisiatif untuk membuat celah yang berukuran sama di setiap bagian papan yang ingin disambungkan. Sehingga papan kayu itu bisa menyatu tanpa harus menggunakan lem.
Di masa sekarang, orang menyebutnya sebagai mainan Lego.
Melihat Jake yang kesusahan untuk mendirikan kursi ayunan itu agar bisa berayun, Sunghoon dengan sigap membantunya.
"Kau hebat. Aku mungkin rapi, tapi tidak seteliti ini," puji Sunghoon kepada Jake sambil mengacungkan jempolnya.
Jake tersenyum dengan pujian singkat Sunghoon. "Ya, aku mulai terbiasa belajar membuat sesuatu yang rumit sejak kita tidak punya banyak peralatan."
Sunghoon jarang sekali berbicara panjang. Ia lebih suka menulis atau sesekali menggambar.
Halaman belakang rumah mereka kini sudah terlihat seperti halaman belakang. Rapi, memiliki pagar penahan dan sebuah kursi ayunan.
Karena lelah, Sunghoon dan Jake duduk di atas kursi yang baru saja dibangun itu. Ketika mereka menaikinya, kursi itu berayun pelan. Membuat mereka tiba-tiba merasa senang. Mereka tertawa, mirip seperti anak-anak yang bahagia ketika bermain ayunan di taman.
Mereka tidak pernah menyangka akan merasakan kebahagiaan yang seperti itu.
Jake melihat sekeliling dan merasa halaman itu terlalu kosong.
"Sunghoon, bagaimana jika kita menanam beberapa bunga dan menata bebatuan?""Ide bagus," Sunghoon mengelap keringatnya, "Aku akan mencari beberapa bunga di hutan. Kita bisa menanamnya bersama."
Jake terlihat sangat senang dengan jawaban Sunghoon, "Baiklah! Aku akan menanam dan merawat bunga itu dengan sepenuh hati!"
Sunghoon tersenyum melihat tingkah lucu Jake yang sangat bersemangat ingin menanam bunga.
Tiba-tiba saja terbersit ide Sunghoon untuk mengukir kursi ayunan itu dengan namanya dan nama Jake. Melihat itu, Jake protes.
"Hei! Kenapa kau mengukir di kursi bagus yang baru jadi?"
"Ini sebagai pertanda dan pengingat bahwa kursi ini milik kita."
"Kurasa itu ide bagus. Kalau begitu aku ingin menambahkan beberapa hal."
Tangan Jake mengambil alih pisau yang digunakan oleh Sunghoon. Ia mengukir beberapa kata di permukaan kursi ayunan itu. Kali ini Sunghoon yang protes.
"Kukira kau tidak suka permukaan kursi ini diukir."
Jake meletakkan telapak tangannya di wajah Sunghoon untuk menyuruhnya diam. Sunghoon menurut saja. Sesaat kemudian, terpampang sebuah kalimat di permukaan kursi itu.
- Kebahagiaan adalah milik kita -
Jake menatap kalimat itu dengan bangga.
Sunghoon mengangguk setuju. Ia pun memberikan ide untuk menutupi semua permukaan kursi ayunan itu dengan kalimat-kalimat harapan. Mereka pun menghabiskan hari untuk menulis semua harapan mereka. Kursi itu akhirnya dijuluki sebagai kursi harapan.
Setiap sore, mereka akan menghabiskan waktu melihat matahari terbenam di kursi ayunan itu. Hanya saja, sejak ingatan Jake memburuk, Sunghoon tidak lagi membawa Jake duduk di kursi harapan karena tidak sanggup melihat Jake yang kebingungan.
Sunghoon rindu dengan kegiatan mereka melihat matahari terbenam di kursi harapan. Sunghoon merindukan Jake. Selalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CARNATION || ✓
FanfictionSunghoon rela menukar lidahnya demi tetap bersama Jake yang terus menerus melupakan dirinya. Mereka hidup begitu lama hingga sampailah di akhir cerita mereka. Dunia seakan tutup mata pada apa yang diharapkan oleh jiwa murni manusia. Note: • Jake Sun...