Kring!
Suara bising alarm berhasil membangun pemuda yang tampak pulas dengan tidurnya itu, dia membuka mata perlahan dengan tangan yang ter-arah untuk meraih ponsel di lemari sebelah nya, namun dia tidak bisa menemukan ponsel itu.
Diffen membuka kedua matanya secara sempurna, melihat sekeliling dan sedikit terkejut saat tau di sebelahnya ada Zaya yang sedang pulas tertidur dengan salah satu lengan yang menutupi kedua matanya. Diffen terduduk, mencari di mana ponselnya, karna bunyi alarm itu memang berasal dari ponselnya.
Saat dia menoleh ke meja dekat Zaya, dirinya melihat jelas ponselnya yang menyala menampakan alarm yang berbunyi, Diffen segera turun dari atas kasur, berjalan menuju sisi kasur yang lain, dia meraih ponselnya dan mematikan alarm yang menandakan pukul 5 pagi.
Anak ini memang selalu bangun di jam 5 pagi, biasanya di hari libur seperti ini Diffen akan langsung mandi dan sarapan dengan keluarganya, terkadang dia juga membantu mamah nya yang biasanya sedang membuat kue atau makanan ringan untuk kegiatan sosialitanya.
Ah ya! benar, dia jadi merindukan mamah nya sekarang. Diffen merasa bersalah akibat keputusan nya yang sangat kegabah untuk kabur kemarin.
Diffen menoleh ke arah Zaya yang masih tertidur pulas di posisinya, wajah gadis terlihat begitu tenang, Diffen perlahan berjongkok di sana dan meletekan dagunya di atas kedua tangan yang sudah dia tumpuk. Kedua matanya terus memperhatikan wajah Zaya.
Kenapa bisa seorang perempuan memiliki wajah dengan rahang yang tegas seperti ini?
"Udah puas natapnya?"
Anak itu langsung menjauhkan wajahnya, lengan tangan gadis itu segera ia turunkan dari wajah nya, Zaya menoleh kesamping melihat wajah Diffen yang tampak terkejut, anak itu sontak langsung menunduk takut, seakan baru saja tertangkap basah, senyuman tipis terukir di wajah Zaya.
"Alarm lo buat gw bangun, cuma gw terlalu males buka mata," jelasnya. Zaya sengaja menjelaskan karna anak ini yang tampak terkejut mengetahui dirinya sudah bangun. "Jadi, jam berapa sekarang?"
"Li-lima."
Zaya menghela nafas kasar, "Masih pagi banget itu, bangunin gw jam 6 nanti ya. Gw harus ke sekolah buat urus masalah Osis." Gadis itu merubah arah berbaring nya menyamping ke arah Diffen, dia mengangkat satu tangan nya, mengusap kepala anak itu yang masih menunduk, "Nanti gw anter pulang sebelum ke sekolah, lo kalo masih ngantuk tidur lagi aja."
Diffen menggeleng perlahan, dia mengangkat pandangan nya membuat Zaya menurunkan tangan nya dari kepala anak itu, "Gw kalo udah bangun, susah tidur lagi." Zaya tersenyum jahil mendengar itu, "Perlu gw peluk biar tidur lagi?" saran nya.
Anak itu tampak kembali terkejut, "Gak mau." Dia langsung berdiri dan berjalan keluar dari kamar Zaya, melihat Diffen yang kabur seperti itu membuat Zaya tersenyum geli sebelum akhirnya kembali memejamkan kedua matanya.
Saat di dapur, Diffen membuka pintu kulkas dimana di dalam nya hanya ada kaleng soda dan beberapa botol mineral kecil. Dia beralih membuka beberapa rak lemari yang ada di atas dapur, mencari bahan makanan yang bisa di masak, namun sayangnya benar-benar tidak ada.
"Dia gak pernah masak atau gimana? masa gak ada satupun bahan makanan, bahkan kulkas nya cuma di isi minuman."
Diffen meraih kursi dapur untuk dia duduki, anak ini mulai membuka aplikasi online di ponselnya, jari-jarinya tak berhenti untuk menggeser naik tampilan di layar ponselnya itu.
"Masak apa ya enak nya? yang gak ribet."
Dia memencet beberapa bahan yang di butuhkan untuk diri nya memasak hari ini, setelah membuat pesanan Diffen beralih kembali ke meja dapur menyiapkan alat-alat yang dia butuhkan sekaligus menunggu pesanan nya tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different (on going)
Teen FictionPernah dengar apa itu sindrom klinefelter? Sindrom yang memuat penjelasan ketika seorang pria memiliki kelebihan kromosom X. Itu yang di alami oleh Diffen. Dia terlahir dengan sindrom tersebut, membuatnya tidak percaya diri untuk memiliki tubuh lay...