SHANUM (10)

23 2 1
                                    

Jangan lupa dukung terus cerita ini dengan follow akun wp author yaa gengs.

Maafkan author, jika masih banyak typo yang bertebaran, silahkan bisa tandai di setiap paragrafnya dengan komen ya gayss.

Jangan tinggalin cerita ini yaa, nanti author nangis loh.

Selamat Membaca

* * *


Selepas anak-anak madrasah pulang, tiba-tiba kram di perutnya kambuh kembali. Shanum memegangi bagian perutnya yang kram sambil berjongkok di teras musala.

Zayba yang telah selesai membereskan meja-meja. Kini, mendekatinya dan bertanya. "Loh, Shanum kenapa?"

"Aku lagi dateng bulan Mbak, ini perutku kram lagi. Mana udah mau maghrib lagi," keluh Shanum.

"Ya Allah Num, yaudah yuk aku anterin pulang."

"Naik apa Mbak? Emang Mbak bawa motor?" tanya Shanum seraya meringis ketika sakit di perutnya semakin bertambah.

5 menit Zayba berpikir dan saat itu juga sebuah ide cemerlang lewat tanpa permisi di pikirannya. Zayba mulai menjelaskan ide cemerlangnya kepada Shanum.

"Nah itu problemnya disitu. Gini aja, bentar lagi juga udah maghrib kan, biasanya aku lihat Pak Jendra selalu salat disini, nah nanti biar Pak Jendra sekalian angkut kamu."

"Emang aku apaan Mbak, pake diangkut segala." balasnya sensitif.

"Astaghfirullah maaf Num nggak gitu maksud aku."

"Gimana, kamu lagi pengen apa? Biar aku turutin. Mumpung di sebrang musala masih ada pedagang," tawar Zayba berbaik hati.

"Makasih Mbak, tapi gak perlu repot-repot Mbak."

"Aku menawarkan diri untuk kamu repotkan Num."

Shanum tersenyum tipis. "Makasih loh Mbak atas tawarannya, tapi perut aku rasanya udah eneg ngelihat jajan penuh minyak."

"Nyari yang gak berminyak Shanum," ucapnya tetap kekeuh dengan tawarannya. Ia juga pernah mengalami seperti ini, ketika ia kram perut. Bundanya pasti membelikan jajanan yang ia mau. Aneh nggak sih? Apa emang gitu?

"Ngga deh Mbak, sekali lagi makasih."

Dari kejauhan terlihat Gajendra, Abi Shanum sedang berjalan santai menuju ke musala. Ayahnya itu tampak rapi dengan pakaian yang dikenakannya. Tentu! Baju koko dan sarung.

Senyumnya merekah, Ia segera berdiri dan berteriak kencang memanggil abanya. "Aba! Cepat kemari tolong anakmu ini!"

Gajendra celingukan mencari seseorang yang memanggilnya. Yap! Dia menemukannya, ternyata anaknya sendiri. Dahi Gajendra mengerut, kenapa wajah anaknya itu pucat? Apakah demamnya kambuh lagi?

Gajendra panik karena wajah pucat anaknya. Ia mengangkat sarungnya dan berlari menghampiri anaknya. Hingga tak sadar di depan kakinya itu ada anak ayam. Alhasil, anak ayam itu terinjak olehnya dan menjadi ayam gepeng. Mungkin?!

"Haduh! Nduk, kamu ini kok pucat sekali kenopo iki?" tanya Gajendra.

"Ngapunten Pak Jendra, niki Shanumnya lagi udzur dan perutnya sakit," ucap Zayba.

SHANUM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang