Hari yang ditunggu tunggu telah tiba. Beberapa hari setelah pertemuanku dengan amber di apartemen yang ternyata milik blaze. Kemarin amber menghubungiku dan bilang kalau hari ini dia akan datang menginap.
Sedari pagi aku sudah mulai membersihkan apartemen. Dan merapikan kamarku. Aku mengumpulkan barang barangku dan bersiap memindahkannya ke kamar kak xavier. Sedangkan amber akan tidur di kamar milikku.
Melangkahkan kakiku sambil membawa barang barangku di tangan dan mulai menatanya di kamar kak xavier. Mulai dari menaruh pakaian hingga menata alat rias di atas meja.
Aku mengembil lipatan kertas yang waktu itu ku ambil dari apartemen blaze. Aku hampir lupa soal ini. Mungkin akan ku beritahu pada amber nanti dan mendiskusikan apa selanjutnya.
Saat ingin menyimpan lipatan kertas itu ke laci. Aku melihat sebuah buku diary yang tersimpan di dalam sana. Dengan beberapa helai kelp yang sudah mengering. Yang mengingatkanku pada sehelai kelp yang membalut luka di telapak kakiku. Merogohkan tangan lebih dalam dan menemukan sebuah kunci.
"Kunci apa ini? Kunci sebuah ruangan kah?".
Aku membatin saat melihat kunci itu. Mungkin saja kunci ruangan di apartemen ini. Mengingat saat sampai kesini memang ada dua ruangan yang terkunci. Gudang dan ruang pribadi milik kak xavier di lantai ini. Menaruhnya kembali ke dalam dan menutup laci.
Aku keluar kamar dan menuruni tangga ke lantai utama. Lalu melangkahkan kakiku ke dapur. Memanggang dua buah sosis. Mengambil selembar roti. Dan kemudian memakannya di dapur.
Ding.. dong..
Aku mendengar bel yang berbunyi. Menyudahi dulu sarapanku. Beranjak dari kursi dan pergi ke wastafel untuk mencuci tangan.
Saat ingin berbalik dan melangkah ke depan terdengar suara pintu yang di banting dengan keras agar terbuka.
Brakk.
"PEARRLL!". Amber berlari sambil merentangkan tangannya. Bersiap untuk memelukku.
Aku menggeser tubuhku. Saat dirinya sudah dekat. Dan berlari ke pintu masuk yang di bantingnya tadi. Mengeceknya segala sisi pintu itu.
"Fyuuhh". Aku menghela napas dan mengusap dadaku lega. Untung tidak ada yang rusak.
Sedang amber yang tadi berlari kearahku. Berhenti di titik awal dimana aku berada di dapur. Dengan rengkuhan tangan yang memeluk angin.
"Eh. Mana pearl". Dia membalikkan badannya menghadapku.
Iris mataku memandang amber dan mengarah pintu depan yang tadi di bantingnya berunglang kali.
Dia pun melihat ke arah pintu. Dan terkekeh kecil.
"Hehe. Gomen gomen~".
Aku duduk kembali untuk melanjutkan sarapanku didapur. Dengan amber yang duduk disebelahku. Saat ingin memakan sosis itu lagi. Amber menghentikanku.
"Eitss. Tunggu. Lo cuma makan ini?". Membuatku menoleh dan menganggukkan kepala.
"Astaga. Kasian sekali". Dia menangkup pipinya dan membuat wajah yang sedih. Aku menyuapkan lagi roti dan sosis itu.
Brakk.
Dia berdiri dari duduknya dan menggebrak meja. Membuatku tersedak. Meraba raba meja mencari air minum. Sedangkan dia melangkah kakinya ke koper entah mencari apa.
Dia muncul dihadapanku dengan memakai topi koki dan apron yang melekat ditubuhnya.
"Serahkan saja makanan makanan selanjutnya pada chef amber ini". Di berdiri dengan setelan itu. Dengan satu tangan yang memegang pinggangnya. Dan tangan satunya mengadah ke atas dengan memegang spatula. Eh sejak kapan ada spatula disana. Dia berpose seperti ada banyak kamera yang menyorot di sekitar untuk memotret dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERWATER
FantasyMakhluk air Desas desus itu nyata Para warga yang selama ini hilang Benar benar ulah mereka