⑧ "Sampah"

285 56 31
                                    

Di hari sabtu pagi, Zaya yang sudah bangun pun berencana menuju meja makan. Langkahnya terhenti saat melihat adanya wanita asing yang sedang menghidangkan makanan.

"Ngapain lo disini?"

Wanita itu menoleh saat mendengar suara Zaya, dia adalah sekertaris dari papah mereka, sekertaris yang merangkap menjadi selingkuhan. Lora Deanda.

Tatapan Zaya memperlihatkan jelas ketidak sukaan nya pada Lora."Selingkuh itu penyakit yang abadi, gak akan ada obat yang bisa ngebuat penderita berhenti, walaupun pasangan nya cantik fisik dan hati, tapi bodohnya penderita gak pernah ngerasa tercukupi. Dasar badjingan! hausnya cuma sama hasrat dan nafsunya sendiri."

Lora mendekat ke arah Zaya dengan senyum lebarnya, saat hendak menyentuh gadis itu, Zaya sudah lebih dulu menghindar, "Jangan sentuh gw!" serunya.

"Zaya, bicara yang sopan," tegur seorang pria yang sudah rapih memakai jas kerja nya. Dia duduk di salah satu kursi, posisi yang di duduki oleh kepala rumah tangga. Dewa Aditya Wedozan.

Lora meraih tangan Zaya, "Zaya ayo duduk." Melihat tindakan perempuan itu membuat Zaya menarik kasar tangan nya.

Wajah Zaya terlihat kesal, papahnya sudah berani memasukan selingkuhannya itu ke rumah ini. "Ngapain Papah bawa jalang ini ke rumah?!"

"Jaga ucapan kamu Zaya, tante Lora ini akan jadi ibu kamu nantinya," tegur Dewa.

Senyuman miring muncul di wajah Zaya, dia menatap remeh wanita di depan nya ini. "Wanita rendahan kaya gini mau jadi pengganti mamah?" Zaya mengambil satu langkah lebih dekat, dia memajukan wajahnya ke depan wajah wanita itu, "Mimpi!"

Terlihat wajah wanita itu yang kesal dengan sikap Zaya namun dia seakan berusaha menahan amarahnya, tidak ingin terlihat buruk di depan calon suami impian nya itu.

Dari arah tangga Regi berjalan turun, pakaian nya terlihat sudah rapih, Zaya menatap bingung saudaranya itu. Kemana dia akan pergi di jam 8 pagi seperti ini?

"Regi, sarapan dulu dan salam dengan tante Lora, calon ibu kalian nantinya," ucap Dewa. Langkah Regi terhenti, dia menoleh ke belakang menatap remeh wanita itu.

"Dia lebih cocok jadi pembantu di banding pengganti mamah," sindirnya.

"Regi!" sentak Dewa. Pria ini sudah berdiri melemparkan tatapan marahnya ke arah putranya itu.

Mendengar ucapan Regi membuat Zaya terkekeh geli, dia kembali mengambil satu langkah lebih dekat dengan Lora, melemparkan tatapan mengejek, "Lihatkan? anda tidak di terima di keluarga ini, jadi lebih baik anda angkat kaki dari sini."

Plak!

Satu pukulan mendarat di pipi Zaya membuat gadis itu terkejut, dia melirik ke arah wanita itu yang sempat menampilkan senyum mengejek nya sejenak sebelum akhirnya memulai drama seperti biasanya...

"Sayang, jangan ... dia anak kamu," ucap Lora yang merangkul lengan Dewa.

Zaya tersenyum miring sebelum akhirnya kembali menegapkan tubuhnya, dia mengeluarkan ludahnya lalu menyemburkan nya ke sepatu wanita itu. Lora membulatkan mata sempurna dengan mulut yang sedikit terbuka karna terkejut.

"Sampah!" umpatnya yang langsung berjalan keluar dari rumah.

"Zaya! Regi! sini kalian!" teriak Dewa yang tidak di gubris oleh kedua anak nya itu. Keduanya pergi ke garasi.

Regi bersandar di mobil nya melihat kakaknya yang hendak mengendarai motor sport nya itu, "Lo gak mau ikut gw?"

Zaya yang sudah duduk di motornya menoleh ke samping, "Kemana?"

Different (on going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang