Brother

12 5 0
                                    

Klak..

Klak..

Klak..

Hembusan angin kencang membuat pintu balkon itu berdecit berulang kali. Membuat seorang gadis yang sedang terlelap dalam tidurnya mulai terganggu.

Dinginnya angin malam yang masuk ke dalam kamarnya membuat dia menarik selimut lebih dekat dan mengeratkannya.

"Fyuuhh~".

"Di-dingin sekali".

Meski cukup terganggu dengan decitan pintu balkon yang berulang kali dan udara yang dingin tak membuatnya terbangun dari tidurnya. Dia berusaha mengabaikan kebisingan dan angin malam itu.

JEEDDERR!

"Akkhh".

Pearl. Gadis itu terbangun dari tidurnya karena mendengar gemuruh petir yang menggelegar. Dengan mata yang terbelalak lebar dan mulut terbuka karena berteriak.

Tertegun beberapa saat. Dan meraup wajah dengan kedua telapak tangannya. Lalu dia menoleh ke arah jam di nakas untuk mengecek pukul berapa sekarang.

02.00

"Um.. masi dini hari".

Klakk..

Klakk..

Mengucek matanya beberapa kali dan menoleh ke sumber suara bising yang terjadi berulang kali tersebut. Dia mengambil selimut miliknya kemudian menaruhnya ke bahu dan mengeratkannya agar tetap terasa hangat. Lalu mulai beranjak bangun dari ranjang ke arah balkon.

"Aneh. Kenapa terbuka? Apa aku lupa menguncinya?".

Aku memegang dua gagang pintu balkon itu yang terus bergerak karena hembusan angin kencang itu. Menariknya agar tertutup dan menguncinya.

Klick.

Mataku mengintip keadaan luar dari balik kaca pintu balkon ini. Tak seperti biasanya. Dari sini biasanya pemandangan laut yang indah dapat terlihat. Walau dengan jarak yang cukup jauh.

Namun kini berbeda. Gelapnya malam menemani laut hitam dengan ombak tinggi yang terombang ambing tak tentu arah. Derasnya hujan dan dinginnya angin malam serta gemuruh petir yang bersautan membuat malam yang mencekam ini semakin lengkap rasanya.

"Astaga. Apa akan terjadi badai?".

JEEDDEERR!

Gemuruh yang menggelegar yang di sertai cahaya itu membuatku langsung menarik korden agar tertutup rapat.

Berlari ke arah ranjang dengan tergesa. Dan meringkuk di dalam buntalan selimut.

"kak.. xavier.. aku.. takut..". Gumannya berulang kali dengan suara lirih sambil memeluk dirinya sendiri dengan sedikit isakan hingga tak sadar terlelap sampai pagi menjelang.

Pagi harinya aku bangun dari tidurku yang tidak nyenyak dan bersiap berangkat sekolah dengan tergesa gesa. Bagaimana tidak? Saat menoleh ke nakas untuk melihat jam detak jantungku serasa berhenti.

08.30

"Terlambaaat".

"Aku sangat terlambatt".

Setelah membersihkan dan menyiapkan buku serta alat tulis yang dibutuhkan. Menggendong ranselku. Lalu mengambil sepatu dan kaos kaki. Menentengnya. Dan bergegas keluar kamar dan menuruni tangga dengan berlarian.

Drap.

Drap.

Drap.

BRUKK.

UNDERWATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang