[Secret Lullaby XXV]

548 75 34
                                    

》♧《

[Kini, semuanya harus tetap berjalan walau tanpa kehadiran salah satu saudaranya. Perih dan trauma menjadi satu, merelakan itu sangat berat]

》♧《

"Happy Reading"

》♧《





"Tidak, Thorn!"

Gempa berusaha mengjangkau pundak adiknya yang memudar, senyuman Thorn membuat hatinya pedih.

Namun, terlambat.

Sosok adiknya telah menghilang, setangkai bunga lily putih serta pin kuasa berbentuk daun milik Thorn jatuh begitu saja dihadapannya.

Solar tak bersuara, ia menjatuhkan kedua lututnya dengan lemah. Tubuhnya melemah, bersamaan dengan jatuhnya bunga putih itu.

"Ini semua cuma mimpi, bukan?" gumam Solar pelan.

Gempa tak bisa menjawab pertanyaan Solar, ia sendiri masih bergelut dengan pikirannya.

Telinganya seketika berdengung, suara aliran sungai ataupun cicitan burung kenari pun tidak bisa ia dengar.

Gempa meremat kedua telinga, "Te-telinga Gem sakit, ugh."

Pandangannya mulai mengabur, tubuhnya terhuyung ke belakang tidak ada yang menyangganya.

Bukan padatnya tanah dan serbuan bunga dandelion yang ia dapatkan, namun riak air besar menenggelamkan dirinya.

"GEMPA!"

Kedua kelopak mata Gempa terbuka secara tiba - tiba, manik emasnya langsung menatap wajah saudaranya yang sudah menangis.

"Gemgem, syukurlah Gemgem sadar." Taufan langsung memeluk tubuh lemah adiknya.

Mengeluarkan semua tangisannya pada ceruk leher adiknya, seluruh tubuhnya bergetar karena tidak kuasa menahan rasa khawatirnya.

Saat ia menjalankan misi bersama saudaranya yang lain, perasaannya tiba - tiba menjadi tidak tenang.

"Di-dimana?" bisik Gempa serak.

Taufan menguraikan pelukannya, ia memegang kedua pundak adiknya dengan lembut. "Di ruang pemulihan Stasiun Tapops,"

"Gemgem pingsan, jadinya Hali bawa Gemgem sama Solar kesini," lanjutnya penuh pengertian.

Taufan sudah tahu semuanya, ia sudah paham dengan situasinya saat ini. Salah satu adiknya telah meninggalkan mereka dan tidak akan kembali.

"Abang...," panggil Gempa pelan.

"Kenapa Gem, ada yang sakit?" Taufan mengecek seluruh tubuh adiknya.

Gempa mengangguk dalam diamnya, tangannya bergerak pelan menuju dadanya.

Ia meremat dadanya dengan kuat, berusaha meredakan rasa sakit yang memenuhi dadanya. "Disini.., sesak."

"Seperti ada sesuatu yang menghilang," gumam Gempa.

Taufan menggigit bibir bawahnya, ia tidak tahu harus menjawab apa. Karena, dia sendiri juga merasakan apa yang dirasakan oleh adiknya.

Secret Lullaby | Season II Elemental DailyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang