The Voice

19 5 0
                                    







   Di tengah kericuhan yang terjadi di tempat ini. Di antara banyaknya kepanikan yang terjadi. Orang orang berlarian keluar dari sini.

   Pearl..

   Pearl..

   Aku memelankan langkahku dan menghentikannya. Terpaku mendengar suara itu. Lalu mencari ke segala penjuru untuk menemukan titik suara.

   Aku menoleh ke arah dinding sebelah kanan. Berusaha untuk mendekat meski beberapa kali terdorong karena tabrakan dari orang orang dari dalam yang berebutan ingin keluar.

   Aku mengamati mata biru yang berada di sebrang pembatas kaca itu. Jaraknya lumayan jauh. Hingga siluet wajahnya cukup terlihat.

   Pearl..

  Pearl..

   Mataku terbuka lebar saat menyadari aku mengenal sosok itu. Dia mendekat dan menyentuh dinding pembatas dengan menempelkan telapak tangannya.

   Aku pun mulai mendekat dan menyentuh telapak tangnnya dari dalam dinding kaca ini. Mataku berkaca kaca. Tak sadar air mataku menetes.

   "K-kak Xavier". Batinku sambil menutup mulut dengan tangan satunya. Tak menyangka.

   Aku tak sadar jika para makhluk air itu semakin banyak yang mendekat hingga.

   Takk..

   Takk..

   Krakk..

   Prangg..

   Byuur..

   Aku menoleh ke belakang ke tempat suara itu berasal. Dinding kaca yang berada di dalam sana retak dan meninggalkan sedikit rongga yang membuat air masuk.

   Orang orang yang berlarian bertambah panik hingga tak memikirkan orang lain. Mendorong orang lain agar jalannya terbuka agar dapat menyelamatkan dirinya sendiri.

   Kakiku lemas melihat air yang masuk mulai menyebar dan naik ke sini. Aku terjatuh dan tak bisa menggerakan tubuhku.

   Kumohon jangan sekarang. Tubuhku semakin membatu. Bayang bayang laut yang akan menelanku mulai bermunculan menghantui isi kepala ku. Aku merasa sangat takut.

   Aku berusaha menggerakkan tubuhku. Aku harus pergi dari sini. Meksi sudah berusaha sekuat tenaga tapi tak ada yang terjadi. Ketakutanku terlalu besar hingga membuat tubuh ini tak dapat bergerak. Aku sudah terisak ketakutan akan tenggelam.

   Tiba tiba ada tangan yang memegang pundaku dari belakang. Aku menoleh dengan wajah sembab dan tubuh yang bergetar.

   "Heh. Lo gapapa? Ngapain disini yang lain udah keluar. Noh di luar si amber nangis nangis nyariin lo".

   "Ak-aku ga bis-sa berdiri". Sebisa mungkin aku mengeluarkan suara untuk menjawabnya.

   "Ck.. sini buru naik". Dia meraih tanganku untuk melingkar di pundaknya dan menggendongku di belakang punggungnya.

   Aku cukup lega ada orang yang datang menolongku. Walaupun tak ku sangka Blaze yang akan datang. Dia mulai berlari keluar dengan aku yang berada di gendongannya. Aku mengeratkan tanganku saat menoleh ke belakang. Disana air tampak seperti mengejar kami semua. Aku memilih untuk tidak menoleh ke belakang lagi.

   Krakk..

   Krakk..

   Krakk..

UNDERWATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang