Dijodohkan

120K 257 0
                                    

"GAK! AKU GA MAU DIJODOHKAN"

"HELIA! HELIA PAPA BILANG BERHENTI"

Helia tidak memperdulikan teriakan papanya. Ia sangat kecewa dengan papanya, papanya merencanakan akan menjodohkan dirinya pada rekan kerjanya.

Ia merasa di jual oleh papanya, perusahaan papanya yang sedang kritis akan sangat terbantu jika ia di jodohkan pada rekan kerjanya. Papanya memang sangat egois, Helia tidak dapat membayangkan sosok seperti apa yang di jodohkan padanya. Pria tua bangka yang sudah memakai tongkat? pria buncit yang pendek? atau pria kurus kering yang sudah lansia? amit-amit batin Helia.

Helia pergi meninggalkan rumahnya, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Ia baru saja pulang dari caffe karena harus mengerjapkan skripsinya tapi keadaan rumah harus membuat dia pergi keluar lagi.

Helia memasuki salah satu gang, ia mengusap kasar air mata yang turun tanpa izinnya.

"kiw kiw neng"

"Aduh sendiri aja nih, mau Abang temani gak?"

Helia bergidik ngeri, Ia mulai mengusap lengannya dan berjalan cepat. Seharusnya Helia lebih memerhatikan kemana kakinya berjalan. Jantungnya mulai berdegup kencang ketika dua pria itu mengikuti dirinya.

Tidak dapat berfikir positif, Helia berlari. Ia memeluk tas totebag nya dan berlari tidak berarah. Ia sangat sial, Ia benci dirinya.

"Woi jangan lari Lo" ucap salah satu pria itu sambil mengejar Helia.

Helia mulai merasa lelah, ia sangat jarang berolahraga apalagi berlari. Badan yang kurus akibat tekanan dari skripsinya membuat kekebalan tubuh Helia menurun. Haruskah dia menyerah? haruskah dia berhenti berlari dan menyerahkan dirinya pada bajingan itu? Siapapun tolong Helia..

Helia menutup matanya takut, Ia tersandung oleh kakinya sendiri dan berakhir terjatuh.

"Ahkk"

Belum sempat kedua preman tersebut meraih dirinya, ia melihat pria datang menendang salah satu preman itu.

"Siapa Lo?!" Ucap preman yang membantu temannya berdiri.

"Mundur atau mati?" Ucap pria itu sambil menodongkan senjata apinya.

"Sialan" Kedua preman itu berlari meninggalkan mereka.

"Eh?" Helia dengan spontan mengalungkan tangannya ketika pria itu mengendong dirinya ala bridal style. Ia menatap pria yang sepertinya umur mereka terpaut 15 tahun darinya. Merasa pusing, Helia menyandarkan kepalanya pada dada pria itu. Tidak peduli akan apa yang selanjutnya terjadi, mengingat hidupnya serasa hancur berantakan.

pria itu membawa dirinya masuk pada salah satu gedung tepat disebelah gang yang Helia masuki ketika berlari.

Helia membuka pelan kelopak matanya, cahaya lampu cukup membuat dirinya menutup kembali matanya.

"D-dimana ini?" Pria itu membawa dirinya memasuki salah satu ruangan yang ada pada gedung ini. Ia mendudukkan Helia pada pangkuannya kemudian memberikan sebotol air mineral pada perempuan itu.

Helia menerima dengan pelan dan meneguk setengah isi botol tersebut kemudian memberikan kembali pada pria itu

Helia mulai terisak, rasa takut ketika dikejar membuat batinnya sedikit terguncang. Ia sangat takut dengan wajah kedua preman yang seakan-akan akan menelanjangi dirinya.

"Shutttt" Pria itu menarik Helia masuk kedalam dekapannya, ia mengusap pelan punggung Helia yang bergetar. "Ada saya, semua sudah aman" Ucapnya menenangkan Helia.

"Hikss t-terima khasih hiks" Ucap Helia terbata-bata.

Pria itu menarik Helia dan menatap mata sembab Helia. Helia cukup terlihat acak-acakan, mata sembab, hidung memerah dengan bibir bergetar. Menimbulkan sisi ingin melindungi Helia muncul.

One Shoot 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang