His Eyes

34 6 0
                                    





   Silau mentari membuatku terbangun dari tidur. Melihat jam di nakas dan segera bersiap siap untuk ke sekolah.

   "Aku berangkat mom".

   "Emm".

   Selesai sarapan aku berpamitan pada ibu. Hanya gumanan yang terdengar dari mulutnya. Ini sudah terjadi hampir setengah tahun belakangan karena kakak laki-lakiku yang menghilang.

   Benar. Dia salah satunya. Salah satu dari sekian banyak orang yang menghilang karena ulah mereka. Ibu sangat terpukul atas kejadian itu hingga sakit seperti ini.

   "Ayo berangkat". Ayah menggandeng tanganku keluar rumah setelah berpamitan dan mengecup kening ibu.





   Sepanjang perjalanan aku hanya memandangi jalan dari jendela mobil dan sesekali berbicara dengan ayah.

   "Dad. Apa masi belum ada kabar tentang kak Xavier?".

   "Belum. Pencarian di dalam air juga sulit. Entah mengapa air di laut seperti pekat sekali. Sangat gelap. Seperti sengaja menyembunyikan keberadaan mereka".

   "Apa kakak masih hidup, Dad". Aku bertanya lirih. Sungguh konyol. Bagaimana bisa orang yang sudah hilang hampir setengah tahun masih hidup. Aku tentu sudah tau jawabannya. Tetapi tetap saja rasanya tidak rela. Aku berharap kakak masih hidup dan baik baik saja.

   "Dad tau kau sedih. Tapi kau harus bisa merelakannya, pearl".

   "Dad bilang air laut menjadi pekat dan gelap membuat sulit untuk melihatnya. Apa alam marah kepada kita karena manusia telah mengotori lautan meraka dengan sampah sampah, dad".

   "Mungkin saja. Mungkin memang benar ini balasan dari alam".

   "Lalu tentang mereka. Makhluk air itu. Apa sebenarnya tujuan mereka, dad. Kenapa mereka melakukan itu".

   "Dad juga belum tau pearl. Dad masih belum bisa menjawab ini. Para tim penyelamat masih belum mendapat informasi. Makhluk air itu belum ada yang tertangkap. Kita hanya punya sedikit informasi yang kita ketahui dari beberapa korban yang selamat atau saksi yang mengalami dan melihat secara langsung kejadiannya".

   "Apa itu?".

   "Mata biru. Mata biru mereka menyala saat didalam air. Sangat kontras dengan gelapnya lautan dalam. Orang bilang saat mereka melihat mata itu mereka merasa terpanggil untuk mendekat. Dan saat sadar mereka sudah berada di dalam air. Jatuh ke bawah laut dan melihat ada mata biru menyala didekatnya".

   Aku terdiam memikirkan kata kata ayah. Mata biru. Mata biru yang menyala dalam air. Semacam hipnotis kah. Apa makhluk air itu mempunyai sebuah sihir. Sihir? Dijaman sekarang. Apa ini mungkin?. Aku terus termenung hingga saat tak sengaja menoleh ke jendela aku melihat ada gerombolan orang yang mengerubungi sesuatu. Mobil pun berhenti.

   "Pearl. Dad keluar dulu sebentar".

   "Aku ikut, dad".

   Aku dan ayah memdekat ke arah kerumunan itu untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Kerumunan itu berada di dekat pagar pembatas tebing yang mengarah ke laut. Disana ada seorang wanita yang sedang ditenangkan oleh polisi. Wanita itu terus menangis dan berteriak meminta tolong.

   "Pak. Tolong anak saya, pak. Dia jatuh ke laut. Tolong selamatkan anak saya. Saya mohon".

   "Tenang bu. Sebenarnya apa yang terjadi. Bagaimana bisa anak ibu sampai jatuh kesana?".

   "Ibu ini tadi sedang membeli es krim untuk anaknya pak. Tapi tiba tiba saja anaknya berlari ke arah pembatas sambil berteriak memanggil ayahnya. Ibu ini tadi sudah berusaha mengejarnya tapi sudah terlambat". Ucap pemilik kedai.

UNDERWATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang