Aku duduk di atas ranjang sambil terus menatap laki laki yang tengah duduk di kursi dekat kamar mandi.
Kami menarik jarak cukup jauh.
Lebih tepatnya aku.
Setidaknya sekarang lebih baik karena tadi aku mengambil satu kaos kak xavier untuk dia pakai agar tak bertelanjang dada.
Saat terbangun dari tidur kau melihat ada laki laki di kamarmu dan lagi dia bertelanjang dada.
Sungguh bahaya.
Ngomong ngomong soal baju. Kalau dia ada disini berarti tadi malam itu bukan mimpi?
Tunggu. Bukankah aku terjatuh ke dalam air karena tanganku seperti di tarik?
Aku memandang piyama yang ku pakai. Berbeda. Aku ingat betul tadi malam aku pakai warna biru. Kenapa sekarang berwarna pink?
Aku memeluk tubuhku dan menatap horor padanya.
"Tadi malam aku jatuh ke dalam air kan?".
"Ya".
"Lalu kau yang mengganti bajuku?".
"Eum.. Ya".
Semburat merah terlihat muncul dipipi hingga telingaku.
"Memangnya kenapa? Aku hanya mengganti bajumu. Bukan yang lain. Ya.. walau aku melihat semuanya".
Dia mengatakan itu dengan santainya.
Mataku melotot padanya. Aku mengambil botol minuman yang ada di nakas dan melempar ke arah mulutnya.
"Tutup mulutmu!".
Lemparan botol itu tepat mengenai mulutnya. Lalu tembus melewatinya dan menabrak dinding di belakang tubuhnya kemudian jatuh tergeletak di lantai.
Belum sempat aku menetralisir kejadian barusan. Aku kembali di buat terkejut karena mulut di wajahnya seketika menghilang dan berubah menjadi rata.
Aku bangun bangun dari ranjang dan berlari ke arahnya. Menangkup kedua pipinya dan sambil menatap mulutnya yang menghilang.
"Kemana mulutmu? Cepat kembalikan!". Aku berteriak panik karena mulutnya benar benar hilang. Tak lama kemudian mulutnya kembali muncul.
"Kau bilang tutup mulutku". Mulutku menganga mendengarnya. Dia ini makhluk apa.
"Tidak dengan menghilangkan mulutmu juga lah. Kau ini makhluk apa? Seperti hantu saja".
"Aku bukan hantu". Dia menggelangkan kepalanya.
"Lalu apa? Aquaman? Mermaid? Siren?".
"Heh?". Dia terlihat berpikir.
"Atau kau.. siluman?". Entah darimana tiba tiba saja terlintas di otakku.
"Hahahah". Tawanya pecah saat mendengar ucapanku yang terakhir.
Aku sedikit terpaku menatapnya. Segera menggelengkan kepalaku. Dan kembali ke atas ranjang.
"Aku mengantuk. Bisa kau keluar?". Aku berucap sambil sedikit menguap dan melihat ke balkon yang terbuka. Langit masih terlihat gelap yang menandakan memang masih malam.
"Tidak mau". Dia tak bergeming dari tempat duduknya.
"Hey siapa namamu?". Aku menyerah dan bertanya padanya sambil menyenderkan tubuhku ke dinding samping ranjang.
"Aqua". Dia menatapku lekat.
"Terimakasih". Dia mengangkat sebelah alisnya terlihat bingung.
"Kau yang dulu menolongku bukan. Kalian terlihat mirip". Aku menambahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERWATER
FantasyMakhluk air Desas desus itu nyata Para warga yang selama ini hilang Benar benar ulah mereka