¹⁰ • Genggam (end)

100 25 13
                                    

Note: - Vote dulu biar author mood ngasih bonus chapter ☺️👊🏻
- Kalau rame sabi terbit jadi buku ya ga sehh🥹

Special appreciate for Jake and Sunghoon, Enhypen.

• amoristhan •

Udara malam menerpa tubuh Jake. Rambut hitamnya yang sudah panjang bergerak-gerak dihembus angin. Bintang-bintang mulai keluar satu-persatu dari persembunyian.

Jake terbangun dengan tubuhnya yang diselimuti kain tebal berwarna putih milik seseorang. Seperti sebelumnya, seperti biasanya, ia terbangun dengan kebingungan, tanpa bisa mengingat apa-apa. Kepalanya menengok kesana-kemari, mencoba mengenali tempat di mana ia tersadar. Sebuah rumah tua yang atapnya terlihat lapuk dimakan rayap.

Mata Jake terhenti pada sebuah kertas yang dilipat menjadi empat di dekat bantal kepalanya. Tangan kanan Jake meraih kertas yang mulai memiliki bercak kekuningan itu. Perlahan ia buka lipatan demi lipatan dan terlihatlah sebuah tulisan panjang yang ditulis dengan tinta hitam. Jake tidak mengetahui siapa yang menulis surat itu dan siapa yang meletakkannya di sana. Tanpa ragu, ia membaca isi surat itu.

Satu baris, dua baris, tiga baris...
Tidak terasa Jake telah membaca habis semua huruf bahkan titik kecil di kertas itu. Ia merasa sangat kebingungan dan ketakutan. Kepalanya yang awalnya kosong itu tiba-tiba dipenuhi banyak pertanyaan yang tidak bisa ia tanyakan kepada siapapun. Karena ia sekarang sendirian.

Siapa Sunghoon? Mengapa orang bernama Sunghoon itu menuliskan hal-hal yang tidak bisa ia ingat? Mengapa ada namanya di dalam surat itu? Dan mengapa Sunghoon itu tidak berada di sini sekarang?

Lama Jake tenggelam dalam pikirannya sendiri. Sisi kertas itu remuk dan basah karena digenggam erat oleh Jake. Akhirnya ia memutuskan untuk mencari dan menemukan Sunghoon, orang misterius yang di dalam surat itu mengaku sebagai sahabatnya sejak ribuan tahun lalu.

Apakah itu masuk akal? Ribuan tahun lalu bukanlah waktu yang sebentar. Tidak mungkin Jake, seorang manusia, hidup selama itu. Jake ingin mencari Sunghoon dan meminta penjelasan kepadanya.

Jake keluar dari rumah yang tadi melindunginya dari hujan. Kaki-kakinya berjalan tanpa alas, ia pergi menyusuri jalan setapak tanpa penerangan tambahan. Sesekali ia melihat ke atas langit yang setia memancarkan titik-titik bintang cerah untuk teman perjalanannya.

Jake tidak mengerti. Bagaimana bisa ia tidak mengingat apa-apa. Ia tidak ingat apa yang membuatnya bisa sampai ke rumah tua tadi. Ia tidak ingat siapa dirinya, ia tidak ingat keluarganya, ia tidak ingat sedikitpun memori kehidupannya. Itu benar-benar membuat frustasi.

Karena langit semakin menunjukkan sisi gelapnya, Jake tidak bisa lagi melihat dengan jelas. Beberapa saat kemudian ia memilih untuk kembali ke rumah tanpa pintu yang ia tinggalkan. Rumah itu masih sama, kosong dan hampa.

Jake mengambil surat empat lipatan yang tadi dibiarkannya begitu saja. Ia tatap kembali isi surat itu, mencoba membacanya perlahan dengan harapan ia bisa mengingat sesuatu dari tulisan-tulisan itu.

...Dan karena itu, aku tidak menyesal telah membuat keputusan untuk terus bersamamu Jake...

Kalimat itu sangat mengusik Jake. Jika orang bernama Sunghoon yang menulis surat itu membuat keputusan untuk terus bersamanya, mengapa sekarang ia tidak berada di sini? Mengapa ia ditinggalkan sendirian?

Tidak ingin mati kebingungan, Jake berdiri dan menelusuri tiap sudut rumah. Ia membuka setiap lemari, rak penyimpanan, dan laci kayu. Ketika ia membuka laci terakhir, dilihatnya sebuah buku catatan kecil dengan nama pemilik yang sama, Sunghoon.

CARNATION || ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang