Selama sendirian di apartemen, Diffen sesekali membereskan apartemen itu, dia juga pergi keluar sejenak untuk membeli bahan makanan untuk dia masak saat sore hari dan untuk stok di kulkas Zaya, tak lupa membeli beberapa cemilan untuk mengisi kulkas kosong itu. Kebetulan sandi apartemen Zaya sudah Diffen ketahui, karna gadis itu yang memberitahukan nya di chat tadi.
Waktu terus berjalan maju, tak terasa mentari sudah mulai ingin mengistirahatkan diri, hari yang cerah nan panas mulai teduh dan dingin. Sekarang sudah menunjukan jam 4 sore.
Diffen sedang duduk di sofa ruang tamu seraya memakan salah satu cemilan yang dia beli tadi dengan memainkan ponselnya.
Nit! Nit!
Suara kode kunci yang di tekan membuat Diffen yang sedang duduk di sofa pun menoleh, dari arah pintu Zaya masuk dan segera menutup pintu kembali.
Gadis itu berjalan dan mengambil posisi duduk tepat di samping Diffen, dia menyandarkan kepalanya di sofa dengan mata yang mulai di pejamkan, Diffen menoleh dengan wajah khawatirnya.
"Cape ya? tugas nya banyak tadi?"
Perlahan Zaya menggerakan kepalanya mengarah ke arah Diffen, kedua matanya kembali ia buka, "Banget, masalah nya rumit dan harus selesai hari ini. Besok kan hari lomba antar sekolah." Zaya mendongak menatap langit-langit apartemen nya, menghela nafas berat, wajahnya terlihat jelas sangat kelelahan.
Tiba-tiba gadis itu menidurkan kepalanya tepat di atas pangkuan Diffen, membuat anak itu menunduk dengan wajah kaget bercampur bingung.
"Gw istirahat dulu 1 jam ya? jam 5 baru gw anter lo balik," pintanya. Diffen mengangguk dengan senyum tipisnya, dia tahu gadis ini sedang kelelahan.
Zaya menatap ke arah pakaian yang di kenakan Diffen, kemeja putih miliknya dan dia juga baru sadar kalau Diffen memakai celana panjang nya. "Lo pake pakaian gw?" tanya nya yang sekarang sudah mendongak.
"Ah iya, maaf ..." lirih Diffen. "Gw belum izin ke lo."
"Gw nanya bukan karna keberatan, lo gak papa pake baju size L? baju gw kan size nya L. Takut lo gak nyaman."
Diffen menunduk, menggeleng perlahan dengan senyum simpulnya. "Gak papa, setidaknya masih ada kelebihan space di badan gw." Zaya mengangguk paham.
Anak ini beralih meraih snack yang ada di atas meja, dia kembali memakan nya. Zaya kembali mendongak menatap snack yang di pegang oleh Diffen dengan dahi mengerut, "Lo abis keluar? perasaan di apart gw gak ada snack."
"Iya, tadi abis beli bahan buat masak makanan sore ini, sekaligus beli beberapa snack. Kulkas lo udah gw isi sama snack, gak banyak sih." Zaya segera bangun dari posisi berbaring nya, dia mengarahkan posisi duduknya ke arah Diffen.
"Kenapa gak bilang kalo lo pengen beli snack? kan bisa gw beliin."
"Gw bisa beli sendiri ko."
Zaya mengarahkan salah satu tangan nya untuk mengusap puncak kepala Diffen, "Gw gak mau lo ngehabisin duit buat gw." Diffen menggeleng perlahan, "Gak ngehabisin ko, kan cuma beli snack sama bahan masakan," jawabnya.
Pandangan Zaya beralih mengarah ke arah dapur, di meja dapur dia dapat melihat adanya kantung belanja. "Mau masak apa sore ini?"
"Mau buat omelet isi kornet, sama sosis."
"Kedengeran nya aja udah enak." Zaya memajukan perlahan badan nya ke depan, membuat jarak wajah mereka kini tinggal beberapa centi lagi, "Makanan nya aja enak, apalagi orang nya." Diffen membulatkan mata kaget seraya mengerjap matanya beberapa kali.
Dia tiba-tiba menyodorkan snack yang dia pegang ke arah Zaya, "Udah ah! mau masak dulu." Anak itu langsung berjalan pergi ke dapur, membuat Zaya tersenyum geli karna berhasil menggoda nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different (on going)
JugendliteraturPernah dengar apa itu sindrom klinefelter? Sindrom yang memuat penjelasan ketika seorang pria memiliki kelebihan kromosom X. Itu yang di alami oleh Diffen. Dia terlahir dengan sindrom tersebut, membuatnya tidak percaya diri untuk memiliki tubuh lay...