Dijebak

154K 344 1
                                    


"caca?"

Shelia mendorong pelan pintu uks. Setelah pembelajaran berakhir Shelia mendapat chat whatsapp dari Caca kalau dia sedang berada di dalam uks.

Shelia dengan terburu-buru mengemas buku dan alat tulisnya kemudian berlari pada UKS di lantai 2.

Shelia berjalan masuk pada ruang uks. Ia mengerutkan dahinya merasa ruangan ini tidak ada orang lain selain dirinya.

Brakkk

Shelia terkejut dan langsung berbalik pada pintu uks. Ia melebarkan matanya melihat seorang pria yang tidak asing baginya.

"Hai" sapa pria itu.

"M-mana caca?"

"Gak tau"

"Minggir gak?!"

Shelia mulai berkeringat dingin mengingat pria yang sedang berjalan pelan menujunya bukan sembarang pria.

Dia adalah Arditto, seorang ketua basket SMA Pelita sekaligus ketua geng Baron. Siapa yang tidak kenal Arditto? dan siapa juga yang tidak takut pada pria itu?

Shelia ingat dia tidak pernah membuat kesalahan pada pria itu dan dia juga tidak pernah melakukan interaksi pada pria itu.

"Stop! Jangan mendekat" Ucap Shelia.

Arditto tidak mengindahkan ucapan Shelia, ia langsung menarik Shelia pada kukungan nya dan mencium paksa gadis itu.

"humppphh" Shelia tentu melakukan perlawanan.

Arditto menahan paksa tengkuk Shelia dan menelusuri seluruh deretan gigi Shelia. Ia sudah lama mengincar gadis manis ini. Dengan mengancam Caca dia dapat memasukkan Shelia pada dekapannya. Cukup mudah batinnya.

Arditto menjilat dan menghisap kuat bibir itu. Rasa gemas akan bibir pink yang sudah ia incar itu akhirnya terasa pada bibirnya.

Merasa Shelia mulai tenang dan mengikuti permainan lidahnya, Arditto tersenyum puas. Ia kemudian mengangkat Shelia pada ranjang yang berada pada ruangan UKS.

Menjatuhkan tas pink Shelia ke lantai dan menindih tubuh mungil itu. Shelia tampak lebih menggemaskan dengan pipi chubby yang memerah, tatapan Shelia yang terlihat binggung, takut dan pasrah, membuat birahi Arditto meningkat.

"Gua akan kasih apapun yang Lo mau asal lo ikutin kemauan gua"

"K-kalau gue gak gamau?"

Terlihat ketakutan yang mulai mendominasi Shelia dan Arditto bisa melihat dari getaran mata Shelia. Ia merasa bahwa Shelia sudah sepenuhnya berada dalam genggamannya.

"Gua bilang sama bokap gua buat cabut beasiswa Lo"

Shelia membelalak matanya "J-jangan g-gue mohon jangan hiks" Membayangkan saja Shelia sudah sangat takut. Ia hanya hidup dengan Ayahnya yang mabuk-mabukan dan jika beasiswanya di cabut sudah dapat di pastikan ia tidak akan bersekolah lagi karena ayahnya tidak peduli pada dirinya.

Arditto menatap Shelia yang memohon padanya sembari menangis, cantik. Hidung yang memerah, mata yang berair, bibir yang mayun dengan keadaan bergetar. Luar biasa, bayangkan penisnya masuk pada bibir kecil itu sambil menangis pasti.. arghhh Arditto tidak sanggup hanya membayangkan.

"Shutttt" Arditto mengusap air mata Shelia yang jatuh. "Santai sayang, gua gak bakal lakuin itu tapi dengan syarat, lo harus ikutin semua kemauan gue. Okay?" Jemari Arditto mencengkram pelan dagu Shelia sambil terus memperhatikan bibir berwarna Cherry tersebut.

Dengan ragu Shelia mengangguk. Arditto menarik sebelah senyumnya.

Arditto mencium Shelia dengan lembut, ia perlahan ingin mengajarkan Shelia tentang berciuman. Terasa manis, pria itu menyesap bibir Shelia. Mulai gemas Arditto mengigit bibir itu.

One Shoot 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang