Di dalam kelas lebih tepat nya bangku paling belakang dan pojok, seorang anak laki-laki sedang menidurkan kepalanya dengan kepala yang dia tutupi menggunakan hoodie nya.
Kedua mata anak laki-laki itu terpejam, dia menghiraukan bunyi bising dari beberapa anak yang mengobrol dan bercanda di sana.
Sebenarnya, ini sudah jam istirahat tapi anak ini justru memilih diam di kelas, dia seakan malas untuk menggerakan kakinya ke kantin, di tambah ramai nya kantin oleh banyak orang. Sangat menguras energi nya.
Dari arah pintu seorang gadis memakai jaket hitam dengan rambut yang selalu dia ikat satu, baru saja sampai di ambang pintu, gadis dengan mata yang tegas itu mengedarkan pandangan nya ke setiap isi kelas se-akan sedang mencari seseorang.
Tertera di name tag nya sebuah nama dari gadis itu. Rentzaya Griva W. Kerap di kenal dengan Zaya.
Senyuman tipis muncul di wajah Zaya saat melihat salah satu meja dimana ada anak laki-laki yang sedari tadi dia cari. Semua murid yang ada di sana langsung melangkahkan kakinya keluar dari kelas saat mendapat kode dari nya. Mereka benar-benar patuh.
Gadis dengan mata tegas itu mulai berjalan mendekat ke arah belakang kelas, mendekati meja dimana ada anak laki-laki yang sedang menidurkan kepalanya di sana.
Tak! Tak!
Dia mengetuk meja anak laki-laki itu dengan jari telunjuknya, membuat tidur anak itu terganggu. Anak itu membuka penutup kepalanya, mendongakan wajahnya untuk melihat jelas siapa yang sudah berdiri di samping mejanya itu.
Diffen Alfarza. Anak laki-laki mungil yang berhasil menarik perhatian nya untuk pertama kali.
Kedua matanya yang lebar dengan bola mata kecoklatan itu nampak begitu indah bagi pemiliknya ini, bibirnya yang mungil dan berwarna kemerahan itu juga menjadi daya tariknya, yang lebih membuat dia menarik adalah kulitnya yang putih layaknya awan di langit biru cerah, dan kulit lembutnya. Bagaimana gadis ini tahu kulit nya lembut?
Semua itu berawal dari satu kejadian malang bagi Zaya.
* * *
1 minggu sebelumnya...
Tepat pada jam 11 malam, Diffen sedang duduk di taman sendirian, matanya menatap rembulan yang terpantul di atas danau taman itu.
Dengan headset yang terpasang di kedua telinga nya dan juga hoddie yang dia kenakan sekaligus untuk menutupi kepalanya.
Melodi lambat dari sebuah lagu membuat fikiran nya tenang dan damai. Helaan nafas berat dia keluarkan, nampaknya ada hal berat yang menganggu anak ini.
Drtt... Drtt...
Dering panggilan dari ponselnya menghentikan lamunan Diffen, dia melihat sebuah nama yang tertera disana. Papah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different (on going)
Teen FictionPernah dengar apa itu sindrom klinefelter? Sindrom yang memuat penjelasan ketika seorang pria memiliki kelebihan kromosom X. Itu yang di alami oleh Diffen. Dia terlahir dengan sindrom tersebut, membuatnya tidak percaya diri untuk memiliki tubuh lay...