Assalamualaikum, lop!
Hai, hai, hai, readers🤍
Jangan lupa bersyukur🥰
~SELAMAT MEMBACA~
Di tengah persiapan pernikahan, banyak sekali cobaan yang menghampiriku, memang benar yang dikatakan sebagian orang bahwa cobaan menjelang pernikahan selalu datang menghampiri. Akan tetapi aku bisa melaluinya dengan akhir yang bahagia. Seminggu lagi adalah hari pernikahanku, dimana aku akan membawa tanggung jawab besar di kehidupanku yaitu membimbing seorang istri.
Aku yakin pasti kedua orang tuaku sangat bahagia melihat anaknya menikah dengan wanita yang insyaallah sholeha dan taat. Dari pandanganku, Kanayah adalah wanita idaman yang sangat diidamkan pria manapun, dirinya cantik, cerdas serta berkharisma dalam lisan. Bu Aisya dan suaminya telah berhasil mendidik anaknya menjadi seperti itu, dan aku sangat beruntung.
***
Tepat di malam sebelum acara akad pernikahanku, aku mendapat kabar bahwa Om Farhan dilarikan ke Rumah Sakit karena serangan jantung mendadak. Segera ku hubungi istrinya dan menanyakan kondisinya saat ini, dengan panik istrinya menjelaskan bahwa Om Farhan belum sadarkan diri. Aku dan seluruh keluarga Kanayah sangat panik dan sempat terlintas di pikiranku untuk menunda hari pernikahan yang ada di depan mata ini. Tidak ada seorangpun keluarga yang ku punya selain Om Farhan, aku tidak ingin sesuatu terjadi padanya.
"Nak, kita tunggu dulu kabar selanjutnya dari istrinya ya, sembari sesama berdoa agar selalu dilindungi oleh Allah SWT dan diberikan kesembuhan," ucap Bu Aisyah menenangkanku.
"Iya, Bu. Semoga semuanya baik-baik saja, aamiin," jawabku lirih.
Ya Allah hamba ikhlas atas segala cobaan yang telah Engkau berikan sampai detik ini, tapi hamba mohon jika Om Farhan masih menjadi harapan kami maka sembuhkanlah dirinya, jika tidak maka tempatkanlah dirinya di tempat terbaikmu ya Allah.
Aku berucap dalam hati dan penuh pengharapan, bagaimanapun semua kita haru serahkan kepadaNya.
Saat pagi hari, aku hendak menuju ruangan untuk bersiap-siap yang pasti secara terpisah dari ruangan Kanayah, ku lihat semua orang dengan raut wajah sedih bahkan ada yang sampai menangis, segera kucari paman dari Kanayah dan Bu Aisyah tapi tidak kutemukan keberadaannya.
Setelah aku masuk ke ruangan, Bu Aisyah menghampiriku dengan raut wajah tegang dan menanyakanku tentang jodoh, rejeki dan maut. Pada saat itu aku tidak merasa apapun, namun setelah kami membahasnya, Bu Aisyah mengatakan yang sebenarnya.
"Nak, kita harus sabarkan atas apapun ketetapan Allah?" ucapnya.
"Iya Bu, harus begitu, pastilah yang Allah tetapkan itu sudah terbaik bagi kita," jawabku tenang.
"Jadi Kamu harus sabar ya nak, Om Farhan telah mendahului kita semua dan telah dipanggil oleh Allah, karena Allah lebih sayang kepadanya," ucapnya dengan tangis yang membuat susana saat itu menjadi haru.
"Ya Allah...Innalillahi wa inna ilaihi rojiun...Ilker sudah tidak punya siapa-siapa lagu Bu, tidak ada lagi yang mendukung dan menasehati Ilker," ucapku dengan tangis.
"Sabar nak, kami disini adalah keluargamu, kami yang akan menjagamu sampai kapanpun nanti," ucap adik ipar Bu Aisyah.
"Jangan pernah menyalahkan keadaan ya nak, Allah Maha Baik," ucap keluarga Bu Aisyah.
Ku keluarkan seluruh tangisku dan kulihat di sana ada Kanayah, dirinya lah yang membuat pemikiranku berubah, aku harus bisa berjuang agar bisa lebih baik lagi.
Kemudian setelah itu kami menghubungi keluarga dari istri Om Farhan agar mengetahui kondisi di sana karena setelah akad nanti aku dan beberapa keluarga Kanayah akan menuju Bandung.
Dan acara akad pun di mulai, situasi yang harusnya bahagia kini menjadi kelabu.
Aku telah resmi menjadi seorang suami dan Kanayah menjadi seorang istri. Allah Maha Mengetahui, saat ini aku diberikan keluarga baru untuk menggantikan keluargaku yang telah tiada.
Setelah akad telah selesai, aku, Bu Aisyah, Kanayah dan beberapa keluarganya turut ikut berangkat ke Bandung sedangkan yang lainnya mempersiapkan untuk acara resepsi besok.
Sesampainya di Bandung, aku langsung memeluk jenazah Om Farhan dengan menahan air mata yang seakan ingin mengalir, karena sudah dalam keadaan suci tidak boleh ada air mata yang membasahi jenazah. Ku hantarkan jenazah Om Farhan sampai ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Aku ikhlas ya Rabb, akan kutunggu rencana baikmu setelah ini.
***
Keesokan harinya adalah hari resepsi pernikahanku dengan Kanayah, berjalan dengan lancar dan suasananya menutup kesedihanku.
Hari ini terasa lelah, setelah selesai acara aku memasuki kamar terlebih dahulu dan merebahkan badan di atas kasur, kutatap langit-langit kamar ini. Tidak terasa aku sudah menjadi seorang imam yang akan membimbing makmumku, dialah Kanayah Asyiah Putri.
Setahun berlalu, tidak terasa rejeki yang sangat luar biasa ini Allah titipkan di rahim istriku, kini Kanayah tengah berbadan dua. Kabar bahagia ini kami bagikan ke keluarga besar agar mendapatkan doa baik untuk kesehatan calon bayi dan ibunya.
Di tengah kebahagiaan yang masih menyelimuti kami semua, suatu hari saat aku hendak pergi ke café, Kanayah mendadak merasakan keram di perutnya yang sangat hebat, tanpa berpikir panjang segera kubawa Kanayah ke Rumah Sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan dokter dan ditindaklanjut. Dan lagi, aku harus mendengarkan kabar yang kurang baik yaitu Kanayah mengalami keguguran karena letak calon bayi kami tidak wajar.
Aku yang sangat rapuh kali ini harus berusaha kuat agar Kanayah tidak menyalakan dirinya sendiri, karena ini merupakan takdir Allah SWT.
***
Kami lalui hari-hari ini dengan kegiatan seperti biasa, setelah dua bulan kami kehilangan calon buah hati ternyata Allah mempercayai kami kembali dengan rejeki yang sangat berharga ini lagi.
Setelah lima bulan kehamilan Kanayah, aku sudah semakin sering menghabiskan waktu di rumah dan urusan café ku serahkan kepada karyawan kepercayaanku. Di samping itu, kehamilan Kanayah ini tidak seperti normalnya ibu hamil karena ini adalah kehamilan di luar rahim, maka dari itu Kanayah tidak sedikitpun kuperbolehkan memegang pekerjaan sedikitpun. Terlebih setelah menikah kami memutuskan untuk tinggal jauh dari orang tua Kanayah dan mentap di tempat tinggalku yang berada di dekar café milikku.
Namun, pada kehamilan yang berjalan di bulan keenam saat kami sehabis melaksanakan sholat subuh Kanayah kembali merasakan keram di perutnya sembari mengeluarkan darah segar, aku sangat panik dan langsung membawanya ke Rumah Sakit. Setelah di periksa, dokter memanggilku untuk menjelaskan kondisi Kanayah lebih lanjut.
Deg
***
~TERIMAKASIH LOP~
Komennnn yang banyakkk ya lop,,,
Jangan lupa vote juga
Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahadat Kedua (TERBIT)
قصص عامةIlker Armagan Akso, seorang musisi muda asal Turki yang berlayar mencari kebenaran dan berlabuh tepat pada tujuan. Bukan tentang pelayaran, melainkan keimanan. Pemuda yatim piatu yang dilahirkan sebagai seorang Muslim tetapi hidup ditengah ajaran la...